KHUTBAH JUMAT
Cara Memperingati Maulid Nabi
Khutbah I
اَلْحَمْدُ
لِلّهِ اَلذِي بَعَثَ رَسُـوْلَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِتَتْمـِيْمِ مَكَارِمَ اْلأَخْـلاَقِ. اَشْـهَدُ اَنْ لآ اِلهَ اِلاَّ اللَّهُ
وَحْدَهُ لاَشَـرِيْكَ لَهُ اَلْمَلِكُ الْخَلاَّقُ, وَاَشْـهَدُ اَنَّ سَـيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُـوْلُهُ شَـهَادَةً تُنْجِى قَائِلَهَا مِنْ عَذَابِ يَوْمِ
التَّلاَقِ. اَللَّهُمَّ صَـلِّ وَسَـلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا
مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْعَرَبِ وَالْعَجَمِ عَلَى اْلإِطْلاَقِ, وَعَلَى آلِهِ
وَصَـحْبِهِ وَمَنْ آمَنَ بِهِ وَاَحَـبَّهُ وَاشْـتَاقْ.
أَمَّا
بَعْدُ: أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَهُوَ رَبُّ
الْفَلَقِ إِلَى يَوْمِ التَّلاَقِ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Hadirin Jama’ah Jumat Rahimakumullah…
Alhamdulillah pada kesempatan Jum’ah yang mulia
ini, kita masih senantiasa diberikan rahmat hidayah serta inayah oleh Allah swt
sehingga kita diberikan kemudahan untuk mengungkapkan rasa syukur dengan
melaksanakan rangkaian ibadah shalat Jumat di masjid ini dalam keadaan sehat
wal ‘afiat.
Sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah
swt, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada
Allah swt dengan sebenar-benar keimanan dan sebaik-baik ketakwaan. Minimal
dengan jalan imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahi yaitu menjalankan apapun
yang diperintahkan oleh Allah swt dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk
menjauhi apapun yang dilarang-Nya, sebab dengan jalan takwa inilah Allah
menjanjikan kemuliaan bagi hamba-hambaNya sebagaimana termaktub dalam
al-Qur’an:
إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. (QS.
Al-Hujurat: 13)
Hadirin Jama’ah Jumat Rahimakumullah…
Saat ini kita berada di bulan Rabi’ul Awwal,
bulan di mana manusia termulia akhlaknya dilahirkan, yaitu Rasulullah saw. Maka
sebagai ummatnya, wajib kiranya kita mengungkapkan syukur yang tak terhingga
sebab kelahiran baginda Rasulullah SAW adalah termasuk nikmat yang agung.
Dalam buku berjudul Cahaya karya al Imam al
Habib Abu Bakar bin Hasan Al Athas Azzabidi, disebutkan pernah terjadi dialog
antara Allah ta’ala dengan Nabiyullah Daud Alaihissalam. Nabi Daud bertanya
kepada Allah ta’ala: “Ya Allah, nikmat apakah yang kecil di sisi-Mu?”. Allah
ta’ala menjawab, “Napas yang kamu hirup sehari-hari adalah nikmat yang kecil di
sisi-Ku”. (Bayangkan, napas yang kita hirup sehari-hari, yang menjadi oksigen
bagi kita, bagi Allah ta’ala adalah nikmat terkecil.) “Lalu nikmat apakah yang
paling terbesar di sisi-Mu?” Tanya Nabi Daud lagi. “Diciptakannya Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam” jawab Allah ta’ala.
Tak heran, jika dalam hadist Qudsi dikatakan:
لَوْلَاكَ
لَوْلَاكَ يَا مُحَمّد لما خَلَقْتَ الأَفْلَاك
Artinya: “Jika bukan karena engkau wahai
Muhammad, tidak akan aku ciptakan alam semesta ini”.
Hadirin Jama’ah Jumat Rahimakumullah…
Diantara cara mensyukuri atas hadirnya
Rasulullah SAW di muka bumi ini, sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an adalah
dengan cara bergembira. Allah ta’ala berfirman:
قُلْ
بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا
يَجْمَعُونَ
Artinya: "Katakanlah dengan karunia Allah
dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya
itu adalah lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan". (Yunus: 58)
Lalu apakah yang dimaksud dengan rahmat dalam
ayat ini? Apakah bentuk rahmat itu? Abdullah Ibnu Abbas menfasirkan ayat
tersebut dengan cukup jelas:
وأحرج
أبو الشيخ عن ابن عباس فى الأية قال: فضل الله العلم ورحمته محمد صلى الله عليه
وسلم : قال الله (وما أرسلنك إلا رحمة للعالمين)
Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah swt
sekaligus ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muahammad saw. Allah swt telah berfirman
(Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam) (al-Anbiya: 107)
Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah saw memang
diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam jagad raya. Maka kalimat
selanjutnya dalam Surat Yunus di atas yang berbunyi ‘hendaklah mereka
bergembira’ secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim menyambut gembira
atas rahmat tersebut.
Demikian pentingnya merasa bergembira menyambut
kelahiran Rasulullah saw sehingga Imam Imam al-Suyuthy (849-910 H/ 1445-1505 M)
dalam Husnul Maqshad fi Amalil Maulid memberikan petunjuk cara merayakan maulid
nabi yang benar:
أنَّ
أصْلَ عَمَلِ الْمَوْلدِ الَّذِى هُوَ اِجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا
تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ. وَرِواَيَةُ الأخْبَارِ الوَارِدَة فِى مَبْدَءِ أمْرِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا وَقَعَ فِى مَوْلِدِهِ مِنَ
الآيَاتِ ثُمَّ يَمُدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ
غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِى يُثَابُ
عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاِسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ
الشَّرِيْفِ.
Artinya: "Bahwa asal perayaan Maulid Nabi
Muhammad, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur’an dan kisah-kisah teladan
kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka
pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah
hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat
Nabi, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad yang
mulia". (Al-Hawy Lil Fatawa, Juz I, h. 189-197)
Hal pertama yang harus ada dalam perayaan,
sebagai bukti kegembiraan umat muslim atas kelahiran Rasulullah adalah membaca
al-Qur’an karena al-Qur’an adalah mukjizat Rasulullah saw sekaligus pedoman
hidup bagi umat Islam.
Hal kedua yang tidak boleh terlewatkan adalah
bercerita tentang kisah Rasulullah saw yang penuh keteladanan. Teladan bagi
pemuda, bagi pedagang, bagi seorang suami, bagi seorang pemimpin dan juga bagi
segenap umatnya.
Dan hal ketiga adalah mensedekahkan makanan
untuk dinikmati bersama-sama dengan niatan membahagiakan mereka yang hadir pada
majelis maulid.
Hadirin Jama’ah Jumat Rahimakumullah…
Rasa gembira akan kedatangan Rasulullah saw
merupakanpertanda kita mencintainya. Biasanya orang yang cinta akan selalu
berharap berjumpa dengan yang dicinta. Ada beberapa rambu-rambu yang dapat
digunakan sebagai alat penimbang kecintaan kita kepada Rasulullah saw.
Pertama, siapa yang cinta Rasulullah saw dia
pastilah orang yang taat kepada Rasulullah saw. artinya orang itu pasti akan
menjalankan segala peraturan syariatnya.
فمن
أحب أن ينال رؤية النبي عليه الصلاة والسلام فليحبه حبا شديدا وعلامة الحب الإطاعة
فى سنته السنية
Artinya: "Barang siapa menginginkan dapat
melihat Rasulullah saw, hendaklah ia mencintai beliau dengan kecintaan yang
menggebu. Adapun tanda cinta kepada beliau adalah adalah mengikuti sunnahnya
yang mulia."
Kedua, tanda para pecinta Rasulullah saw adalah
seringnya membaca shalawat. Sebuah hadits Aisyah ra. menerangkan hal ini:
من
أحب النبي عليه الصلاة والسلام أكثر من الصلاة عليه وثمرته الوصول الى شفاعته
وصحبته فى الجنة
Artinya: "Barang siapa mencintai
Rasulullah saw maka ia akan memperbanyak baca shalawat kepadanya. Adapun
buahnya adalah memperoleh syafa’at beliau dan menyertainya di surga."
Tanda ketiga, adalah barang siapa yang
mencintai Rasulullah saw pasti ia akan memperbanyak mengingat beliau. Mengingat
berbagai kisah hidupnya, mengingat kepahlawanannya dan mengingat
kebijaksanaannya. Dan tidak lupa meneladaninya,
من
أحب شيئا أكثر من ذكره
Artinya:
"Barang siapa mencintai sesuatu pastilah ia akan banyak menyebutnya."
Hadirin
Jama’ah Jumat Rahimakumullah…
Inilah saatnya kita membuktikan cinta kita
kepada Rasulullah saw dengan meneladani beliau sebagai penolong yang lemah.
Yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain (umatnya) dari pada kepentingan
pribadi atau golongan. Marilah kita jadikan kehadiran Rasulullah di bulan
maulid ini sebagai rahmat bagi kita semua. Rahmat karena kita memiliki peluang
untuk membuktikan cinta kita dengan bersedekah dan beramal saleh kepada yang
membutuhkan. Dan bantuan itu benar-benar merupakan rahmat bagi mereka yang
membutuhkan.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
الْحَمْدُ
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى
سَيِّدنَا مُحَمَّد مَنْ اَثْنَى اللهُ عَلَيْهِ بِخُلُقٍ حَسَن، وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَان .فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِيْ
نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ .يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ أَمَّا بَعْدُ؛ فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى : إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ،. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ
فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ
! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Burhan Ali Setiawan, Wakil Ketua Lembaga Dakwah
Nahdlatul Ulama PCNU Kota Semarang