Saat
Rasulullah Shalat Isya Dua Rakaat karena Lupa
“Manusia adalah tempatnya salah dan lupa,” kata Rasulullah dalam sebuah hadits.
Rasulullah adalah
manusia tetapi tidak seperti manusia biasa. Rasulullah adalah orang yang
terjaga dari melakukan dosa dan hal-hal yang tidak baik (maksum). Tidak seperti
manusia umumnya yang kerap kali melakukan dosa dan maksiat. Persamaannya,
Rasulullah juga bertindak seperti yang lainnya. Beliau makan, minum, tidur,
beristri, dan beranak. Juga memiliki emosi seperti manusia kebanyakan. Bahagia,
sedih, marah, dan lupa.
Iya, Rasulullah juga
pernah lupa. Alkisah, suatu ketika Rasulullah menjalankan shalat Isya bersama
para sahabatnya di Masjid Nabawi. Beliau bertindak sebagai imam. Ketika
semuanya sudah siap, Rasulullah memulai shalat dengan takbiratul ihram dan
mengakhirinya dengan salam. Setelah shalat, Rasulullah berdiam diri di dalam
masjid.
Hingga saat ini,
beliau belum menyadari kalau rakaat shalatnya kurang. Para sahabat yang menjadi
makmumnya menjadi bingung. Mengapa Rasulullah shalat Isya dua rakaat? Padahal
status mereka tidak musafir. Mereka menjadi menerka-nerka; apakah Rasulullah
lupa atau memang ada wahyu yang baru turun dan merevisi jumlah shalat Isya
menjadi dua rakaat?
Di tengah kebingungan
dan kebimbangan para sahabat itu, seorang sahabat yang dijuluki Dzul Yadain
–karena tangannya berukuran panjang- mendatangi Rasulullah. Dia lalu bertanya
kepada Rasulullah perihal shalat Isya yang dua rakaat itu.
“Wahai Rasulullah,
apakah engkau tadi memang lupa atau kah shalat Isya kini dikurangi menjadi dua
rakaat?” tanya Dzul Yadain, dikutip dari buku Pesona Ibadah Nabi (Ahmad Rofi’
Usmani, 2015).
Rasulullah masih
belum sadar usai mendengar pertanyaan dari Dzul Yadain. Beliau masih keukeuh
dan yakin bahwa shalat Isya-nya empat rakaat. Untuk meyakinkan dirinya,
Rasulullah lantas bertanya kepada para sahabatnya. Apakah dirinya shalat Isya
empat atau dua rakaat? Para sahabatnya menjawab secara serentak bahwa
Rasulullah shalat Isya hanya dua rakaat.
Rasulullah baru
tersadar setelah para sahabatnya mengingatkannya. Beliau langsung berdiri lagi
untuk memimpin shalat. Menyempurnakan kekurangan bilangan rakaat shalat
Isya-nya, agar menjadi empat rakaat. Tidak lupa, setelah salam Rasulullah
melakukan sujud sahwi (sujud karena lupa). Dan ini menjadi praktik sujud sahwi
yang pertama. Dengan demikian, lupanya Rasulullah itu juga melahirkan hikmah
tersendiri, yaitu sujud sahwi ketika lupa bilangan rakaat shalat.
Usai menyempurnakan
bilangan rakaat shalat Isya dan melaksanakan sujud sahwi, Rasulullah mengatakan
bahwa dirinya adalah manusia biasa yang tidak luput dari lupa. Beliau meminta
kepada para sahabatnya untuk mengingatkannya ketika lupa.
“Apabila seseorang
ragu-ragu tentang berapa hitungan rakaat atau rukun shalat yang
dilaksanakannya, hendaknya dia memastikan apa yang dianggapnya benar. Lantas,
hendaknya dia menyempurnakan apa yang dianggapnya kurang, kemudian mengucapkan
salam dan bersujud sahwi dua kali,” kata Rasulullah. Demikian Rasulullah.
Beliau selalu terbuka
kepada para sahabatnya. Tidak mentang-mentang. Tidak pula merasa paling benar –padahal
keliru, meski beliau seorang Nabi dan Rasul Allah. Beliau bahkan meminta kepada
para sahabatnya secara langsung untuk tidak usah takut-takut mengingatkan jika
dirinya lupa lagi. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar