Ibnu
Khaldun dan Penyebab Runtuhnya Khilafah
Oleh:
Nadirsyah Hosen
Dalam
kitabnya yang terkenal al-Muqaddimah, sejarawan ternama Ibnu Khaldun
(wafat 17 Maret 1406) menganalisa penyebab hancurnya Bani Umayyah dan juga
Abbasiyah. Ibn Khaldun menyebut faktor penerus para khalifah Umayyah yang lebih
cinta duniawi dan melupakan perjuangan pendahulu mereka.
Lantas
datanglah periode Khilafah Abbasiyah yang berhasil menumbangkan Umayyah dan
mencapai kekuasaan puncak. Awalnya mereka berupaya mengarahkan jalannya
kekuasaan menuju kebenaran, lantas tiba pada generasi anak cucu Harun ar-Rasyid
memegang kekuasaan, semuanya berubah.
Di antara
mereka, menurut Ibnu Khaldun, terdapat orang yang saleh dan orang yang jahat
sekaligus, sehingga kekuasaan menjadi sarana bermegah-megahan dan mereka para
Khalifah Abbasiyah tenggelam dalam kenikmatan duniawi. Mereka melanggar nilai-nilai
agama secara terang-terangan, kata Ibnu Khaldun, sehingga Allah mencabut
kekuasaan dari tangan orang Arab secara total. Allah lantas mengizinkan
bangsa-bangsa lain merebut kekuasaan mereka.
Ibnu
Khaldun, yang wafat di era Dinasti Mamluk, menegaskan bahwa Allah tidak pernah
berbuat kedzaliman sedikit pun kepada para hamba-Nya. Seolah beliau hendak
menegaskan bahwa kehancuran Khilafah Umayyah dan Abbasiyah akibat ulah mereka
sendiri. Ibnu Khaldun menggarisbawahi bahwa bagi siapa yang mau mengamati
perjalanan sejarah para khalifah maka akan mengetahui kebenaran pernyataan
beliau ini.
Ibnu
Khaldun lantas mengutip al-Mas’udi, sejarawan Arab klasik yang wafat tahun 956,
yang mengisahkan hal yang sama mengenai tingkah laku Bani Umayyah, ketika Abu Ja’far
al-Manshur, Khalifah kedua Abbasiyah, menemui pamannya. Mereka mencari info
tentang Bani Umayyah. Abu Ja’far menjawab:
“Khalifah
Abdul Malik itu penguasa yang otoriter dan tidak peduli dengan apa yang dia
lakukan. Khalifah Sulaiman itu hanya memikirkan isi perut dan kemaluannya saja.
Sedangkan Khalifah Umar bin Abdul Azis itu bagaikan orang yang buta sebelah di
kawanan orang yang buta kedua matanya. Orang yang menjadi pemimpin itu adalah
Khalifah Hisyam.”
Ibnu
Khaldun melanjutkan kutipan Abu Ja’far yang bercerita lebih lanjut bahwa di
awal mulanya Bani Umayyah memenuhi tanggung jawabnya, lantas mereka memuaskan
hawa nafsunya dan durhaka kepada Allah. Karena kelalaian inilah Allah
memakaikan baju kehinaan kepada mereka.
Kemudian
Abu Ja’far memanggil Abdullah bin Marwan yang menceritakan pertemuannya dengan
Raja Nubia (ini kawasan antara Mesir dan Sudan) ketika dia melarikan diri dari
pengejaran Khalifah As-Saffah (Khalifash Abbasiyah pertama). Dikisahkan dialog
antara sang Raja Nubia dengan Abdullah bin Marwan.
Raja
Nubia bertanya: “Mengapa anda minum minuman keras yang dilarang dalam kitab
suci anda?”
Abdullah
menjawab: “Budak dan pengawal kami yang melakukannya.”
“Mengapa
Kalian merusak tanaman dan hewan ternak, bukannya itu perbuatan yang
diharamkan?”
Abdullah
sekali lagi menjawab: “Budak dan pengikut kami yang berbuat itu karena
kebodohan mereka”
Raja
bertanya lagi: “Mengapa kalian memakai sutera dan emas padahal itu diharamkan
atas kalian?”
Abdullah
menjawab: “Kekuasaan kami dihancurkan bangsa non-Arab (Persia). Mereka masuk
agama kami dan mereka memakai sutera dan emas, padahal kami membencinya.”
Mendengar
semua jawaban ngeles dari Abdullah ini, Raja Nubia berkata: “Budak kami,
pengawal kami, pengikut kami, bangsa non-Arab!!! Kenyataanya tidak seperti yang
anda katakan. Kalian lah yang menghalalkan apa yang diharamkan. Kalian
melakukan perbuatan yang dilarang dan menyalahgunakan kekuasaan sehingga Tuhan
menimpakan bencana kehinaan kepada kalian (Bani Umayyah).
Raja
Nubia dengan gusar melanjutkan: “Aku khawatir jika Tuhanmu menimpakan azab-Nya
kepada kalian sekarang sedangkan kalian tengah berada di negeriku, aku pun akan
terkena musibah bersama kalian. Bertamu hanya tiga hari, setelah itu keluarkah
dari negeriku!”
Ibnu
Khaldun lantas memberi komentar yang menohok atas kisah di atas: “Jelaslah bagi
anda kini bagaimana kekhilafahan berubah menjadi kekuasaan duniawi semata.”
Dari
penjelasan Ibnu Khaldun ini maka berhentilah kita untuk selalu menyalahkan
orang lain. Sudah saatnya kita bersikap jujur terhadap kenyataan dan fakta
sejarah masa lalu. Kalau generasi terbaik di masa lampau saja tidak tahan
godaan duniawi dan syahwat kekuasaan, apa jaminannya kalau anak-anak HTI yang
koar-koar soal khilafah bisa lebih baik dari generasi masa lalu? Tidakkah kita
khawatir akan kecemplung masuk lubang kehinaan sekali lagi?
Jangan double
standard: kalau ada yang baik dari periode khilafah masa lalu, langsung
koar-koar betapa hebatnya khilafah sebagai solusi saat ini. Kalau ditunjukkan
khilafah masa lalu juga ada cacatnya, buru-buru ngeles kayak gaya
jawaban Abdullah di atas: seolah kejelekan itu pada masa kerajaan, bukan pada
masa khilafah. Yang baik diaku masa khilafah, yang jelek diaku masa kerajaan.
Padahal sama-sama bicara periode Umayyah dan Abbasiyah.
Modus
anak-anak HTI yang lugu dan lucu itu adalah mengkritik sistem demokrasi, lantas
menyebutkan fakta kehebatan khilafah masa lalu sebagai solusi masa kini. Ketika
tulisan-tulisan saya mengungkapkan bahwa sejarah khilafah juga banyak yang
bermasalah, mereka kejang-kejang dan marah kepada saya karena modus mereka
langsung tumbang berantakan.
Akhirnya
saya dibilang liberal dan kafir oleh anak-anak HTI. Semoga setelah membaca
tulisan saya ini, mereka tidak lantas mengatakan Ibnu Khaldun itu liberal dan
kafir.
Teks Asli
dari kitab al-Muqaddimah karya Ibn Khaldun:
فكان ذلك مما دعا الناس إلى أن
نعوا عليهم أفعالهم وأدالوا بالدعوة العباسية منهم. وولي رجالها الأمر فكانوا من
العدالة بمكان، وصرفوا الملك في وجوه الحق ومذاهبه ما استطاعوا، حتى جاء بنو
الرشيد من بعده فكان منهم الصالح والطالح. ثم أفضى الأمر إلى بنيهم فأعطوا الملك
والترف حقه، وانغمسوا في الدنيا وباطلها، ونبذوا الدين وراءهم ظهرياً، فتأذن الله
بحربهم، وانتزاع الأمر من أيدي العرب جملة، وأمكن سواهم منه. والله لا يظلم مثقال
ذرة.
ومن تأمل سير هؤلاء الخلفاء
والملوك واختلافهم في تحري الحق من الباطل علم صحة ما قلناه. وقد حكى المسعودي
مثله في أحوال بني أمية عن أبي جعفر المنصور، وقد حضر عمومته وذكروا بني أمية
فقال: " أما عبد الملك فكان جباراً لا يبالي بما صنع، وأما سليمان فكان همه
بطنه وفرجه، وأما عمر فكان أعور بين عميان، وكان رجل القوم هشام " . قال: ولم
يزل بنو أمية ضابطين لما مهد لهم من السلطان يحوطونة ويصونون ما وهب الله لهم منه،
مع تسنمهم معالي الأمور، ورفضهم دنياتها، حتى أفضى الأمر إلى أبنائهم المترفين،
فكانت همتهم قصد الشهوات، وركوب اللذات من معاصي الله جهلاً باستدراجه وأمناً
لمكره، مع اطراحهم صيانة الخلافة، واستخفافهم بحق الرياسة وضعفهم عن السياسة،
فسلبهم الله العز وألبسهم الذل، ونفى عنهم النعمة " . ثم استحضر عبد الله بن
مروان فقص عليه خبره مع ملك النوبة لما دخل أرضهم فاراً أيام السفاح، قال: " أقمت
ملياً ثم أتاني ملكهم فقعد على الأرض وقد بسطت له فرش ذات قيمة، فقلت له ما منعك
من القعود على ثيابنا؟ فقال: إني ملك! وحق لكل ملك أن يتواضع لعظمة الله إذ رفعه
الله. ثم قال: لم تشربون الخمر وهي محرمة عليكم في كتابكم؟ فقلت: اجترأ على ذلك
عبيدنا وأتباعنا بجهلهم! قال: فلم تطؤون الزرع بدوابكم والفساد محرم عليكم، قلت:
فعل ذلك عبيدنا وأتباعنا بجهلهم! قال: فلم تلبسون الديباج والذهب والحرير وهو محرم
عليكم في كتابكم؟ قلت: ذهب منا الملك وانتصرنا بقوم من العجم دخلوا في ديننا
فلبسوا ذلك على الكره منا. فأطرق ينكت بيده في الأرض ويقول: عبيدنا
وأتباعنا وأعاجم دخلوا في ديننا ثم رفع رأسه إلي وقال: " ليس كما ذكرت! بل
أنتم قوم استحللتم ما حرم الله عليكم، وأتيتم ما عنه نهيتم، وظلمتم فيما ملكتم،
فسلبكم الله العز وألبسكم الذل بذنوبكم. ولله نقمة لم تبلغ غايتها فيكم. وأنا خائف
أن يحل بكم العذاب وأنتم ببلدي فينالني معكم. وإنما الضيافة ثلاث. فتزود ما احتجت
إليه وارتحل عن أرضي. فتعجب المنصور وأطرق.
فقد تبين لك كيف انقلبت الخلافة
إلى الملك، وأن الأمر كان في أوله خلافة، ووازع كل أحد فيها من نفسه وهو الدين،
وكانوا يؤثرونه على أمور دنياهم وإن أفضت إلى هلاكهم وحدهم دون الكافة.
[]
NU
ONLINE, 12 Juli 2019
Nadirsyah
Hosen | Rais Syuriyah PCINU Australia-New Zealand, Dosen Senior Monash Law
School
Tidak ada komentar:
Posting Komentar