Cara Berbakti pada Orang
Tua yang Masih Hidup
Setiap anak pasti mempunyai utang budi kepada
orang tua atas jasa-jasa yang telah dicurahkan sepenuh hati mulai dari
mengandung, menyusui, hingga tumbuh kembang dari usia kanak-kanak bahkan sampai
dewasa.
Dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah,
Rasulullah mengatakan bahwa seorang anak tidak akan bisa membalas budi orang
tua kecuali seumpama orang tua tersebut jadi budak lalu si anak membelinya
untuk dimerdekakan dari status budak.
لَا
يَجْزِي وَلَدٌ وَالِدًا، إِلَّا أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوكًا فَيَشْتَرِيَهُ
فَيُعْتِقَهُ
Artinya: “Seorang anak tidak akan mampu
membalas orang tua kecuali ia menemukan orang tuanya jadi budak lalu ia
membelinya kemudian memerdekakan.” (HR Muslim: 25)
Namun, apakah di zaman sekarang ada orang tua
yang menjadi budak? Tentu tidak ada karena kita sudah tidak berada di era
perbudakan. Apabila demikian kondisinya, maka tidak ada anak satu pun yang bisa
membalas curahan kebaikan orang tuanya.
Tentu saja tak bisa membalas dengan balasan
seimbang, bukan berarti anak tidak wajib membalas kebaikan orang tua. Ia harus
membalas kebaikan-kebaikan orang tua. Salah satu caranya adalah dengan
menafkahi mereka saat masih hidup, bahkan ketika keduanya adalah non-Muslim.
Tanggung jawab ini mesti dilakukan ketika orang tua memang tidak mampu
sementara anak memiliki kecukupan harta.
Seorang anak juga mesti selalu berbaik budi
dan tidak berkata kasar kepada mereka.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Artinya: “Dan kalian sembahlah Allah dan
jangan kalian sekutukan Ia dengan apa pun, dan dengan bersikap baik kepada
kedua orang tua.” (QS An-Nisa’: 36)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir (2/298) dijelaskan,
orang tua sangat penting untuk dihormati karena Allah menjadikan orang tua
sebagai media atau wasilah seorang anak bisa lahir ke alam dunia ini. Oleh
karena itu, di dalam ayat Al-Qur’an, Allah berulang kali memerintahkan berbaik
budi kepada kedua orang tua setelah Al-Qur’an menyebut kata Allah. Jadi kalimat
kedua orang tua (wâlidain) sering jatuh setelah kata perintah pengesaan
atau penghambaan kepada Allah. Selain ayat di atas, bisa dilihat pada ayat
berikut:
أَنِ
اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ
Artinya: “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua orang tuamu.” (QS Luqman: 41)
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS Al-Isra’: 23)
Apa pun alasannya, seorang anak harus berkata
kepada orang tua dengan tutur kata yang sopan. Bisa saja ada anak ditakdirkan
menjumpai orang tuanya dalam keadaan sudah tua renta, pikun, atau daya
kecerdasan otaknya menurun sehingga terjadi satu dua ketidaksepakatan antara
yang tua dengan yang muda. Kondisi demikian mesti dimaklumi. Maka di Surat
Al-Isra’ dan ayat yang sama, Allah melarang anak berkata kasar meskipun sedikit
saja dengan kalimat “hus” misalnya, dan membentak. Terlebih lagi memukul
mereka, tentu hal ini sangat dilarang oleh agama Islam.
إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا
أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Artinya: "Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.” (QS Al-Isra’: 23)
Selain berbuat baik, seorang anak bisa
berbakti kepada orang tua dengan cara mendoakannya dengan kebaikan-kebaikan
yang melimpah. Dalam satu hadits, Rasulullah bersabda:
إِذَا
مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ
بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: "Apabila Manusia meninggal
Dunia maka terputuslah amalnya kecuali karena tiga hal, yaitu sedekah jariyah,
ilmu bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya". (HR. Muslim: 1631)
Di antara investasi terbesar orang tua adalah
anak yang shalih yang mau mendoakan kedua orang tuanya. Maka, sebagian ulama
menyatakan bahwa ciri-ciri anak yang shalih adalah anak yang mau mendoakan
kedua orang tuanya. Hal ini terlihat dalam diksi hadits “aw waladin shâlihin
yad’û lah (anak shalih yang mendoakan orang tua)". Logikanya apabila
tidak mau mendoakan, berarti tidak disebut anak shalih.
Dengan demikian, ada dua hal pokok yang perlu
digarisbawahi bagi anak yang ingin berbakti kepada orang tua, yaitu berbuat
baik kepada mereka dengan cara berbicara yang halus, baik, tidak menyentuh
kemarahan mereka dan mendoakan mereka selalu. Wallahu a’lam. []
Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren
Raudhatul Quran an-Nasimiyyah, Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar