KHUTBAH GERHANA BULAN
Tafakur, Ibadah yang Sering Dilupakan
Khutbah I
الحَمْدُ
للهِ الّذِي لَهُ مَا فِي السمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَلَهُ الحَمْدُ فِي
الآخرَة الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ
مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وهو الرّحِيم
الغَفُوْر. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ
وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ.
اَللَّهُمَّ
فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ
لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ
اَمَّا
بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه
وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي
كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Jamaah shalat gerhana bulan hafidhakumullâh,
Apa yang terlintas di benak kebanyakan orang
ketika disebut kata “ibadah”? Barangkali yang paling dominan adalah bayangan
tentang seseorang mengerjakan shalat, puasa, haji, dzikir; mengenakan mukena,
berhijab, baju koko, peci, dan gambaran kegiatan formal dan aneka atribut
lainnya. Bayangan tersebut tidak sepenuhnya salah. Meskipun, kebanyakan melupakan
jenis ibadah lain yang sangat penting, tidak terlihat, namun bernilai tinggi di
sisi Allah ﷻ.
Ibadah apakah itu? Yakni berpikir atau
tafakur. Akal merupakan karunia terbesar Allah kepada manusia yang
membedakannya dari semua binatang dan benda-benda mati. Nyaris semua kemampuan
fisik yang dimiliki manusia, juga dipunyai binatang—bahkan binatang bisa lebih
andal dalam hal-hal tertentu. Hanya saja, sehebat apa pun kapasitas binatang,
ia tetap tidak akan mampu menciptakan peradaban agung lantaran tak mempunyai
akal sebagaimana dimiliki manusia.
Dengan demikian, pantaslah manusia (al-insân)
selalu didefinisikan sebagai hayawân nâthiq, yakni hewan yang berpikir. Akal
atau pikiran adalah kunci pembeda. Hilangnya fungsi akal pada diri manusia
berarti menutunkan derajatnya selevel dengan binatang, atau bahkan lebih
rendah.
Al-Qur’an sendiri menyebut para ahli neraka
yang tak mau menggunakan akal, mata, dan telinganya untuk merenungkan ayat-ayat
Allah sebagai:
أُوْلَئِكَ
كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS al-A’raf:
179)
Jamaah shalat gerhana bulan hafidhakumullâh,
Imbauan untuk berpikir, merenung, atau
mendayagunakan akal tersebar banyak dalam Al-Qur’an. Redaksinya pun
bermacam-macam, ada yang menggunakan akar kata fikr, dzikir, aql, fiqh, ‘ilm,
nadhar, dan albâb. Seluruhnya menunjukkan betapa Islam sangat memperhatikan
potensi akal manusia. Karena itu pula, merenungi ciptaan Allah bisa lebih utama
dibanding ibadah sunnah semalaman.
Perintah tentang berpikir dan menghayati
ciptaan Allah datang langsung dari Al-Qur’an:
إِنَّ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ، الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.” (QS Ali Imran: 190-191)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
فَكَّرُوا
فِي خَلْقِ اللهِ، وَلاَ تَتَفَكَّرُوْا فِي اللهِ، فَإِنَّكُمْ لَنْ تَقْدِرُوْا
قَدْرَهُ
“Berpikirlah tentang ciptaan Allah, dan
jangan kalian memikirkan Allah karena kalian pasti tak memiliki kemampuan untuk
itu.” (HR Abu Syekh dari Ibnu ‘Abbas)
Kita memang dilarang memikirkan hakikat Dzat
Allah yang memang mustahil dicapai, tapi manusia diperintah untuk memikirkan
makhluk-makhluknya, termasuk bumi, bulan, matahari, serta fenomena
gerhana.
Jamaah shalat gerhana bulan hafidhakumullâh,
Gerhana bulan merupakan bagian dari fenomena
alamiah. Namun, di balik itu ada kekuatan besar yang tampak ketika kita mau
merenunginya. Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang
bulan tertutup oleh bayangan bumi. Peristiwa tersebut berlangsung bila bumi
berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama—saat itu
cahaya Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Fenomena alam ini mengindikasikan bahwa bumi,
bulan, matahari, serta seluruh tatanan angkasa bergerak sesuai garis orbit
sebagaimana sunnatullah. Keteraturan dan keharmonisan ini menandakan bahwa
Allah Maha Mengatur. Kehebatan fakta astronomis ini sukar disangkal lantaran
mustahil manusia mengintervensi fenomena gerhana. Berbeda dengan fenomena
biologis tertentu, misalnya bibit tumbuhan yang bisa direkayasa, gerhana bulan
adalah fenomena besar yang tak mungkin dikendalikan manusia. Kenyataan tersebut
kian menegaskan kelemahan manusia sebagai hamba di hadapan Allah ﷻ.
Tidak heran bila Imam al-Ghazali dalam Al-Adab
fid Din menyerukan seyogianya fenomena gerhana membuat orang semakin
menampakkan ketundukan diri kepada Allah ﷻ, bertobat dari kesalahan-kesalahan, serta semakin meresapi
kehadiran Ilahi dalam kehidupannya. Secara rinci, beliau berujar:
آداب
الخسوف: دَوَامُ الْفَزَعِ، وَإِظْهَارُ الجَزَعِ، وَمُبَادَرَةُ التَّوْبَةِ،
وَتَرْكُ المِلَلِ، وَسُرْعَةُ القِيَامِ إِلَى الصَّلَاةِ، وَطُوْلُ القِيَامِ
فِيْهَا، وَاسْتِشْعَارُ الحَذَرِ
“Perilaku yang semestinya ditunjukkan saat
terjadi gerhana bulan: senantiasa memiliki rasa takut, menampakkan rasa
gelisah, segera bertobat, tidak bersikap mudah bosan, segera melaksanakan
shalat, berlama-lama dalam shalatnya, dan merasakan adanya peringatan.”
Bagi Imam al-Ghazali, peristiwa gerhana
adalah momen merenungi keagungan Allah yang Mahaagung. Kedahsyatan
kekuasaan-Nya yang berhasil dihayati selanjutnya akan mengondisikan kalbu untuk
selalu merendah di hadapan-Nya, gelisah dengan dosa-dosa, betah dalam upaya
mendekatkan diri, lalu berlanjut dengan memperbanyak istighfar alias memohon
ampun kepada Allah.
Gerhana adalah bagian dari ayat kauniyah
Allah, di samping ayat qauliyah berupa Al-Qur’an. Di dalamnya ada ilmu yang
melimpah. Beruntunglah bagi orang-orang yang mau merenungkan ayat jenis ini
yang gejalanya ada di mana-mana dan kapan saja: di sekeliling atau bahkan di
dalam diri kita sendiri, serta dalam tiap detak jantung dan tarikan napas.
Kita beruntung masih dikaruniai kesadaran
oleh Allah ﷻ untuk mau
melaksanakan shalat gerhana ini secara berjamaah dalam kesempatan ini.
Melaksanakan shalat dan mendengarkan khutbah adalah sebuah keutamaan. Namun,
ada yang lebih utama dari ini, yakni meresapi hakikat femomena alam untuk
kemudian semakin mendekatan diri kepada Allah ﷻ. Ibnu ‘Abbas berkata:
تَذَاكُرُ
الْعِلْمِ بَعْضَ لَيْلَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ إِحْيَائِهَا
“Berkontemplasi (bertafakur) pada sebagian
malam lebih aku cintai ketimbang melaksanakan ibadah sunnah sepanjang malam.”
بَارَكَ
الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ
بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ
الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar