Kamis, 25 Juli 2019

Zuhairi: Momentum Palestina


Momentum Palestina
Oleh: Zuhairi Misrawi

Di tengah tantangan yang mahabesar menuju kemerdekaan, Palestina selalu mempunyai harapan, bahkan momentum. Palestina adalah sebuah mimpi dan cita-cita bersama kaum tertindas yang hingga saat ini masih belum mendapatkan hak-haknya.

Palestine Expo yang digelar di Olympia National, London pada 6-7 Juli lalu menarik perhatian seantero dunia karena dihadiri banyak warga di Eropa. Ekspo bertujuan mengenalkan kebudayaan, makanan, dan seni Palestina yang sangat kaya, serta membincangkan dampak-dampak yang dirasakan oleh Palestina akibat penindasan dan aneksasi yang dilakukan Israel.

Memang, tidak mudah untuk menggelar ekspo atau perhelatan kebudayaan sebesar ini di Palestina. Tetapi hal tersebut tidak menyusutkan semangat warga Palestina untuk menggelarnya di luar Palestina. Tidak tanggung-tanggung, mereka berhasil menggelar perhelatan yang sangat spektakuler itu di London, yang jangkauannya sangat luas di dataran Eropa.

Sejak digelar pertama kali pada 2017, Palestina Expo mendapatkan perhatian luas untuk selalu mengingatkan pada dunia bahwa ada Palestina yang masih tertindas dan terjajah hingga saat ini. Nasib Palestina masih terkatung-katung karena ada pihak-pihak yang sengaja Palestina tidak merdeka.

Bahkan belakangan muncul gagasan untuk menghapus mimpi Palestina yang merdeka dan berdaulat, karena sayup-sayup ada gagasan untuk mengukuhkan ide "satu negara" (one state). Yaitu, sebuah gagasan gila yang diam-diam sedang dirancang untuk menegasikan Negara Palestina. Jadi, nanti hanya ada satu negara, yaitu Negara Israel di bumi Palestina.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump ditengarai berada di balik ide "satu negara" tersebut. Sebab langkah-langkah yang diambil Trump sangat kuat arahnya dalam rangka mengukuhkan dominasi Israel. Kebijakan memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Jerusalem hendak mengikat Jerusalem sebagai kota milik Israel. Padahal sudah diputuskan agar Jerusalem menjadi kota bersama, yang dibagi untuk Israel dan Palestina.

Ironisnya, kebijakan kontroversial Trump tersebut diikuti oleh berbagai negara, meski mendapatkan penentangan dan penolakan keras dari mayoritas negara-negara di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tapi Trump terus melakukan manuver untuk memaksakan kehendaknya agar Israel menjadi pemenang dan penentu kekuasaan di bumi Palestina.

Yang teranyar, solusi ekonomi yang diinisiasi oleh Jared Kushner. Inisiatif AS dengan mengedepankan solusi ekonomi dengan menyediakan 5 miliar dolar AS untuk pembangunan infrastruktur di Palestina dan negara-negara Arab di sekitar Palestina menjadi sinyal kuat, betapa AS diam-diam ingin mengubur solusi politik terhadap Palestina. Bisa dimaknai, kemerdekaan Palestina semakin ditinggalkan atau diabaikan sama sekali.

Meskipun demikian, Mahmoud Abbas dan seluruh faksi Palestina menolak inisiatif AS tersebut, karena mereka tidak ingin terlena pada solusi ekonomi. Sebab yang dibutuhkan Palestina saat ini adalah solusi politik yang dapat memberikan kepastian bagi kedaulatan dan kemerdekaan. Palestina juga ingin kepastian agar Israel menghentikan pembangunan ilegal di bumi Palestina, sehingga mereka yang berada di pengungsian dan pengasingan bisa terjamin kembali ke Palestina.

Maka dari itu, Palestine Expo yang digelar di London pada awal Juli lalu hendak mengingatkan kembali perihal perjuangan politik Palestina yang tidak kunjung terwujud untuk merasakan angin segar kemerdekaan. Sejak Bung Karno menggelar Konferensi Asia-Afrika pada 1955 hingga detik ini, Palestina masih belum merasakan nikmatnya kemerdekaan.

Posisi Eropa sangat penting bagi upaya mewujudkan solusi politik bagi Palestina, karena sangat sulit menggantungkan harapan pada AS yang selama ini didikte oleh lobi-lobi Yahudi. Apalagi pada pemerintahan Trump, yang lagi-lagi Jared Kushner yan mempunyai latarbelakang Yahudi, sangat sulit rasanya mendapatkan solusi yang berkeadilan bagi Palestina. Karenanya jangan heran jika kebijakan Trump terkait Palestina cenderung menguntungkan pihak Israel.

Eropa menjadi satu-satunya harapan untuk terus menyalakan api kemerdekaan Palestina yang selalu ingin dipadamkan oleh Israel dan AS. Sayangnya, beberapa negara Arab dan Teluk, seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Bahrain, Jordania, dan Mesir tidak pernah memahami agenda yang sedang dimainkan oleh AS dan Israel. Mereka selalu berada dalam tabuhan gendang pihak-pihak yang tidak ingin Palestina merdeka.

Palestine Expo yang diinisiasi oleh para aktivis Palestina di Eropa ini semacam oase yang akan menghidupkan terus momentum Palestina. Sampai kapan pun kemerdekaan Palestina akan terus menggaung gemanya ke seantero dunia. Tidak ada pihak mana pun yang mampu menghentikan mimpi orang-orang Palestina untuk merasakan kemerdekaan.

Negara adidaya seperti AS dan beberapa sekutunya di Timur-Tengah akan gagal mewujudkan mimpinya untuk menghapus Palestina. Karena Palestina pada hakikatnya adalah sejarah masa lalu dan masa kini yang tidak akan pernah menyerah melawan kaum penindas. Selalu ada jalan untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan.

Palestine Expo akan menjadi perhelatan yang akan selalu digelar setiap tahun dengan dukungan yang terus membesar. Semakin Palestina dizalimi, maka suara-suara perlawanan akan terus membesar dan dengan dukungan yang semakin membesar pula. Hal tersebut terlihat dari perhelatan Palestine Expo pada 2019 yang makin membangkitkan harapan dan mimpi kemerdekaan.

Dalam hal ini, negara-negara Arab yang telanjur berada di pihak AS dan Israel hendaknya memikirkan ulang untuk mengikuti skenario mereka. Sebab langkah mereka sangat bertentangan aspirasi warga Palestina dan sebagian besar dunia. Palestina harus merdeka dan dapat menentukan kedaulatannya. Jika tidak, maka kita akan menanggung dampak yang besar, yaitu meluasnya perlawanan, bahkan ekstremisme yang kerap menggunakan isu Palestina.

Sebenarnya, jika kita berhasil mewujudkan kemerdekaan Palestina, maka secara pelan-pelan kita akan berhasil melakukan deradikalisasi karena isu Palestina tidak akan lagi ditunggangi oleh kelompok ekstremis. []

DETIK, 18 Juli 2019
Zuhairi Misrawi | Intelektual muda Nahdlatul Ulama, analis pemikiran dan politik Timur-Tengah di The Middle East Institute, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar