KHUTBAH JUMAT
Keutamaan Takwa dan Tawakal
Khutbah I
اَلْحَمْدُ
لِلهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ،
وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ
لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا
مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ
أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم
صَلِّ وَسَلِّمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.
أَمَّا
بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّه
مَخْرَجًا، وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى
اللهِ فَهُوَ حَسْبُه، اِنَّ اللهَ بَالِغُ اَمْرِه قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ
شَيْءٍ قَدْرًا (سورة الطلاق: ٢-٣).
Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullâh,
Ayat yang kami baca dalam mukadimah, maknanya adalah “Barangsiapa bertakwa kepada Allah,
niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari
arah yang tidak ia sangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah menciptakan (mewujudkan)
apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu” (QS ath-Thalaq: 2-3).
Saudara-saudara seiman,
Imam Ahmad dalam Musnadnya dan al-Hakim dalam al-Mustadrak meriwayatkan
dari sahabat Abu Dzarr radliyallahu
‘anhu bahwa ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika
mulai membacakan kepadaku ayat وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ
يَجْعَلْ لَّه مَخْرَجًا yang maknanya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan
mengadakan baginya jalan keluar” (QS ath-Thalaq: 2), hingga beliau
selesai membacanya, kemudian bersabda:
يَا
أَبَا ذَرٍّ، لَوْ أَنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَخَذُوْا بِهَا لَكَفَتْهُمْ
Maknanya: “Wahai Abu
Dzarr, seandainya semua orang mengambil ayat ini (sebagai pedoman), niscaya ia
cukup bagi mereka. ” Abu Dzarr berkata: Maka Rasulullah mulai
membacanya dan mengulang-ulangnya.
Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullâh,
Sebagaimana kita tahu bahwa takwa adalah
menjalankan seluruh kewajiban dan menjauhi semua perkara yang diharamkan. Telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma bahwa ia berkata:
وَمَنْ
يَتَّقِ اللهَ يُنْجِهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Maknanya: “Barangsiapa
bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat.
”
Jadi, hadirin sekalian, takwa adalah sebab munculnya jalan keluar dari
berbagai macam kesulitan di dunia dan akhirat, sebab diperolehnya rezeki dan
sebab diraihnya derajat yang tinggi. Sebaliknya perbuatan-perbuatan maksiat
adalah sebab terhalangnya seseorang memperoleh jalan keluar, rezeki, dan
derajat tinggi di dunia dan akhirat.
Al-Hakim, Ibnu Hibban dan lainnya meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bahwa beliau bersabda:
إِنَّ
الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ
Maknanya: “Sesungguhnya
seseorang akan terhalang dari suatu rezeki sebab dosa yang dilakukannya.
” (HR al-Hakim, Ibnu Hibban dan lainnya).
Sebagian ulama mengatakan: “Perbuatan dosa akan menyebabkan seseorang
terhalang dari berbagai macam nikmat di dunia, seperti kesehatan dan harta,
atau hilangnya berkah dari hartanya, atau menyebabkan seseorang dikalahkan dan
dikuasai oleh musuh-musuhnya. Dan terkadang seseorang melakukan sebuah dosa,
maka jatuhlah kedudukan dan martabatnya dari hati banyak orang atau menyebabkan
ia lupa terhadap ilmunya. Oleh karena itu, sebagian orang berkata: Sungguh aku
mengetahui siksa dan balasan atas dosaku dari perubahan keadaanku dan
kawan-kawan yang menjauhiku. ”
Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullâh,
Dalam lanjutan ayat di atas, Allah menegaskan:
وَمَنْ
يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ
Maknanya: “Dan
barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya.
”
Tawakal adalah bergantung kepada Allah semata dan mengandalkan-Nya dalam
segala urusan, karena Allah subhanahu
wa ta’ala adalah pencipta segala sesuatu, pencipta manfaat dan
mudarat. Tidak ada yang mengenakan bahaya dan memberikan manfaat secara hakiki
kecuali hanya Allah. Apabila seorang hamba telah meyakini hal itu dan
memantapkan hatinya terhadapnya serta selalu mengingatnya, maka dia akan
mengandalkan Allah dan berserah diri kepada-Nya dalam urusan rezeki dan segala
urusan yang lain serta akan menjauhi kecenderungan berbuat maksiat, terutama
ketika berada dalam kesulitan.
Imam Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim meriwayatkan dari Amirul Mukminin ‘Umar
bin al-Khaththab radliyallahu
‘anhu bahwa ia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
لَوْ
أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا
يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا، وَتَرُوحُ بِطَانًا
Maknanya: “Jika kalian
bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya Allah akan
memberikan rezeki kepada kalian seperti Ia memberikan rezeki kepada burung.
Burung-burung itu keluar di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali ke
sarang-sarangnya dalam keadaan perut yang terisi penuh. ” (HR
Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim).
Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullâh,
Tawakal tidaklah bertentangan dengan melakukan sebab, ikhtiar dan usaha. Dalam
Shahih Ibnu Hibban
diceritakan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Apakah aku melepas (tidak mengikat) untaku dan bertawakal kepada Allah?. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya:
اِعْقِلْهَا
وَتَوَكَّلْ
Maknanya: “Ikatlah dan
bertawakkal-lah kepada Allah. ” (HR Ibnu Hibban).
Al-Baihaqi dalam Syu’ab
al-Iman meriwayatkan dari pimpinan para shufi, al-Junaid
al-Baghdadi radliyallahu
‘anhu bahwa ia berkata:
لَيْسَ
التَّوَكُّلُ الْكَسْبَ، وَلَا تَرَكَ الْكَسْبِ، التَّوَكُّلُ شَيْءٌ فِي
الْقُلُوبِ
Maknanya: “Tawakal
bukanlah bekerja atau tidak bekerja, tawakal adalah sesuatu yang adanya di hati.
”
Jadi inti dari tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah dan
percaya penuh kepada-Nya disertai melakukan sebab, usaha dan ikhtiar.
Al-Baihaqi dalam Syu’ab
al-Iman mengutip perkataan seorang ulama yang menyatakan:
اكْتَسِبْ
ظَاهِرًا وَتَوَكَّلْ بَاطِنًا، فَالْعَبْدُ مَعَ تَكَسُّبِهِ لَا يَكُونُ
مُعْتَمِدًا عَلَى تَكَسُّبِهِ وَإِنَّمَا يَكُونُ اعْتِمَادُهُ فِي كِفَايَةِ
أَمْرِهِ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Maknanya: “Bekerjalah
secara lahiriah dan bertawakal-lah kepada Allah secara batin. Seorang hamba
meskipun bekerja, ia tidaklah mengandalkan pekerjaannya, akan tetapi dalam hal
tercukupinya segala urusan, ia hanya bergantung kepada Allah. ”
Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullâh,
Di bagian akhir dari ayat tersebut ditegaskan bahwa Allah telah menjadikan
ajal bagi tiap-tiap sesuatu. Allah telah menakdirkan akhir dan ajal setiap
sesuatu secara pasti sehingga tidak bisa dipercepat atau diundur. Seseorang
yang mati karena dibunuh, orang yang mati sebab ditabrak mobil dan orang yang
mati di atas kasurnya, masing-masing mati sesuai ajalnya, masing-masing
meninggal dengan qadla` dan qadar Allah. Tidak ada seorang pun yang mati
sebelum waktu yang telah Allah takdirkan baginya. Allah ta’ala berfirman:
فَاِذَا
جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Maknanya: “Apabila
ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun”
(QS al A’raf: 34).
Allah ta’ala
juga berfirman:
اَيْنَ
مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ
مُّشَيَّدَةٍ
Maknanya: “Di mana pun
kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu berada di dalam
benteng yang tinggi dan kukuh” (QS an-Nisa`: 78).
Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita
semua.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
إِنَّ
الْحَـمْدَ لِلٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ
وَنَشْكُرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا
هَادِيَ لَهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ
الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ
وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَرَضِيَ اللهُ عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ
الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ
وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ
حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ
وَالصَّالِحِيْنَ.
أَمَّا
بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ
الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ
الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًاﱠ (سورة
الأحزاب: ٥٦)، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً
مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضٰالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ
عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَّوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما
نَتَخوَّفُ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ
اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبٰى
ويَنْهٰى عَنِ الفَحْشٰاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ
يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center
PWNU Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar