Kisah Pecandu Mobil
Legend yang Akhirnya Jadi Penghafal Al-Qur’an
Judul
: Hafal Al-Quran Semudah dan Secepat Ngopi (Kisah Inspiratif Assabiqunal
Awwalun PP Hamalatul Qur'an)
Pengarang
: M. Fuad Hasyim, M. Faiq Faizin dkk
Penerbit
: Imtiyaz, Surabaya
Cetakan
: I, April 2019
Tebal
: xxii+247 hlm
ISBN
: 978-602-5779-16-9
Peresensi
: Halimatus Sa’adah, dosen
Universitas Darul Ulum dan guru SMKN 2 Jombang. Alamat: Kantor SMKN 2 Jombang,
Jalan Bupati RAA Soeroadiningrat No. 6 Jombang 61411. E-mail: imahalima39@gmail.com.
Keberadaan Pondok
Pesantren Hamalatul Quran (PPHQ) menyita perhatian banyak pihak. Tidak hanya di
kalangan umat Islam di Jombang, namun juga se-JawaTimur. Bahkan mungkin
se-Indonesia.
PPHQ berlokasi di
Desa Jarak Kulon, Kecamatan Jogoroto, Jombang, Jawa Timur. Pondok khusus
tahfidz ini didirikan oleh KH Ainul Yaqin. Kiai yang akrab disapa Mbah Yaqin
tersebut adalah alumni Madrasatul Qur’an Tebuireng. Dari segi sanad keilmuan,
termasuk dalam bidang tahfidz, MbahYaqin memiliki garis yang jelas.
Latar belakang para
santri calon hafidz di pesantren ini bervariasi. Mulai siswa SLTA, SLTP, bidan,
PNS, sarjana hingga guru. Meski baru berdiri tujuh tahun, sekarang PPHQ
memiliki sedikitnya dua ribu santri. Itu belum termasuk yang mukim di beberapa
PPHQ cabang.
Ketertarikan banyak
orang membincang PPHQ lebih disebabkan metode yang digunakan. Biasanya proses
menghapal Al-Qur’an membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Di PPHQ, hanya dalam
waktu enam bulan. Bahkan kebanyakan hanya dalam waku empat bulan. Subhanallah.
Metode akselerasi
yang “kurang umum” ini menarik banyak kalangan. Tidak heran jika santrinya
banyak yang dari luar Jawa. Bahkan ada yang dari Singapura. Mulai tahun
2018 kemarin, PPHQ membuka cabang di Ringin Agung Kepung, Kediri. Unit
ini khusus untuk santri putri. Pengasuhnya adalah Ustadz Faiq Faizin, lulusan
angkatan pertama PPHQ Jombang.
Buku Hafal
Al-Qur’an Semudah dan Secepat Ngopi ini menjawab banyak pertanyaan dan
penasaran khalayak tentang program tahfidz versi PPHQ. Buku ini ditulis oleh 67
santri berisi kisah dan pengalaman mereka selama menghafal Al-Qur’an di PPHQ.
Ini adalah kumpulan tulisan dari para santri generasi awal atau dikenal dengan
sebutan assabiqunal awwalun.
Kisah yang
ditampilkan bukan sebuah skenario yang dibuat agar menarik untuk dibaca. Akan
tetapi, itu semua adalah hasil pengalaman pribadi mereka yang berkesan untuk
dapat diceritakan kepada khalayak lewat tulisan. Tentu saja tulisan mereka
menggunakan gaya bahasa masing-masing yang khas sebagai seorang santri.
Banyak kisah mereka
yang mengharu biru dan inspiratif dalam proses menjadi hafidz dan hafidzah di
PPHQ. Kunci sukses tahfidz di PPHQ terletak pada program kegiatan akselerasi
yang tidak biasa. Mulai kegiatan ziyadah, murajaah, shalat
tahajjud dan shalat dhuha dengan maqra setengah juz, setoran bin nadhar,
bil ghaib, dzikrul Quran satu juz hingga fammy bisyauqin.
Kegiatan terakhir ini semacam muraqabah untuk membaca lima juz sekali
duduk dengan tartil.
Untuk melancarkan
hafalan, santri diwajibkan mengikuti kegiatan tahunan. Yaitu menjadi imam
shalat tarawih dengan maqra 30 juz di berbagai masjid. Baik masjid di desa
sekitar maupun masjid pondok yang menjalin kerja sama. Ini juga mengasah mental
para santri calon hafidz.
Proses menghafal
dengan durasi yang cepat, menjadikan santri sering dihinggapi rasa jenuh.
Bahkan bosan, malas, mengantuk dan keinginan untuk berhenti mengikuti program,
seolah menjadi “makanan keseharian” santri. Termasuk ada yang sakit dan harus
pulang selama satu bulan untuk penyembuhan.
Berbagai tantangan
itu ternyata dialami oleh hampir semua santri. Namun itu diantisipasidengan
pola asuh kiaidan para ustadz yang penuh perhatian dan cara komunikasi yang
baik. Sehingga, kesulitan tersebut dapat segera diatasi. Santri akhirnya
menjadi kembali kepada tujuan awal mereka untuk menjadi seorang hamilil
Quran lafdhan wa ma’nan wa amalan.
Ada ungkapan yang
menjadi motto di pondok ini.Yaitu Allahumma pekso. Ini didasari karena
menghafal Al-Qur’an bukan masalah bakat atau tidak. Tapi siapa yang mau dialah
yang bisa. Para santri sangat terkesan dengan dawuh sang pengasuh ini. Semua
berawal dari beban dan paksaan hingga akhirnya menjadi cinta.
Buku ini cukup
menarik untuk dibaca. Dengan bermacam latar belakang mereka sebelum menghafal
Al-Qur’an, isi buku ini makin berwarna. Sebut saja Karyn Shabrina Lym, santri
dari Singapura dengan julukan Queen of Mobile Legend. Awalnya dia
seorang pecandu game online mobil legend. Akhirnya membulatkan tekad untuk
hijrah menghafal Al-Qur’an, karena ingin membanggakan kedua orang tuanya.
Cerita menarik
lainnya dari Ainaul Rizki. Dia seorang bidan lulusan D-3 Poltekes Kemenkes
Semarang, yang memutuskan untuk mengambil program tahfidz sebelum melanjutkan
ke jenjang S-1 kebidanan.
Kisah menarik
berikutnya datang dari seorang santri yang dalam proses menghafal Al-Qur’an
dinyatakan lolos tes PNS. Dia adalah Ema Yusrina Fahmidah.Seorang gadis desa
lulusan S-1 dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kedua orang tuanya menginginkan
agar dia melanjutkan ke S-2.Tapi dia ingin “menebus dosa” saat kuliah yang
tidak bisa fokus untuk menghafal Al-Qur’an.
Masih banyak kisah
inspiratif lainnya yang dapat membuka mata dan menggugah keinginan para pembaca
untuk dapat mengikuti jejak mereka. Kisah para assabiqunal awwalun ini
membawa spirit kepada para pembaca. Salah satunya bahwa proses tidak akan
mengkhianati hasil. Yakin, usaha, sabar, doa, tawakkal dan ikhlas adalah hal
yang harus ada pada seorang yang memiliki impian menjadi seorang hafidz. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar