Antara Bakti kepada
Sang Ibu dan Punya Istri Muda
Pagi itu Pak Fulan
dipanggil ibunya – sebut saja Bu Basuki. Ada persoalan penting yang akan
dibicarakan sang ibu bersama Pak Fulan sehubungan aduan istri Pak Fulan
dan anak-anaknya bahwa Pak Fulan telah memiliki istri muda. Sang ibu
sangat sedih mendengar aduan itu karena berpengaruh langsung terhadap
kebahagiaan cucu-cucunya serta seorang ibu yang telah melahirkan dan
membesarkan mereka.
“Kemarin istri dan
anak-anakmu datang kemari. Mereka menangis sesunggukan mengapa kamu diam-diam
menikah lagi. Benar kamu menikah lagi?” tanya Bu Basuki kepada Pak Fulan yang
seorang saudagar kaya raya itu.
“Benar, Bu,” jawab
Pak Fulan jujur.
“Aku memanggilmu
kemari bukan untuk mengajakmu berdebat soal apa hukum poligami. Terus
terang, di antara semua anakku, aku menilai kamu adalah anak paling berbakti.
Tapi aku sangat sedih kamu punya istri lagi. Sebagai sesama perempuan aku bisa
merasakan betapa hancur hati istrimu. Sebagai seorang nenek, aku tak tega
melihat cucu-cucuku menangis meratapi nasib ibunya yang dimadu.”
Pak Fulan diam seribu
bahasa. Ia memang tak terbiasa membantah kata-kata ibunya. Apa yang
diperintahkan ibunya ia jalankan, dan apa yang dilarangnya ia tinggalkan. Bakti
Pak Fulan kepada ibunya tak ada yang meragukan. Semua orang tahu itu. Mungkin
berkat itulah, Pak Fulan selalu sukses dalam setiap bisnisnya.
“Saya mohon maaf Bu
atas pernikahan kami yang kedua secara diam-diam,” kata Pak Fulan pelan sambil
menundukkan kepala.
“Tidak cukup kamu
minta maaf. Kamu juga harus menceraikan istri mudamu,” jawab Bu Basuki
tegas.
“Tetapi kamu tidak
boleh menceraikannya begitu saja. Kamu harus memberikan kompensasi yang pantas
agar ia tetap memiliki masa depan yang baik. Aku juga perempuan dan bisa
membayangkan betapa sakitnya dicerai. Tapi menurutku, itu risiko perempuan mau
dijadikan istri kedua.”
Beberapa hari
kemudian Pak Fulan benar-benar menceraikan istri mudanya yang dinikahinya
setahun silam dan belum dikaruniai seorang anak. Mereka telah menyepakati
perceraian itu dengan kompensasi yang pantas sebagaimana pesan Bu Basuki. Mantan
istri muda Pak Fulan mendapatkan rumah indah yang ia tinggali selama ini
beserta seluruh isinya, termasuk sebuah mobil baru. Tidak hanya itu ia juga
menerima sejumlah uang yang cukup besar untuk membuka sebuah usaha. Ia
optimistis menatap masa depannya. Ia masih muda. []
Muhammad Ishom, dosen
Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar