Jejak Islam Nusantara
di Lampung
Judul
: Napak Tilas Jejak Islam Lampung
Penulis
: Muhammad Candra Syahputra
Penerbit
: Global Press, Yogyakarta
Terbit
: Oktober, 2017
Tebal
: XXV + 176 Halaman
Nomor
ISBN : 978-602-61890-2-8
Peresensi
: Akhmad Syarief Kurniawan,
Pegiat LTN NU Kabupaten Lampung Tengah
Sejarah Islam di
Provinsi Lampung mempunyai jejaring erat dengan Islam di Banten, Aceh,
Minangkabau, dan Palembang. Perkembangan Islam di Lampung membuat peradaban dan
kebudayaan selangkah lebih maju, berkembang, serta jiwa patriotik yang
menggelora dalam melawan penjajah seperti kepahlawanan Raden Intan II.
Buku karya salah satu
intelektual muda NU Lampung, Muhammad Candra Syahputra (MCS), alumni Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung ini, memberikan bongkahan
informasi yang penting bagi perkembangan peradaban Islam Nusantara di Lampung
yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kebesaran Islam di Indonesia.
Buku setebal 107
halaman ini memuat enam bab, dengan masing-masing pokok bahasan. Bab I, Letak
Provinsi Lampung (halaman 5) menguraikan tentang letak geografis dan sosiologis
Provinsi Lampung. Bab II, membahas tema Sejarah Masuknya Islam ke Lampung (halaman
7) menguraikan tentang alur atau proses masuknya Islamisasi di Lampung dengan
tiga jalur, yakni; jalur Barat (Minangkabau), jalur Utara (Palembang) dan jalur
Selatan (Banten), sekaligus dalam bab ini menjelaskan tiga pendekatan dalam
dakwah islamisasi di Lampung yaitu; pendekatan budaya (culture), pendekatan
perdagangan dan pendekatan perkawinan.
Bab III berisi
tentang Kerajaan Islam di Lampung (halaman 29). Penulis buku ini menguraikan
dua kerajaan besar di Lampung pada kisaran tahun 1347, yakni Kerajaan Islam
Sekala Brak dan Kerajaan Tulang Bawang. Kerajaan Islam Skala Brak terletak di
wilayah Kabupaten Lampung Barat. Sedangkan Kerajaan Tulang Bawang berada di
wilayah Pagardewa Kabupaten Tulang Bawang.
Bab IV menguraikan
Tokoh-tokoh Penyebar dan Pejuang Islam (halaman 71). Setidaknya kurang lebih
tujuh belas tokoh strategis yang telah berjasa dalam syiar islamisasi di Bumi
Ruwa Jurai (julukan Propinsi Lampung) ini. Beliau-beliau adalah sebagai
berikut; 1) Sunan Gunung Jati. 2) Sayyid Maulana Malik Abdullah. 3) Syaikh
Aminullah Ibrahim. 4) Ratu Menangsi. 5) Ratu Darah Putih. 6) Raden Intan II. 7)
Al Habib Ali bin Alwi bin Abdurrahman Alaydrus. 8) Tubagus Mahdum. 9) Tubagus
Yahya. 10) Wali Samin bin Muhammad. 11) Tubagus Buang Gunung Kunyit. 12) Tubagus
Ali Faqih. 13) Tubagus Sangkrah. 14) Syaikh Muhammad Nambihi. 15) KH Gholib.
16) KH Ahmad Hanafiah. Dan, 17) Pamutokh Agung.
Bab V buku ini
menyampaikan pesan tentang Gerakan Perjuangan Rakyat Lampung Melawan Penjajah
(halaman 149). MCS mengurai tentang peran Laskar Hizbullah, seperti halnya di
pulau Jawa, yang melawan dalam mengusir Belanda. Perlawanan juga datang dari
berbagai penjuru Nusantara, termasuk dari Lampung seperti yang dikobarkan oleh
KH Gholib beserta beberapa muridnya, KH Ali Thasim Tanjung Karang dan KH Ahmad
Hanafiah Sukadana yang menjadi komandan Laskar Hizbullah dan Sabilillah di
Lampung. KH. Gholib melakukan perlawanan dengan cara gerilya. Beliau bersama
santri-santrinya berjihad di medan perang melawan penjajah yang merampas semua
hak-hak bangsa.
Bab VI menguraikan
tentang Peninggalan Islam Lampung (halaman 153). Ada dua peninggalan istimewa
nan bersejarah dalam proses islamisasi di Lampung, yakni simbol syiar agama
Islam berupa dua masjid yaitu Masjid Al Anwar dan Masjid Al Yaqin. Masjid Al
Anwar yang terletak di Teluk Betung Bandar Lampung ini dibangun pada abad
ke-18 oleh Pemerintah Lampung melalui Kantor Wilayah Departemen Agama
(sekarang Kanwil Kemenag).
DItetapkan sebagai
masjid tertua dan bersejarah di Kota Bandar Lampung yang tertuang dalam SK No:
Wh/2/SK/147/1997. Asal mula berdirinya Masjid Al Yaqin didirikan para
perantauan masyarakat dari Provinsi Bengkulu yang tinggal di Tanjung Karang
(sekarang Bandar Lampung) pada tahun 1883. KH Ali Thasim adalah sosok yang
berpengaruh dalam perkembangan syiar agama Islam dan perjuangan di Masjid Al
Yaqin dan masyarakat setempat. Ia menjadi Panglima Hizbullah Tanjung Karang
pada masa agresi Belanda I tahun 1946.
Buku ini sangat layak
dibaca para santri, mahasiswa, dosen, peneliti, pengamat sejarah peradaban
Islam di Indonesia guna menambah cakrawala jejak-jejak Islam Nusantara di
Lampung. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar