Gus
Sholah Amanatkan Persatuan, RS, dan Bank Syariah
Oleh: Khofifah
Indar Parawansa
KH
Salahuddin Wahid alias Gus Sholah sudah tiada. Adik Presiden Ke-4 RI KH
Abdurrahman Wahid itu dimakamkan di Jombang kemarin (3/2). Sebagian besar
mengenalnya sebagai sosok yang sederhana dan berjiwa besar. Banyak yang merasa
kehilangan, khususnya masyarakat Jawa Timur.
Sosok Gus
Sholah sangat menginspirasi. Beliau memiliki semangat belajar yang luar biasa.
Semangat itu selalu ditekankan kepada santri yang menimba ilmu di Pondok
Pesantren Tebuireng, Jombang. Tak sedikit santri yang berhasil. Ada yang
menjadi pengusaha, akademisi, bahkan banyak yang bergerak di bidang politik.
Gus
Sholah merupakan guru bangsa. Priyantun yang sae dan ngayomi. Wajar jika banyak
yang memiliki kesan bersama beliau. Kesan itu pasti positif karena Gus Sholah
memang sosok yang inspiratif.
Saya
bagian dari orang yang memiliki kesan terhadap beliau. Salah satunya amanat
yang pernah beliau sampaikan kepada saya. Ada tiga amanat yang masih saya ingat
jelas.
Pertama,
persatuan dan kesatuan. Gus Sholah selalu menekankan pentingnya menjaga aspek
itu. Pesan ini ditujukan untuk semua. Saya bisa membayangkan betapa sedihnya
beliau ketika umat Islam terpecah belah. Ketika perbedaan suku dan agama
dijadikan komoditas untuk merusak persatuan dan kesatuan.
Gus
Sholah sangat peka. Beliau yakin bahwa persatuan dan kesatuan merupakan kunci
utama dalam sebuah negara. Pembangunan tidak akan berlangsung apabila persatuan
dan kesatuan di dalam negara itu lemah.
Amanat
ini sangat luar biasa. Saya mengajak semua orang, masyarakat Indonesia,
khususnya Jawa Timur, untuk memahami amanat tersebut. Bisa jadi, menjaga
persatuan dan kesatuan bukan lagi ajakan, tapi perintah Gus Sholah kepada semua
elemen masyarakat di Indonesia. Pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Saat
beberapa kali bertemu dengan saya, beliau menyampaikan pesan bahwa pekerjaan
rumah (PR) kita adalah persatuan, PR kita adalah persatuan, dan PR kita adalah
persatuan. Beliau sampaikan, pertumbuhan ekonomi itu tidak ada gunanya kalau
kita terpecah belah. Maka persatuan, persatuan, persatuan menjadi hal yang
sangat penting.
Itu juga
beberapa kali diingatkan kepada saya setelah saya menjabat gubernur. Maka
bersatu di unit apa pun, dalam lingkup apa pun, sangat penting untuk kita
lakukan dengan ikhtiar bergandeng tangan demi merajut kebersamaan.
Amanat
berikutnya, Gus Sholah ingin pendidikan di Pesantren Tebuireng terus
berkembang. Termasuk rumah sakit yang sedang dibangun. Gus Sholah ingin rumah
sakit tersebut menjadi layanan kesehatan yang modern. Bukan sekadar poskestren
(pusat kesehatan pesantren). Tapi, sekali lagi, yang diinginkan adalah rumah
sakit. Dan ini, sekarang pembangunan rumah saki itu on progress.
Amanat
itu membuktikan bahwa beliau adalah sosok yang memikirkan kemaslahatan umat.
Layanan kesehatan menyangkut hajat hidup orang banyak. Gus Sholah ingin
Tebuireng memiliki layanan yang memberikan kemaslahatan bidang kesehatan.
Di
Tebuireng, beliau juga membuka ruang bagi romo atau pendeta dari berbagai
negara untuk mengenali bagaimana sebuah pesantren mengajarkan ilmu. Terutama
tentang keislaman, supaya mereka bisa mendapatkan dan menemukenali bahwa
pesantren-pesantren di Indonesia yang berada dalam lingkungan NU mengajarkan
Islam yang penuh damai. Islam yang penuh kasih.
Para romo
dan pendeta dari berbagai negara itu bisa tinggal sampai tujuh hari di
Tebuireng. Ini kan banyak yang tidak terkonfirmasi kepada publik. Namun, itu akan
membangun mindset dan perspektif dari banyak tokoh agama dunia untuk bisa
mengenali bahwa Islam yang diajarkan di pesantren-pesantren di Indonesia di
dalam naungan NU ini mengajarkan Islam rahmatan lil alamin.
Bukan
sekadar itu. Gus Sholah juga sudah mengembangkan belasan Tebuireng di berbagai
provinsi lain. Mulai Papua, Aceh, Riau, dan Bengkulu. Artinya, beliau ingin
mendiseminasikan bagaimana pesantren yang bisa memberikan pemberdayaan dan
pencerahan sekaligus kemandirian dalam jejaring Pesantren Tebuireng.
Beliau
juga sering menghadirkan narasumber-narasumber dari luar negeri. Kalau dulu Gus
Dur sering hadir dalam berbagai konferensi internasional, Gus Sholah lebih
banyak menghadirkan narasumber internasional di Tebuireng. Ini sangat banyak
yang tidak terpublikasikan.
Semua
obsesi beliau soal masa depan Tebuireng merupakan bagian dari kelengkapan
format sebuah pesantren. Beliau sudah mengembangkan perguruan tinggi dengan
berbagai prodi, terutama teknologi informasi.
Dari
obsesi-obsesinya terhadap pesantren, kita bisa tahu bahwa Gus Sholah ingin
pesantren memberikan kontribusi terhadap penguatan SDM yang unggul dalam bidang
pendidikan. Ini PR besar bagi penerusnya di Tebuireng. Baik yang di Jombang
maupun dalam jejaring-jejaringnya di berbagai provinsi.
Amanat
terakhir adalah realisasi pembangunan bank syariah yang prestise di pondok
tersebut. Tepatnya, ingin mengembangkan bank wakaf mikro menjadi bank umum
syariah di Tebuireng. Beliau meyakini bahwa bank syariah mampu menopang hajat
hidup orang banyak.
Bank
syariah menjadi solusi bagi masyarakat. Praktik rentenir yang sering mencekik
masyarakat tingkat bawah bisa diatasi. Sistem ekonomi syariah yang
mengedepankan bagi hasil merupakan solusi yang tepat. Alokasi pinjaman tersebut
bisa mendongkrak perekonomian di masyarakat.
Seperti
yang kita tahu, Gus Sholah juga gemar menulis. Tulisan-tulisan karya
intelektualnya banyak menyoroti berbagai persoalan yang sedang dihadapi umat
dan bangsa. Selain menulis di media massa, Gus Sholah menulis beberapa buku.
Itu bukti bahwa beliau merupakan cendekiawan sejati. Semangat beliau untuk
belajar dan belajar patut ditiru.
Beliau
juga aktivis. Karena itu, saya memiliki penilaian tersendiri tentang beliau.
Gus Sholah bukan hanya seorang negawaran. Beliau satu paket dengan pejuang hak
asasi manusia karena pernah menjadi komisioner Komnas HAM.
Kini Gus
Sholah sampun tindak. Saya mengajak masyarakat Jawa Timur untuk dapat mengikuti
ide, gagasan, dan gerakan beliau. Caranya, melanjutkan perjuangan Gus Sholah
yang belum tuntas. Tiga amanat itu merupakan contoh perjuangan beliau yang
masih tertunda. []
JAWA POS,
4 Februari 2020
Khofifah
Indar Parawansa | Gubernur Jawa Timur Dilengkapi dari wawancara wartawan Jawa
Pos Miftakhul Fahamsyah dengan Khofifah di Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar