Keharusan Menghormati Ahlul
Bait dan Menasihati jika Mereka Menyimpang
Sebagai Muslim kita harus menghormati
sekaligus mencintai keluarga dan keturunan Rasulullah ﷺ yang disebut Ahlul
Bait. Rasulullah memang mengimbau agar umatnya menghormati dan mencintai
keluarga dan keturunannya. Hal ini karena Ahlul Bait memang memiliki kemuliaan
tersendiri sebagai kerabat Rasulullah. Namun apabila di antara mereka ada yang
menyimpang dari jalan leluhurnya, hendaklah ada yang menasihatinya.
Imbauan seperti itu sebagaimana dikemukakan
oleh salah seorang ulama sekaligus habib yang merupakan dzurriah Rasulullah ﷺ asal Tarim Hadramaut
Yaman, yakni Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad (1634-1720 M) dalam
kitabnya berjudul Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, (Dar Al-Hawi,
Cet. II, 1998, hal. 89 ) sebagai berikut:
لأهل
بيت رسول الله صلى الله عليه وسلم شرف، ولرسول الله صلى اللهعليه وسلم بهم مزيد عناية وقد أكثر على أمته من الوصيّة
بهم والحث على حبّهم ومودتهم.
وبذالك
أمرالله تعالى في كتابه في قوله تعالى: "قل لا أسألكم عليه أجرا إلا المودة
في القربى" .(الشورى، ٢٣) ـ
Artinya: “Ahlul Bait memiliki kemuliaan
tersendiri, dan Rasulullah telah menunjukkan perhatiannya yang besar kepada
mereka. Beliau berulang-ulang berwasiat dan mengimbau agar umatnya mencintai
dan menyayangi mereka. Dengan itu pula Allah subhanahu wataála telah
memerintahkan di dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya: “Katakanlah wahai Muhammad,
tiada aku minta suatu balasan melainkan kecintan kalian pada kerabatku.” (QS 42:23).
Dari kutipan di atas dapat ditegaskan bahwa
kaum Muslimin memang harus menghormati dan mencintai Ahlul Bait bukan saja
karena kekerabatan mereka dengan Rasulullah ﷺ, tetapi juga karena Allah telah memerintahkan kepada beliau
untuk berseru kepada umatnya agar mencintai kerabat beliau. Dengan kata lain
perintah untuk mencintai Ahlul Bait merupakan perintah dari Allah subhanahu
wataála. Rasulullah sebagai pemimpin kaum Muslimin tidak meminta balasan apa
pun dari umatnya kecuali kecintaan mereka kepada keluarga dan keturunan
beliau.
Namun Sayyid Abdullah Al-Haddad mengingatkan
agar dalam memberikan penghormatan dan kecintaan kepada Ahlul Bait, kaum
Muslimin bersikap wajar dan tidak berlebih-lebihan. Hal ini sebagaimana
ditegaskannya dalam kutipan berikut:
فعلى
كافة المسلمين أن يعتقدوا حبّهم ومودتهم، وان يوقّروهم ويعظّموهم من غير غلوّ ولا
إسراف.
Artinya: “Seluruh kaum Muslimin hendaknya
memastikan kecintaan dan kasih sayang mereka kepada Ahlul Bait, serta
menghormati dan memuliakan mereka secara wajar dan tidak berlebih-lebihan.”
Terhadap Ahlul Bait yang menyimpang dari apa
yang dicontohkan Rasulullah ﷺ,
Sayyid Abdullah Al-Haddad mengimbau agar mereka tetap dihormati semata-mata
karena mereka adalah kerabat Nabi Muhammmad ﷺ dengan tidak
meninggalkan perlunya memberikan nasihat kepada mereka sebagaimana kutipan
berikut:
وأما
من كان من أهل هذا البيت ليس على مثل طرائق أسلافهم الطاهرين، وقد دخل عليهم شيئ
من التخليط لغلبة الجهل، فينبغي أيضا أن يعظّموا ويحترموا لقرابتهم من رسول الله
الله صلى الله عليه وسلم. ولا يدعوا المتأهل للنصيحة نصحهم وحثّهم على الأخذ بما
كان عليه سلفهم الصالح, من العلم والعمل الصالح، والأخلاق الحسنة والسيرالمرضية.
Artinya: “Adapun mereka yang berasal dari
keluarga dan keturunan Rasulullah ini yang tidak menempuh jalan leluhur mereka
yang disucikan, lalu mencampur adukkan antara yang baik dan yang buruk
disebabkan kejahilannya, seyogyanyalah mereka tetap dihormati semata-mata
karena kekerabatan mereka dengan Nabi ﷺ. Namun siapa saja yang memiliki keahlian atau kedudukan untuk
memberi nasihat, hendaknya tidak segan-segan menasihati dan mendorong mereka
kembali menempuh jalan hidup para pendahulu mereka yang saleh-saleh, yang
berilmu dan beramal kebajikan, berakhlak terpuji dan berperilaku luhur.” (Lihat
hal. 90).
Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa
dalam masyarakat tidak tertutup kemungkinan ada dari Ahlul Bait yang
berperilaku tidak sebagaimana dicontohkan para leluhurnya khususnya Rasulullah ﷺ. Kepada Ahlul Bait yang seperti itu Sayyid Abdullah Al-Haddad mengimbau
agar siapa pun yang memiliki kepasitas keilmuan dan kewenangan untuk tidak
segan-segan memberikan nasihat dengan tetap bersikap hormat dan cinta kepada
mereka secara wajar.
Nasihat-nasihat yang hendaknya disampaikan
kepada mereka adalah perlunya kembali menempuh jalan hidup sebagaimana para
pendahulu yang berilmu dan beramal saleh serta berakhlak mulia sebagaimana
dicontohkan Baginda Rasulullah ﷺ. Imbauan dari Sayyid Abdullah Al-Haddad ini sekaligus merupakan
jawaban atas adanya sikap sebagian kaum Muslimin yang menganggap bahwa jika ada
dari Ahli Bait yang melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari agama,
mereka tidak perlu diingatkan karena menganggap Rasulullah sudah pasti akan
memberinya syafaat di akhirat kelak.
Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak setuju atas
anggapan seperti itu sebagaimana kutipan berikut:
فيقول
هؤلاء أهل بيت رسول الله صلى الله عليه وسلم، ورسول الله شفيع لهم، ولعل الذنوب لا
تضرهم، وهذا قول شنيع، يضر القائل به نفسه، ويضر به غيره من الجاهلين، وكيف يقول
أحد ذالك وفي كتاب الله العزيز ما يدل غلى اهل أن أهل البيت يضاعف لهم الثواب على
الحسنات، والعقاب على السيئات.
Artinya: “Ada yang mengatakan,”Biarlah,
mereka adalah dari Ahlul Bait, Rasulullah ﷺ pasti akan bersyafaat
kepada mereka, dan mungkin pula dosa-dosa yang mereka lakukan tak akan menjadi
mudarat atas mereka.” Sungguh ini adalah ucapan yang amat buruk, yang
menimbulkan mudarat bagi si pembicara sendiri dan bagi orang-orang lainnya yang
tergolong kaum jahil. Bagaimana bisa seseorang berkata seperti itu, sedangkan dalam
Al-Qurán, Kitab Allah yang mulia terdapat petunjuk bahwa anggota keluarga
Rasulullah dilipat gandakan bagi mereka pahala amal baiknya, demikian pula
hukuman atas perbuatan buruknya.” (Lihat hal. 88).
Sangat jelas bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad
tidak setuju terhadap anggapan bahwa orang-orang tertentu seperti Ahlul Bait
memiliki kekebalan hukum atas hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah subhanahu
wataála disebakan kemuliaan nasabnya yang bersambung kepada Rasulullah. Ulama
yang diyakini sebagai pembaharu abad 11 hijriyah ini menyebut orang yang
memiliki anggapan seperti itu telah melakukan perbuatan dusta tentang Allah
subhanahu wataála serta menyalahi ijma’ seluruh kaum Muslilimin. (Lihat hal.
89).
Sebelumnya pada halaman 87, Sayyid Abdullah
Al-Haddad mengutip sebuah hadits Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah. Hadits itu berisi peringatan kepada putri beliau bernama
Sayyidah Fathimah agar tidak mengandalkan pembelaan dari ayahnya di hadapan
Allah subhanu wa taála sebagai berikut:
يا
فاطمة بنت ممدs
لا
أغني عنكِ من الله شيئا.
Artinya: “Hai Fathimah binti Muhammad,
sungguh aku takkan cukup sebagai pembelamu di hadapan Allah.”
Jadi sekali lagi, ada kewajiban bagi kaum
Muslimin untuk menghormati dan mencintai Ahlul Bait karena mereka memiliki
kekerabatan dengan Rasulullah ﷺ.
Perintah ini memiliki dasar di dalam Al-Qur’an, surat Asy-Syura, ayat 23.
Disamping itu ada kewajiban lain bagi orang-orang tertentu yang memiliki
kapasitas untuk menasihati jika ada dari mereka berbuat kemaksiatan dan berperilaku
tercela. Perbuatan dosa yang mereka lakukan akan dilipat gandakan hukumannya.
Namun cara menasihati mereka harus tetap baik dan hormat karena bagaimanapun
mereka adalah dzurriah Rasulullah ﷺ. []
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar