Jumat, 21 Februari 2020

BamSoet: Ketidakpastian Global dan Momentum UMKM


Ketidakpastian Global dan Momentum UMKM
Oleh: Bambang Soesatyo

Durasi atau waktu yang dibutuhkan untuk menghentikan penyebaran virus korona belum bisa dihitung. Faktor ini sudah mengeskalasikan ketidakpastian. Ekses atau kerusakan yang timbul akibat reaksi komunitas global pun predictable , karena China tercatat sebagai satu-satunya kekuatan ekonomi yang begitu agresif berekspansi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.

Menindaklanjuti rasa cemas itu, komunitas global dipaksa harus mengubah sikap untuk sementara terhadap China. Alih-alih ramah, siapa pun harus waspada terhadap orang maupun barang dari China. Sebaliknya, warga China pun menyadari hal itu. Mereka harus menahan diri untuk bepergian. Selama masih ada potensi menyebarnya virus korona, banyak tempat di dunia ini menjadi tidak ramah lagi kepada pebisnis maupun wisatawan dari China.

Pola penyebaran virus korona itu yang membuat semua orang takut. Menurut para ahli, virus korona menyerang sistem pernafasan manusia. Proses penyebarannya melalui udara yang terhirup lewat hidung serta mulut kemudian masuk saluran pernafasan, lalu ke tenggorokan hingga paru-paru.

Akibatnya, hari-hari ini dan entah sampai kapan, pemerintah di banyak negara praktis fokus pada upaya melindungi rakyatnya dari kemungkinan terpapar virus korona Wuhan atau novel coronavirus (2019- nCoV). Upaya itu sebagai respons atas deklarasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), yang pada akhir Januari 2020 menetapkan situasi darurat global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Deklarasi WHO itu harus dipahami sebagai kesepakatan global yang sudah dipertimbangkan dengan sangat bijaksana oleh para ahli dalam Komite Darurat International Health Regulations (IHR) yang beranggotakan 196 negara. Deklarasi WHO bisa diterjemahkan sebagai imbauan atau perintah pada semua negara anggota untuk menerapkan sejumlah langkah yang perlu dan relevan guna melindungi masyarakat setempat dari ancaman virus atau wabah penyakit.

Sebagaimana bisa dilihat, hampir semua negara menempuh sejumlah langkah yang mungkin dirasakan cukup ekstrem. Tetapi, langkah-langkah itu harus diterapkan untuk menangkal penyebaran virus korona menyebar dan mengancam kesehatan masyarakat setempat. Langkah-langkah yang sama juga diterapkan Indonesia.Pemerintah antara lain telah menghentikan untuk sementara fasilitas bebas visa dan visa on arrival bagi turis asal China, menghentikan impor sejumlah produk dari China, serta menghentikan untuk sementara penerbangan langsung dari dan ke daratan China terhitung sejak pekan pertama Februari 2019. Kementerian Perdagangan RI sudah memastikan penghentian sementara impor bahan pangan dari China.

Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah memberi pemahaman kepada masyarakat agar tidak mudah panik dengan berbagai informasi tentang virus korona. Karena itu, segenap jajaran Kementerian Kesehatan dari tingkat pusat hingga daerah harus proaktif menyosialisasikan kemampuan negara menangkal dan mencegah penyebaran virus korona ke dalam negeri.Langkah ini sangat perlu untuk mencegah panik masyarakat. Selain itu, sebagai bagian dari langkah pencegahan, Kementerian Tenaga Kerja dan Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM juga harus memonitori mobilitas puluhan ribu tenaga kerja asing (TKA) asal China.

Akhir-akhir ini masyarakat tidak hanya peduli pada pemberitaan tentang dampak virus korona, tetapi juga mulai cemas. Kecemasan masyarakat itu direfleksikan oleh warga Natuna ketika menyikapi keputusan pemerintah menetapkan Natuna sebagai lokasi karantina bagi 250 WNI yang dievakuasi dari China.

Penolakan warga Natuna dinyatakan dalam sebuah unjuk rasa belum lama ini. Kecemasan itu sangat wajar mengingat sebagian besar masyarakat begitu awam tentang virus korona dan cara menangkalnya. Sedangkan pemberitaan tentang ekses virus ini sangat intens dan mulai menebarkan rasa takut. Apalagi setelah WHO juga menetapkan status virus korona Wuhan sebagai darurat global, yang ditindaklanjuti banyak negara dengan ragam tindakan preventif menangkal penyebaran virus itu.

Langkah Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan jajarannya menenangkan masyarakat patut diapresiasi. Namun, langkah-langkah itu belum efektif karena insidental atau sepintas lalu, sementara pemberitaan tentang ekses dan penyebaran virus korona demikian intens akhir-akhir ini.Informasi tentang kemampuan negara menangkal virus itu pun masih simpang siur dan tak jarang dibumbui hoaks. Berdasarkan kecenderungan itu, sangat ideal jika Kemenkes segera menyiapkan penjelasan atau informasi publik tentang kemampuan negara menangkal penyebaran virus korona di dalam negeri. Informasi resmi itu hendaknya seragam dan disebarluaskan atau disosialisasikan ke semua daerah oleh jajaran Dinas Kesehatan di setiap provinsi serta kabupaten/kota.

Dengan penjelasan atau informasi resmi yang seragam, diharapkan tidak ada lagi kesimpangsiuran, hoaks, atau spekulasi lainnya tentang virus korona di Indonesia. Langkah seperti ini juga bertujuan mencegah panik di masyarakat. Sedangkan Kementerian Tenaga Kerja dan Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM pun diharapkan aktif memonitori mobilitas puluhan ribu TKA asal China.

Hingga akhir tahun lalu, jumlah TKA asal China di Indonesia lebih dari 30.000 orang. Di antara jumlah itu, sebagian tentu sempat keluar masuk Indonesia-Tiongkok untuk berbagai keperluan. Apalagi momentum Tahun Baru Imlek baru saja berlalu. Monitoring terhadap mobilitas TKA asal Tiongkok itu semata-mata bertujuan mencegah penyebaran Virus Corona di dalam negeri. Momentum UMKM Semua orang sepakat bahwa iklim bisnis global saat ini rusak. Realisasi investasi baru China di banyak negara harus ditunda entah sampai kapan.

China tidak leluasa lagi mengirim pekerjanya ke mana pun karena ada pembatasan di banyak negara. Bukan hanya orang, pengiriman komponen proyek-proyek di mancanegara pun tidak akan sesuai jadwal lagi. Berarti jadwal penyelesaian proyek-proyek pun, seperti proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung, berpotensi tertunda. Inilah harga yang harus dibayar, karena dalam situasi seperti sekarang, prioritasnya adalah fokus pada upaya menyelamatkan semua orang dari ancaman virus korona.

Informasi dari sektor pariwisata dalam negeri cukup jelas menggambarkan kerusakan itu. Misalnya, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali menyebutkan, hampir 1.000 pemandu wisata berbahasa Mandarin berhenti kerja sementara karena anjloknya jumlah wisatawan dari Tiongkok.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah mengingatkan dampak kerusakan akibat wabah virus korona ini. Setidaknya, perekonomian China per kuartal I/2020 akan mengalami kerusakan. Masalahnya adalah kerusakan itu juga menimbulkan ekses bagi perekonomian dunia, terutama bagi negara yang memiliki keterkaitan erat dengan China.

Bagi Indonesia yang masih membutuhkan banyak investasi asing, sekarang adalah momentum untuk memperluas cakupan promosi investasi dan perdagangan ke negara-negara atau kawasan lain. Selain itu, periode sekarang pun menjadi momentum bagi UMKM lokal memperkuat perannya di pasar dalam negeri.

Jumlah UMKM mencapai 63 juta unit. Sebuah kekuatan besar yang sangat disayangkan jika disia-siakan. Mereka sudah mampu membuat beragam produk. Sayangnya, produk UMKM lokal belum cukup kompetitif. Akibatnya, sebagaimana bisa dilihat selama ini, ada begitu banyak produk sekunder dengan teknologi pembuatan yang relatif sederhana masih diimpor dari China. Dari produk mainan anak, aksesori telepon pintar, hingga peralatan rumah tangga asal China dominan di pasar dalam negeri.

Sekarang, ketika Indonesia mulai berhati-hati dengan produk impor dari China, UMKM lokal hendaknya bisa mengisi kevakuman itu. Tentu dengan produk yang harganya kompetitif. Tantangan bagi UMKM lokal adalah sulitnya mewujudkan biaya produksi yang efisien. Mengambil hikmah dari ketidakpastian global akibat virus korona Wuhan sekarang ini, pemerintah, Kadin Indonesia, dan perbankan dalam negeri hendaknya bisa mengambil inisiatif untuk segera menaikkan daya saing UMKM lokal. []

KORAN SINDO, 7 Februari 2020
Bambang Soesatyo | Ketua MPR RI/Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar