Rasulullah,
Utbah bin Rabi'ah, dan Iming-iming yang Menggiurkan
Mulanya Rasulullah menyebarkan Islam secara sembunyi. Lalu setelah ada perintah, Rasulullah berdakwah secara terang-terangan. Begitu pun dengan pengikutnya. Awalnya hanya kerabat dan teman dekat Rasulullah yang masuk Islam. Namun kemudian banyak tokoh dan pembesar Quraisy yang menyatakan diri menjadi pengikut Rasulullah.
Saat ‘api Islam’
masih kecil, kaum kafir Quraisy Makkah berusaha untuk memadamkannya. Berbagai
macam upaya dilakukan untuk meredam pergerakan Rasulullah. Terutama menjalankan
aksi-aksi kekerasan dan penindasan terhadap pengikut Islam yang lemah. Mereka
dipaksa untuk keluar dari Islam.
Usaha itu tidak
berhasil. Justru ‘api Islam’ berkobar semakin besar. Terutama setelah beberapa
elit kafir Quraisy menyatakan diri masuk Islam. Diantaranya Umar bin Khattab
dan Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah. Mereka dikenal sebagai seorang
pemberani dan tegas. Mereka juga tidak segan-segan untuk ‘berduel’ dengan kafir
Quraisy yang mengganggu Rasulullah dan dakwah Islam. Begitu lah, dulu mereka
penentang Islam, tapi kemudian menjadi pelindung dakwah Islam.
Situasi dan kondisi
itu membuat kaum kafir Quraisy Makkah kalang kabut. Dulu mereka bebas saja
mencemooh dan menghina Rasulullah, serta menindas pengikut Rasulullah yang
lemah. Namun, setelah ‘jagoan’ kaum kafir Makkah masuk Islam, mereka tidak bisa
lagi berlaku seperti itu.
Para tokoh kafir
Makkah itu akhirnya berkumpul dalam sebuah majelis. Mendiskusikan dan
merumuskan sebuah strategi baru untuk menghentikan dakwah Rasulullah. Salah
seorang elit kafir Makkah, Utbah bin Rabi’ah, menyampaikan usul agar
menggunakan ‘cara-cara yang lembut’ untuk menghentikan pergerakan Rasulullah.
Para tokoh kafir Makkah sepakat untuk mengubah taktik dan menyetujui usulan
Utbah bin Rabi’ah.
Utbah bin Rabi’ah
merupakan pemuka Bani Abdus Syam. Dia adalah cucu dari Abd Syam, saudara Hasyim
(buyut Rasulullah). Utbah dikenal sebagai pribadi yang bijaksana, cerdas,
ramah, dan bisa bekerjasama dengan musuh. Oleh karenanya, ketika Utbah
menawarkan diri untuk menjalankan strategi baru itu, maka para tokoh kafir
Quraisy mengamininya.
Singkat cerita, Utbah
bin Rabi’ah lalu menemui Rasulullah yang saat itu tengah berada di dalam
kawasan Ka’bah. Ia mendekat dan duduk di samping Rasulullah. Pada kesempatan
itu, Utbah langsung melancarkan strateginya yaitu memberikan beberapa
iming-iming atau penawaran kepada Rasulullah. Sebagai imbalannya, Rasulullah
harus menghentikan dakwahnya.
Ada empat penawaran
yang diberikan Utbah kepada Rasulullah. Pertama, harta. Jika Rasulullah
menginginkan harta, maka Utbah dan para tokoh Makkah akan memberikan semua
hartanya sehingga beliau menjadi orang terkaya di Makkah. Kedua, kemuliaan.
Para pembesar Makkah juga siap menjadikan Rasulullah sebagai orang yang paling
mulia diantara mereka, jika beliau menghendakinya. Ketiga, kerajaan. Jika yang
diminta Rasulullah adalah kerajaan, maka mereka siap menjadikannya sebagai raja
mereka. Keempat, obat paling mujarab. Mereka juga siap menyiapkan obat dan
tabib yang paling ‘tokcer’ manakala Rasulullah tertimpa penyakit yang tidak
bisa diobati sendiri.
Rasulullah
mendengarkannya secara seksama. Setelah menyampaikan beberapa iming-imingan
tersebut, Utbah bin Rabi’ah terdiam. Rasulullah bergeming dengan semua
iming-iming yang ditawarkan Utbah tersebut. Beliau tidak menginginkan dan tidak
tertarik sama sekali dengan semua tawaran yang diiming-imingkan Utbah.
Rasulullah lantas bertanya kepada Utbah.
“Apakah engkau sudah
selesai bicara wahai Abul Walid?” tanya Rasulullah, sebagaimana dikutip dari
buku Sirah Nabawiyah (Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, 2012).
Beliau sengaja
memanggil Utbah dengan Abul Walid karena itu adalah sapaan penghormatan. Utbah
mengangguk dan menjawab “Iya, sudah selesai.”
Rasulullah kemudian
meminta Utbah mendengarkan perkataannya. Lalu Rasulullah membacakan QS.
Fushshilat ayat 1-14. Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan
Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih (M Quraish Shihab, 2018), Rasulullah membaca
QS Fushshilat hingga ayat ke-38 ketika Utbah memintanya untuk menghentikan
bacaannya, lalu kemudian Rasulullah sujud kepada Allah.
Melalui ayat-ayat
itu, Rasulullah hendak menegaskan bahwa dirinya adalah seorang Nabi dan Rasul
Allah bertugas untuk menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan
kepada seluruh umat manusia. Mereka akan selamat jika mengikuti Rasulullah.
Sebaliknya, mereka akan celaka jika menentangnya.
“Apakah engkau telah
dengar, wahai Abul Walid?”
“Iya, sudah,” kata
Utbah.
“Jika demikian,
silahkan engkau bebas memilih,” kata Rasulullah.
Setelah itu, Utbah
bin Rabi’ah langsung menemui pemuka kaum musyrik Makkah. Di hadapan para
pembesar musyrik Makkah, Utbah mengaku takjub dengan kata-kata yang disampaikan
Rasulullah. Ia tahu jika itu bukan syair, bukan sihir, dan bukan perdukunan. Ia
kemudian meminta para elit musyrik Makkah meninggalkan Rasulullah, tidak
mengganggunya lagi.
“Demi Allah, engkau
telah disihir dengan kalimat-kalimatnya,” kata para pemuka musyrik Makkah itu
kepada Utbah.
“Itu lah pendapatku,
maka lakukan lah apa yang kalian hendak lakukan,” jawab Utbah. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar