Meluruskan
Makna Jihad (21)
Jihad
Melawan Penyimpangan
Oleh:
Nasaruddin Umar
Hampir
semua Nabi turun di dalam masyarakat yang berantakan. Mungkin karena itulah
Allah menurunkan Nabi di dalam masyarakat tersebut. Salah satu di antaranya
ialah masyarakat yang dihadapi Nabi Syu'aib. Diabadikan di dalam Al-Quran bahwa
Nabi Syu'aib diutus di dalam sebuah masyarakat yang korup:
Dan (Kami
telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia
barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu
jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman. (Q.S. al-A'raf/7:85).
Sepanjang
hidup Nabi Syu'aib bergelut dengan para kaum koruptor pada zamannya, banyak
dikutip di dalam buku-buku dan oleh pemimpin dunia Islam. Ia menyerukan belajar
bagaimana keuletan menghadapi para kaumnya yang gemar menjalankan praktik
korupsi. Jika ia membeli maka ia menggunakan takaran besar dan pada saat
menjuanya ia menggunakan takaran lebih kecil. Dari sudut inilah umat Nabi
Syu'aib dikecam dan disiksa Allah dengan siksaan yang pedih.
Tentu
saja Nabi Syu'aib tidak tinggal diam. Ia berusaha melakukan berbagai cara untuk
membasmi penyakit korupsi yang melanda umatnya. Nabi Syu'aib turun tangan
langsung ke medan korupsi walaupun harus menghadapi segala macam resiko dan
tantangan. Hasilnya cukup berarti tetapi Nabi Syu'aib masih membutuhkan waktu
dan kerja keras sangat panjang guna membersihkan seluruh akar tradisi korupsi
di dalam masyarakatnya.
Dalam
waktu bersamaan kaum kafir tetap menantang Nabi Syu'aib untuk meninggalkan
Madyan, kota tempat Nabi Syu'aib mengembangkan ajaran kenabiannya, sebagaimana
diabadikan di dalam Al-Quran:
Pemuka-pemuka
dari kaum Syuaib yang menyombongkan diri berkata: Sesungguhnya kami akan
mengusir kamu hai Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami,
kecuali kamu kembali kepada agama kami. Berkata Syuaib: Dan apakah (kamu akan
mengusir kami), kendati pun kami tidak menyukainya? Pemuka-pemuka kaum Syuaib
yang kafir berkata (kepada sesamanya): Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syuaib,
tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi. (Q.S.
al-A'raf/7:88-90).
Praktik
korupsi yang sedemikian kronis di dalam umat Nabi Syu'aib seakan menafikan
peran dan usaha Nabi Syu'aib untuk mengatasi persoalan ini. Kedahsyatan akibat
korupsi berjamaah. Kemudian
mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di
dalam rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syuaib
seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang
mendustakan Syu'aib mereka itulah orang-orang yang merugi. (Q.S.
al-A'raf/7:91-92).
Pengalaman
Nabi Syu'aib mengingatkan kita sebagai umat yang lahir di akhir zaman; sudah
saatnya kita melakukan pendekatan ekstra tegas terhadap para pelaku korupsi
karena dampak buruk yang diakibatkannya ternyata bukan hanya yang bersangkutan
bersama para keluarganya, tetapi juga bagi umat dan warga bangsa lain yang
tidak berdosa. Lihatlah bukti awan gelap korupsi di langit Madyan tiba-tiba
mengamuk dan meluluhlantakkan bukan hanya sang pelaku kejahatan tetapi juga
orang-orang yang baik ikut terkena gempa yang melanda masyarakat tersebut.
Jika bala
Tuhan muncul sebagai jawaban terhadap perilaku anak manusia jauh melenceng dari
ketentuan ajaran dan nilai-nilai kepatutan di dalam masyarakat, maka tunggulah
azab Tuhan akan datang. Jika azab Tuhan datang, maka betul-betul yang terimbas
bukan hanya keluarga yang bermasalah (koruptor), tetapi juga orang-orang lain
yang tak berdosa, dan mungkin juga lingkungan alam ikut rusak sebagaimana
dicontohkan umat Bani Israel yang keras kepala itu. Masalah korupsi di mana pun
adanya merupakan lahan jihad yang paling mulia. Mari kita memberantas korupsi
dan menjauhi fitnah! []
DETIK, 30
Januari 2020
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar