4 Cara
Kaum Musyrik Menghadang Dakwah Rasulullah
Semenjak Rasulullah
‘mendeklarasikan diri’ sebagai seorang nabi dan Rasul Allah, banyak pihak yang
tidak suka. Terutama kaum musyrik Makkah. Mereka lantas menolak dan menghadang
segala macam dakwah Rasulullah. Alasan mereka melakukan hal itu pun bervariasi;
mulai dari motif ekonomi, kekuasaan, kedudukan sosial, hingga keyakinan bahwa
Islam salah dan agama mereka sebelumnya paganisme benar.
Karena alasan-alasan
tersebut di atas, kaum musyrik Makkah melancarkan berbagai macam upaya untuk
membendung dan menghentikan dakwah Rasulullah. Pertama, menghina,
mengolok-olok, dan menjuluki Rasulullah sebagai orang gila. Langkah ini
ditempuh untuk melunturkan kehormatan Rasulullah sehingga masyarakat Makkah
tidak hormat atau bersimpati lagi kepada Rasulullah.
Penolakan terhadap
dakwah Islam sudah terjadi ketika Rasulullah menyampaikan khutbah yang pertama
kali di hadapan masyarakat Makkah. Pada saat itu, Abu Lahab, salah seorang
paman Rasulullah, bahkan menilai apa yang disampaikan Rasulullah
itu sebagai sebuah aib. Oleh karenanya Rasulullah harus dihentikan.
“Ayo cegah dia
sebelum orang lain yang turun tangan mencegahnya,” teriak Abu Lahab dalam kitab
Al-Kamil karya Ibnu Al-Atsir, sebagaimana dikutip dari buku Khotbah-khotbah
Terakhir Rasulullah saw. (Ali Abdullah, 2015).
Kedua, menjelekkan
dan membangkitkan keragu-raguan terhadap ajaran Islam. Tidak hanya menyerang
personal Rasulullah, kaum musyrik juga menyebarkan hoaks kepada masyarakat Arab
terhadap ajaran Islam yang didakwahkan Rasulullah. Mereka membuat propaganda-propaganda
bahwa Al-Qur’an hanyalah kebohongan yang dibuat Rasulullah. Mereka melakukan
itu tanpa memberikan kesempatan kepada masyarakat Arab untuk menelaah sendiri
ajaran yang dibawa Rasulullah.
Salah satu elit
Makkah yang termakan propaganda itu adalah Sayyidina Umar bin Khattab.
Sebelumnya Sayyidina Umar adalah salah seorang yang keras menentang dakwah
Rasulullah. Namun hatinya luluh ketika dirinya tidak sengaja mendengar
ayat-ayat Al-Qur’an yang dilantunkan oleh adik perempuannya. Akhirnya ia menjadi
salah satu pembela Islam yang paling berani.
Ketiga, menyodorkan
beberapa penawaran atau menyuap Rasulullah. Strategi ini pernah dilakukan Utbah
bin Rabi’ah, salah satu elit musyrik Makkah. Pada saat itu, Utbah bin Rabi’ah
mendatangi Rasulullah yang saat itu tengah berada di dalam kawasan Ka’bah.
Setelah basa-basi, Utbah bin Rabi’ah langsung menyampaikan beberapa penawaran
kepada Rasulullah; mulai harta kekayaan, kemuliaan, kerajaan, dan obat yang
paling mujarab. Kata Utbah bin Rabi’ah, Rasulullah akan mendapatkan itu semua
jika ia mau berhenti mendakwahkan Islam.
Rasulullah tidak
mengiyakan atau menolaknya. Namun setelah itu Rasulullah meminta Utbah untuk
mendengarkan perkataannya. Rasulullah lantas membacakan QS. Fushshilat. Merujuk
buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits
Shahih (M Quraish Shihab, 2018), ketika sampai ayat ke-38 Utbah meminta
Rasulullah untuk menghentikan bacaannya, lalu kemudian Rasulullah sujud kepada
Allah.
Keempat, membunuh
Rasulullah. Setelah kaum musyrik mengetahui Rasullullah akan melaksanakan
hijrah, mereka menggelar sebuah pertemuan di Darun Nadwah, sebuah parlemen
Quraish. Dalam buku Sirah Nabawiyah (Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,
2012), pertemuan yang dilangsungkan pada hari Kamis, 26 Safar tahun ke-14
kenabian itu dihadiri para wakil seluruh kabilah Quraish. Mulai dari Abu Jahal
dari kabilah Bani Makhzum hingga Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumah.
Dalam pertemuan itu,
berbagai macam usulan muncul untuk menghentikan dakwah Rasulullah seperti
mengusir Rasulullah, memasukannya ke dalam kerangka besi hingga tewas, dan
membunuhnya. Akhirnya pendapat terakhir yang disepakati, untuk menghentikan
dakwah Islam maka Rasulullah harus dihabisi. Agar Bani Manaf tidak bisa
menuntut balas, mereka menunjuk seorang yang gagah perkasa dan berdarah
bangsawan dari setiap kabilah untuk membunuh Rasulullah. Rencana yang mereka
susun dengan sangat matang itu gagal karena Rasulullah diselamatkan oleh Allah.
Rintangan, tekanan,
persekusi, iming-iming, dan ancaman pembunuhan tersebut tidak menyurutkan
semangat Rasulullah untuk mendakwahkan Islam. Beliau terus mendakwahkan Islam
sampai titik darahnya yang terakhir. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar