Meluruskan Makna Jihad (26)
Menghindari Kekerasan, Menjunjung Nilai Kemanusiaan
Oleh: Nasaruddin Umar
Visi jihad di dalam Al-Quran sangat tegas menentang kekerasan.
Untuk tujuan apapun, atas nama apa dan siapapun, serta kepada siapapun, bahkan
untuk kepentingan agama Allah pun, cara-cara kekerasan harus tetap dihindari,
sebagaimana ditegaskan di dalam ayat: Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). (Q.S.
al-Baqarah/2:256). Jihad, sekali lagi, pada hakikatnya bertujuan untuk
menghidupkan orang dan mengangkat martabat kemanusiaan.
Allah juga dengan tegas melarang melakukan tindakan pembunuhan
kepada orang yang tak berdosa: Dan
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara lalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi
janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah
orang yang mendapat pertolongan. (Q.S. al-Isra'/17:13).
Siapapun tidak boleh memandang enteng sebuah jiwa, karena Allah
menegaskan: Barang siapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.
(Q.S. al-Maidah/5:32).
Begitu indahnya ayat tersebut sehingga Barack Obama dalam pidato
ilmiahnya di Universitas Kairo Mesir pernah mengutip ayat itu. Menurut Obama
sedemikian besar perhatian Tuhan terhadap nyawa dan jiwa setiap orang sehingga
pernyataan ayat tersebut tidak pernah ditemukan di dalam kitab suci mana pun.
Jihad sesungguhnya untuk mewujudkan kedamaian makrokosmos (alam
raya) dan mikrokosmos (manusia). Keseimbangan antara alam dan manusia serta
makhluk hidup lainnya hanya bisa diwujudkan jika sesama umat manusia saling
menghargai dan menghormati satu sama lain. Persaudaraan antarsesama salah satu
hal yang diobsesikan di dalam Al-Quran, sebagaimana ditegaskan: Innamal mu'minuna ikhwah
--Sesungguhnya orang-orang yang memiliki keimanan (kepada Tuhan) adalah
bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (jika terjadi
konflik). (Q.S. al-Hujurat/49:10).
Jika seorang sudah beriman kepada Tuhan, seperti apapun
keimanannya, harus diperlakukan secara terhormat. Allah juga menyatakan: Dan aku sekali-kali tidak akan
mengusir orang-orang yang beriman. (Q.S. al-Syu'ara/26:114).
Allah menegaskan agar sesama manusia saling memuliakan; menyerukan
kepada semua umat manusia untuk saling memuliakan satu sama lain: Walaqad karramna Bani Adam --Dan sesungguhnya
telah Kami muliakan anak-anak Adam. (Q.S. Al-Isra'/17:70). Siapapun yang merasa
anak cucu Adam tanpa membedakan jenis kelamin, etnik, agama, dan
kepercayaannya, wajib menghormati satu sama lain. Kita wajib memuliakan umat
manusia sebagaimana Sang Penciptanya memuliakannya.
Bukan hanya kepada orang lain, tetapi terhadap diri sendiri pun
Allah melarang untuk mencelakakan diri, sebagaimana ditegaskan: Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. al-Baqarah/2:195).
Memang kita berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran, sepahit
apapun risikonya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad: Katakanlah kebenaran itu sekalipun pahit akibatnya.
Namun dalam menyampaikannya kita tetap diminta melakukannya dengan penuh
kebijakan: Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. al-Nahl/16:125).
Dalam ayat lain ditegaskan: Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. (Q.S.
al-Qashash/28:56). Subhanallah,
sedemikian mulia dan agung nilai-nilai kemanusiaan di dalam Al-Quran; sayang
segelintir orang memperatasnamakan diri-Nya menodai nilai-nilai keagungan itu.
[]
DETIK, 06 Februari 2020
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar