Jangan Takut Disaingi
Orang!
Seorang pemuda, sebut saja bernama Sarman, datang kepada kakeknya untuk menyampaikan kesedihannya mengapa hingga setahun ia bekerja, pekerjaannya belum mapan. Ia menceritakan bahwa selama setahun ini ia sudah berganti pekerjaan hingga tiga kali. Kesemua pekerjaan itu tidak ada yang bertahan lama karena selalu saja ada orang yang menyainginya.
Misalnya, pada bulan
Januari tahun lalu, atau sejak Sarman pertama kali mencoba belajar bekerja
dengan membuka warung es kelapa muda, warungnya secara perlahan memang memiliki
beberapa pelanggan. Pada bulan Februari pelanggan makin ramai. Ia mendapat
keuntungan yang lumayan dari hasil merintis buka warung es di sisi jalan yang
tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduknya.
Tetapi pada bulan
ketiga, Maret, ada orang lain yang juga membuka warung es kelapa muda tak jauh
dari tempat Sarman berjualan. Pelanggan warung Sarman mulai berkurang sejak
saat itu. Pada bulan April warung es Sarman sepi pembeli, sementara warung
satunya lagi yang belum lama berdiri itu makin ramai.
Selama empat bulan
berikutnya, Mei – Agustus, ia berjualan buah-buahan dengan mendapat pasokan
dari teman sendiri. Sarman menjual buah-buahan di warung yang sama ketika ia
menjual es kelapa muda. Ia berpikir tak perlu memindahkan warungnya ke tempat
lain mengingat hal itu perlu keluarkan biaya. Namun, hasilnya pun tak
memuaskan.
Dari dua kegagalan
itu, Sarman memutuskan untuk tidak lagi berjualan barang-barang. Kali ini ia
beralih ke bidang jasa. Ia melihat ada peluang pasar untuk membuka jasa tambal
ban sepeda di tempat ia menjual es kelapa muda dan buah-buahan. Ia berpikir
menjual jasa tidak besar risikonya dalam menanggung kerugian dibandingkan
menjual barang-barang terutama buah-buahan yang bisa membusuk.
Pertengahan bulan
September, ia mulai membuka jasa tambal ban. Pada awalnya sepi karena usaha
Sarman yang baru ini belum diketahui banyak orang. Pada bulan Oktober usaha
Sarman mulai diketahui oleh penduduk sekitar dan para pengendara yang lewat di
jalan depan tempat ia membuka usaha. Bulan November usaha Sarman sudah memiliki
konsumen yang lumayan jumlahnya.
Namun di bulan
Desember ada orang membuka usaha bengkel sepeda motor di pinggir jalan yang
tidak terlalu jauh dari tempat Sarman membuka usaha tambal ban. Usaha Sarman
terkena dampak karena banyak orang beralih ke bengkel sepeda motor itu. Bengkel
itu ternyata juga melayani tambal ban.
Dalam keadaan seperi
itu Sarman merasa sedih kenapa setiap usahanya selalu disaingi orang. Tak kuat
menahan kesedihannya, Sarman yang sudah yatim itu datang kepada kakeknya untuk
mengadukan persoalan hidupnya. Sang kakek menasihati:
“Dalam hidup ini
persaingan tak bisa dielakkan. Siapa pun harus sabar sekaligus berani dalam
bekerja. Jangan takut disaingi. Jangankan bekerja mencari uang, menganggur pun
disaingi banyak orang.”
“Hahaha...” Sarman
tertawa lebar.
“Mengapa kamu
tertawa?” tanya sang kakek kepada Sarman.
“Apa yang Kakek
katakan barusan itu lucu sekali, tetapi benar bahwa menganggur saja itu
disaingi banyak orang. Hahaha...”
“Nah, kamu paham
maksud Kakek. Baik. Sekarang kamu perlu evaluasi. Coba jawab mengapa kamu
selalu kalah dalam persaingan?”
“Nggak tahu, Kek.
Saya pikir ini soal nasib saja,” Jawab Sarman.
“Bukan. Ini bukan
soal nasib semata tetapi juga menyangkut ikhtiar kinerjamu. Kamu harus bisa
mengevaluasi mengapa kamu selalu kalah dalam persaingan. Misalnya, pertama,
apakah rasa es kelapa muda yang kau jual dulu itu tidak lebih enak dari pada
pesaingmu.”
“Benar, Kek. Saya
pernah mendengar keluhan itu tetapi saya abaikan,” jawab Sarman.
“Kedua, apakah harga
buah-buahanmu lebih mahal dari pada pesaingmu?”
“Benar, Kek. Saya
pernah mendengar keluhan itu tetapi saya abaikan,” jawab Sarman lagi.
“Ketiga, apakah cara
kerjamu lebih lama daripada pesaingmu dalam menyelesaikan pekerjaan tambal
ban?”
“Benar, Kek. Saya
pernah mendengar keluhan itu tetapi saya abaikan,” jawab Sarman lagi.
“Keempat, apakah kamu
kurang ramah dalam melayani pelanggan?”
“Benar, Kek. Saya
pernah mendengar keluhan itu tetapi kurang saya hiraukan,” jawab Sarman sekali
lagi.
“Nah, itulah hal-hal
yang harus kau benahi terkait ikhtiar kinerjamu. Harga, kualitas barang atau
jasa, kecepatan pelayanan, dan keramahan dalam melayani sering kali menjadi
penentu survive tidaknya usaha kita dalam sebuah persaingan.”
“Selain itu, kamu
harus selalu berdoa memohon sukses dalam usahamu. Lakukan shalat Dhuha sebelum
berangkat ke tempat kerja. Jangan lupa baca shalawat di tempat kerjamu, atau
baca ayat-ayat Al-Qur’an ketika sedang sepi pekerjaan.”
“Terima kasih, Kek,
atas motivasi dan nasihat-nasihatnya,” kata Sarman kepada kakeknya sebelum
berpamitan pulang ke rumah. []
Muhammad Ishom, dosen
Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU Surakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar