Kabinet Baru dan Pengembangan Kualitas SDM
Oleh: Bambang Soesatyo
NEGARA harus mengalokasikan ruang dan waktu yang memadai bagi orang muda dan remaja untuk bertumbuh kembang menjadi generasi milenial dan generasi Z yang kompeten dan kompetitif. Agenda ini hendaknya menjadi prioritas dan fokus kabinet baru yang formasinya sedang dipersiapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pesan ini penting dan relevan untuk dikedepankan lagi di ruang publik, di tengah isu tentang calon menteri baru atau jatah menteri untuk formasi kabinet baru. Penting, karena generasi orang tua sekarang ini harus mengantarkan dan menyiapkan orang muda dan remaja menjadi generasi milenial dan generasi Z yang kompeten dan kompetitif sepanjang era Industri 4.0 dan era sesudahnya. Relevan, karena Presiden Jokowi telah menetapkan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas pembangunan sepanjang lima tahun periode kedua pemerintahannya.
Atas nama keterbukaan, rencana dan proses pembentukan formasi menteri untuk kabinet baru memang layak diketahui publik. Karena itu, menjadi wajar jika diskusi tentang calon menteri pun dibawa ke ruang publik. Pun, wajar pula jika dialog presiden dalam konteks itu dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk dengan partai-partai politik pendukungnya, menjadi pengetahuan publik. Apalagi, Presiden pun bisa mendapatkan masukan yang dibutuhkannya dari publik. Misalnya tentang rekam jejak, kompetensi, hingga akhlak calon menteri. Maka, hari-hari ini pun ramai media memberitakan isu seputar calon menteri.
Khusus mengenai formasi kabinet baru yang masa baktinya akan dimulai pada Oktober 2019, masyarakat pasti berharap akan tampil kabinet yang produktif. Pembangunan dan agenda pemerataan infrastruktur di semua daerah atau wilayah hendaknya dilanjutkan, termasuk proyek tol laut dan proyek Palapa Ring Timur serta Palapa Ring Barat. Begitu juga dengan proyek elektrifikasi nasional dan pengejawantahan politik satu harga untuk sejumlah komoditas yang dikuasai negara. Tak kalah strategisnya adalah memberi perhatian lebih pada masalah air bersih dan pipanisasi air bersih di sejumlah daerah, serta meningkatkan efektivitas layanan kesehatan masyarakat di semua rumah sakit maupun puskesmas.
Selain kelanjutan program atau proyek-proyek tersebut, masih ada dua proyek besar yang segera memasuki tahap realisasi. Antara lain proyek pembangunan ibu kota baru, dan ambisi meningkatkan kompetensi dan kualitas angkatan kerja. Sebagaimana telah diketahui oleh masyarakat, Presiden telah berkomitmen untuk melakukan akselerasi pembangunan dan pengembangan SDM.
Program yang bertujuan mendorong generasi milenial dan generasi Z beradaptasi dengan perubahan zaman ini telah memasuki tahap realisasi awal berupa alokasi anggaran pada tahun ini, serta rencana memperluas program pendidikan vokasi.
Program pembangunan dan pengembangan kualitas SDM harus benar-benar menjadi perhatian semua elemen masyarakat. Alasannya tidak mengada-ada. Tantangan yang sedang dan akan dihadapi orang muda dan remaja sangat berbeda dengan apa yang dulu dihadapi generasi orang tua.
Bersama Peduli
Dilandasi pertimbangan bahwa program ini sangat strategis bagi orang muda dan remaja, pemerintah perlu mengintensifkan sosialisasi program ini kepada semua elemen masyarakat dan komunitas. Program ini layak menjadi pengetahuan seluruh komponen masyarakat, termasuk para pendidik atau guru. Sebaliknya, dengan memahami program ini, para orang tua diharapkan makin intens pula dalam memaparkan dan menggambarkan tantangan masa depan yang dihadapi anak-anak.
Diharapkan pula agar orang tua berkemauan untuk menyadari bahwa zaman telah berubah, dan karenanya berubah pula cara pandang dan pendekatan ketika harus menjawab pilihan keahlian atau profesi yang layak untuk didalami setiap anak. Mengapa? Karena banyak pekerjaan tidak lagi butuh peran atau kreasi otak manusia. Kebutuhan akan peran manusia pada sejumlah profesi atau keahlian di dunia kerja tidak lagi signifikan.
Contohnya, untuk menetapkan seseorang itu bankable atau tidak, tak diperlukan lagi peran tenaga analis dari bank. Pekerjaan itu akan dijawab oleh sistem peranti lunak yang menganalisis profil calon nasabah. Pasar kerja memang telah berubah dengan begitu cepat. Otomatisasi dan digitalisasi yang masif mengurangi peran tenaga dan kreasi otak manusia. Ada pengakuan bahwa sepanjang periode 2016-2018, jumlah karyawan sembilan bank di dalam negeri berkurang sekitar 20.000 orang akibat otomatisasi dan digitalisasi.
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) juga memperkirakan 75 juta hingga 375 juta pekerjaan akan hilang. Kajian lainnya menyebutkan, sekitar 50 juta peluang kerja di Indonesia akan hilang akibat otomatisasi dan digitalisasi perekonomian.
Maka itu, inisiatif Presiden Jokowi untuk mengakselerasi pembangunan dan pengembangan kualitas SDM menjadi sangat relevan. Dengan begitu, layak pula jika semua pihak sangat berharap Presiden memberi perhatian khusus pada masalah ini ketika membentuk formasi kabinet baru. Setidaknya, ada satu tim atau gugus tugas di kabinet yang fokus dan all out bekerja dalam program ini.
Inisiatif Presiden Jokowi ini pun hendaknya direspons oleh para ahli pendidikan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kemenristek Dikti. Apalagi, Kemenristek Dikti juga sudah memiliki gambaran tentang perubahan kebutuhan di sektor lapangan. Kemedikbud dan Kemenristek Dikti diharapkan segera berbagi informasi dan pencocok program, yang kemudian diikuti dengan inisiatif bersama untuk membarui kurikulum pendidikan dari tingkat dasar. Pembaruan kurikulum diperlukan sebagai penyesuaian terhadap perubahan zaman.
Sambil menunggu terbentuknya kabinet baru, akan sangat ideal jika para ahli dari Kemendikbud dan Kemeristek Dikti juga menyiapkan kertas kerja atau konsep tentang program pembangunan dan pengembangan kualitas SDM untuk dipresentasikan kepada Presiden.
Pembangunan dan pengembangan kualitas SDM harus menjadi kepedulian bersama. Dari kepedulian itu, generasi milenial dan generasi Z diharapkan termotivasi untuk menyiapkan diri masing-masing sebagai figur yang kompeten dan kompetitif sepanjang era Industri 4.0 dan era selanjutnya. Presiden telah berinisiatif. Bagaimana inisiatif itu bisa diaktualisasikan sangat bergantung kepada para ahli pendidikan. Tak ada salahnya melihat langkah tetangga. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad telah melakukan pembaruan pola pendidikan di negaranya. Kementerian Pendidikan Malaysia pun menetapkan arah baru dalam kurikulum pendidikan, yakni fokus pada teknologi.
Maka itu, seturut perubahan dan perkembangan zaman, Indonesia pun harus berani melakukan pembaruan kurikulum. Pembaruan itu harus mengakomodasi kebutuhan orang muda dan remaja Indonesia untuk bertumbuh dan berkembang menjadi generasi milenial dan generasi Z yang kompeten dan kompetitif di era Industri 4.0 dan era selanjutnya. []
KORAN SINDO, 9 Juli 2019
Bambang Soesatyo | Ketua DPR RI, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar