Mereka Kenang Kiai
Aziz Masyhuri Tekun Membaca dan Menulis
Judul
buku : Mengenang KH A. Aziz Masyhuri
(1942-2017)
Penulis
: Fathonah K. Daud (editor)
Penerbit
: Diva Press
Cetakan
: Me1 2018
Tebal
: 296 halaman
Peresensi
: Abdullah Alawi
Ketika disebut nama
KH Abdul Aziz Masyhuri, kemungkinan besar orang mengenalnya adalah sebagai
orang yang produktif menulis. Ratusan kitab berbahasa Indonesia dan Arab lahir
dari tangannya. Ya, ia adalah bagian dari generasi NU yang sambung-menyambung
dalam tradisi penulisan. Ia sebagaimana KH Mahfudz Shiddiq, KH Saifuddin Zuhri,
KH Wahid Hasyim, Mahbub Djunaidi, hingga KH Abdurrahman Wahid.
Meski demikian, ia
juga ahli dalam beberapa bidang keilmuan di antaranya fiqih, ushul fiqih,
hadits, tafsir, tasawuf, dan tarikh. Di antara keahliannya itu, yang paling
menonjol adalah pada bidang aqidah.
Keahlian dalam
beragam bidang tersebut, tidak dapat Kiai Aziz Masyhuri dengan cara mudah. Ia
belajar keras dan tekun sedari remaja. Salah seorang adik kandungnya, Nurul
Huda Masyhuri mengenang Kiai Aziz sebagai anak yang kutu buku sejak kecil. Ia
sering membaca atau muthalaah kitab hingga larut malam. Bahkan lewat tengah
malam.
Karena kebiasaannya
itu, ibu KH Aziz Masyhuri sering mengingatkan. Ziz wis dalu ndang turu mene
ngulang (Ziz, sudah larut malam besok ngajar lagi). (Hal.43)
Buku ini merupakan
kesaksian dari berbagai kalangan yang dibagi ke dalam beberapa bab. Di dalam
tiap tersebut memuat kesaksiaan dari beberapa orang:
1.
Kenangan dari Keluarga
2.
Kenangan dari Ulama atau Kiai
3.
Kenangan dari Tokoh Nasional
4.
Kenangan dari Peneliti atau Kolega
dari Luar Negeri
5.
Kenangan dari Cendekiawan
6.
Kenangan dari Akademisi
7.
Kenangan dari Santri atau Alumni
8.
Kenangan dari Tokoh Muda NU
Ratusan kitab dalam
bahasa Indonesia dan puluhan dalam bahasa Arab. Ia merupakan cucu mantu dari
Rais Aam KH Bisri Syansuri, pengasuh pesantren Al-Aziziyah, Ia lahir dari
Senori, Tuban. Penulis terkenal SYekh Fadhol Senori merupakan pamannya. Ia
meninggal Sabtu 15 April 2017. Lahir tanggal 17 Juli 1942 di Senori Tuban, Jawa
Timur dari pasangan KH Masyhuri bin Abdus Sami’ dan Nyai Hj Aminah
Syahid.
Masa kecilnya ia
berguru kepada kedua orang tuanya kemudian kepada beberapa kiai di Senori.
Kemudian pada masa remaja, ia berguru kepada satu kiai ke kiai lainnya. Ia
pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Peterongan Jombang, Pondok Pesantren
Lasem, Rembang, dan Pondok Pesantren Krapyak. Pada bulan Ramadhan ia sering
berkeliling ke pesantren-pesantren untuk menimba ilmu.
Kemudian sempat
belajar nonformal di Makkah saat setelah ia menikah. Dia dikaruniai dua orang
putri yaitu hj Bariroh Aziz, hj khoridah Aziz,dan seorang putra, Abdul Muiz
Aziz
Ia pernah aktif di
IPNU, Lembaga Pendidikan Ma'arif, Persatuan Guru Nahdlatul ulama di Tuban.
Untuk tingkat wilayah Jawa TImur ia aktif LP Ma’arif NU, Lembaga Dakwah NU,
LKKNU, Wakil Katib Syuriyah PWNU Jatim, Wakil Rais, Ketua RMI, dan pengurus MUI
Di tingkat pusat,
Ketua RMINU, pengurus BAZNAS Wakil Ketua Pospenas (Pekan Olahraga dan seni,
pondok pesantren tingkat nasional). A'wan PBNU, Dewan Pengawas P3M, Pengurus
MP3A Majelis Pertimbangan Pendidikan dan Pengajaran Agama dan Keagamaan. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar