Mereka Berkata ‘Nabi Sudah
Sempurna, Tidak Perlu Didoakan’
Memasuki bulan Maulid, mulai bermunculan
berbagai syubhat (propaganda) yang mengkritik tentang berbagai
tradisi yang sudah mengakar di Nusantara ini. Mulai dari mengkritik perayaan
Maulid, tawassul, ziarah kubur, serta tradisi peribadatan lain yang menurut
cara pandang mereka bukan merupakan bagian dari ajaran Islam sebab tidak adanya
dalil khusus yang menjelaskannya.
Salah satu hal yang dijadikan bahan kritikan
dari berbagai tradisi ini adalah tradisi mendoakan Nabi Muhammad ﷺ, baik yang terlafalkan dalam doa-doa atau berupa ihda’
tsawab (pemberian hadiah pahala) kepada Nabi Muhammad ﷺ. Menurut mereka Nabi Muhammad adalah pribadi yang sempurna,
tidak perlu didoakan atau diberi hadiah pahala, sebab selain belum ditemukan
dalil yang menjelaskan diperintahkannya hal ini, pelaksanaan hal ini juga akan
merendahkan nilai keluhuran Nabi Muhammad ﷺ dan memunculkan
persepi seolah-olah Nabi Muhammad ﷺ sama dengan manusia
lain yang membutuhkan panjatan doa dan zikir-zikir dari orang lain yang masih
hidup.
Pandangan demikian selintas terkesan logis
dan masuk akal, banyak sekali orang yang terkecoh dengan hujjah-hujjah seperti
ini hingga berimbas pada penolakan terhadap berbagai tradisi yang sama. Namun
jika dicermati secara mendalam, segala bantahan dan sanggahan tentang
pelaksanaan tradisi ini sangat mudah sekali untuk dijawab dan dimentahkan.
Sebenarnya kritik tentang masalah ini tidak
hanya muncul di zaman sekarang. Adalah Imam Ibnu Taimiyah, salah satu pembesar
mazhab Hanbali sekaligus “kiblat” penganut puritanisme, juga pernah mengkritik
pelaksanaan doa dan ihda’ tsawab yang ditujukan pada Nabi Muhammad ﷺ. Beliau berpandangan bahwa tidak boleh ada yang berani bersikap
pada Nabi Muhammad ﷺ yang derajatnya luhur
kecuali dengan sesuatu yang diizinkan secara langsung oleh Nabi seperti
mendoakan shalawat pada Nabi dan memohon wasilah (perantara) kepada Nabi
Muhammad ﷺ,
sehingga mendoakan Nabi selain dengan lafal shalawat serta ihda’ tsawab pada
Nabi adalah sesuatu yang terlarang.
Pandangan Ibnu Taimiyah ini dibantah
habis-habisan oleh para ulama yang tidak sependapat dengannya seperti Imam
Subki serta ulama-ulama lain. Penulis akan sedikit mengulas berbagai bantahan
yang disampaikan para ulama dalam menyikapi berbagai syubhat dari kelompok yang
menolak permasalahan ini.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan:
إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab, Ayat 56)
Makna shalawat Allah pada Nabi dalam ayat di
atas adalah Allah senantiasa merahmati dan meridhai Nabi, sedangkan makna
shalawat malaikat adalah malaikat mendoakan dan meminta permohonan ampun untuk
Nabi Muhammad ﷺ.
Berdasarkan ayat di atas, jika Allah dan
Malaikat bershalawat pada Nabi yang salah satu kandungan artinya adalah
mendoakan Nabi, lalu mengapa kita masih dilarang untuk mendoakan Nabi? Bahkan
Mendoakan Nabi adalah salah satu wujud pelaksanaan perintah yang tercantum
dalam akhir ayat di atas.
Imam Ibnu Abidin dalam Radd al-Mukhtar menjelaskan
bahwa anjuran menghadiahkan pahala untuk orang lain juga mencakup terhadap Nabi
Muhammad ﷺ,
bahkan Nabi Muhammad ﷺ lebih berhak untuk
dihadiahi pahala sebab jasanya yang telah menyelamatkan kita dari berbaga
kesesatan (jahiliyah), oleh karenanya dalam menghadiahkan pahala pada
Nabi Muhammad ﷺ terkandung rasa
syukur dan pemberian yang baik (Ibnu Abidin, Radd al-Mukhtar, Juz 2,
hal. 243).
Sifat kesempurnaan yang ada pada Nabi
Muhammad ﷺ bukan berarti nabi
tidak perlu lagi berdoa untuk kebaikan dirinya sendiri dan tidak butuh didoakan
oleh orang lain, sebab dalam pepatah Arab dijelaskan “al-kamil qabilun li
ziyadati al-kamal” yang memiliki arti hal yang sempurna masih dapat
bertambah sempurna. Berdasarkan hal ini, mendoakan pada Nabi Muhammad ﷺ dengan doa kemuliaan,
keagungan dan ketinggian derajat bukan menafikan sifat kesempurnaan yang ada
pada Nabi, tapi justru menjadikan kesempurnaan yang ada pada Nabi menjadi
bertambah sempurna.
Pembuktian hal ini misalnya seperti doa Nabi
yang terdapat dalam Al-Qur’an:
وَقُلْ
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Dan katakanlah (wahai Muhammad): ‘Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan’.” (QS. Al-Ahzab, Ayat 114)
Dan juga doa Nabi Muhammad ﷺ yang terdapat dalam
hadits:
كان
يقول في دعائه واجعل الحياة زيادة لي في كل خير
“Rasulullah ﷺ berkata dalam doanya
“Jadikanlah hidupku bertambah dalam segala kebaikan.”
Berdasarkan dua dalil di atas sangat nyata
bahwa derajat dan kesempurnaan yang ada pada Nabi Muhammad ﷺ dapat semakin
bertambah.
Sedangkan dalil dari segi amaliyah atas
legalnya melaksanakan tradisi ini, ditunjukkan oleh para sahabat dan para ulama
yang melakukan sebuah amal yang pahalanya ditujukan kepada Nabi Muhammad ﷺ seperti yang
dijelaskan dalam Radd al-Mukhtar:
أن
ابن عمر كان يعتمر عنه -ﷺ - عمرا بعد موته من
غير وصية وحج ابن الموفق وهو في طبقة الجنيد عنه سبعين حجة وختم ابن السراج عنه -
صلى الله عليه وسلم - أكثر من
عشرة آلاف ختمة وضحى عنه مثل ذلك اهـ
“Sesungguhnya Ibnu Umar melaksanakan ibadah
umrah yang pahalanya ditujukan untuk Nabi Muhammad ﷺ tanpa adanya wasiat
dari beliau, Ibnu al-Muwaffiq yang derajatnya setara dengan sufi terkemuka,
Imam Junaid, melaksanakan haji untuk Nabi Muhammad ﷺ sebanyak 70 kali.
Ibnu as-Suraij mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari 10 ribu khataman dan
menyembelih hewan sebanyak 10 ribu lebih yang pahalanya ditujukan untuk Nabi
Muhammad ﷺ”
(Ibnu Abidin, Radd al-Mukhtar, Juz 2, hal. 243)
Dengan demikian, tradisi masyarakat yang
berupa mendoakan Nabi Muhammad ﷺ dan menghadiahkan
pahala untuk Nabi Muhammad ﷺ merupakan tradisi
yang sebenarnya sudah dilaksanakan oleh para ulama terdahulu dengan dalil yang
sangat jelas sekaligus tidak terbantahkan dengan hujjah manapun, dalil dan
penalaran yang sama juga berlaku dalam mendoakan dan menghadiahkan pahala
kepada para wali dan ulama yang memilki derajat yang luhur di sisi Allah SWT.
Wallahu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar