Rujukan Hadits
Amaliyah Warga NU
Judul
: 40 Hadis NU
Penulis
: M. Ma'ruf Khozin
Penerbit
: PW LTNNU Jawa Timur
Tahun
Terbit : Februari 2019
Tebal Halaman :
xiv+46 halaman
ISBN
: 978-602-50207-7-3
Peresensi
: Ashimuddin Musa, alumnus MA
Tahfidh Annuqayah asal Prang Alas Pakamban Daya Pragaan Sumenep
Dinamika keilmuan
Islam hari ini selalu berbicara hadis. "Apakah yang anda bicarakan ada
hadisnya?" Jika ada, maka anda yang memenangkan diskusinya. Jika tidak
ada, maka tuduhan bid'ah dan anggapan menambah-nambahkan harus siap anda
terimanya. Pernahkah anda melihat seseorang -atau segolongan umat muslim- yang
sedikit-sedikit bicara bid'ah karena amaliahnya berbeda dengan amaliah mereka?
Ketika globalisasi
yang dibawanya kian memasuki sendi-sendi kehidupan, maka apa-apa yang awalnya
sulit kini telah menjadi tanpa batas. Setiap orang dapat berkomunikasi dengan
orang lain secara mudah, meski dengan jarak yang relatif jauh. Kalau dulu harus
berjam-jam untuk sampai ke suatu tempat, sekarang sudah bisa dilalui dengan
waktu yang relatif singkat. Karena itu, modernitas telah mengubah pola
komunikasi yang dibatasi oleh ruang dan waktu menjadikan pola konsumsi
informasi tanpa batas.
Coba anda saksikan
saat ini, sudah banyak orang-orang yang telah menggunakan teknologi. Tua maupun
muda. Fahrur Rozi dalam Jawa Pos Radar Madura, Berpuasa Media Sosial pada, 23
Mei 2019 menulis bahwa, dalam analisis we are sosial Hootsuite menyebutangkan
150 juta jiwa atau 56 persen dari populasi penduduk Indonesia.
Lewat riset yang
dirilis pada Januari 2019 tersebut, ditemukan juga bahwa pengakses media sosial
lewat ponsel 130 juta jiwa. Ini menandakan bahwa pengakses melalui ponsel
-sampai batas tertentu- jauh lebih banyak ketimbang lewat laptop maupun
komputer.
Dari analisis di
atas, benar apa yang dituturkan Rozi bahwa besarnya data ini menunjukkan bahwa
media sosial kita memiliki banyak penghuni. Dari media ini seringkali terjadi
cekcok antara yang satu dengan yang lain. Pun demikian, pemelintiran data
seringkali ditemukan di media sosial ini.
Karena itu, Prof KH
Abd. A'la Basyir menegaskan agar kaum muslim harus bersatu padu dan menyatukan
langkah untuk menentukan agenda transformatif yang menjadikan bangsa
benar-benar berdaya, tidak kehilangan jati diri, dan memiliki daya saing tinggi
dalam era globalisasi ini.
Di era globalisasi
ini penting kiranya ada tindak lanjut penyelamatan terhadap agama maupun akidah
sempalan yang terkadang memanfaatkan teknologi. Untuk membentengi diri kaum
muslimin, maka diperlukan strategi dakwah sebagai upaya membentengi agama dan
akidah dari pemahaman yang tidak sesuai dengan akidah yang benar.
Era modern saat ini
cukup signifikan bagi kalangan tertentu yang tidak suka pada NU untuk
menggoyangkan pemahaman Nahdliyin dengan bumbu-bumbu yang sangat rapi dengan
dibungkus agama. Mereka ini menjadikan teknologi informasi sebagai instrumen
memasarkan dagangannya.
Mereka mengajak
kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits, kemudian dengan jumawa mengafir-syirikkan
kelompok lain; merasa paling intelek hanya dengan mengutip satu dua baris
pendapat; hanya tahu sangat sedikit tentang jauh lebih sedikit hal, tapi merasa
tahu banyak tentang sangat banyak hal.
KH Hasyim Asy'ari,
dalam Muqaddimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama, menyampaikan bahwa ada suatu
golongan yang dengan sengaja terjun ke lautan fitnah dan mereka melakukan
bid'ah di luar Sunnah Rasulullah SAW. Walaupun demikian, orang mukmin yang tahu
akan kebenaran, bersikap diam dan tidak bergerak memberantas perbuatan bid'ah
tersebut.
Maka, golongan ahli
bid'ah dengan seenaknya saja memutar balikkan kenyataan atau kebenaran. Yang
baik dilingkari, yang mungkar dijalani. Mereka ahli-ahli bid'ah tersebut
kelihatannya mengajak kembali ke Alquran, akan tetapi sebenarnya mereka sendiri
tidak berbuat demikian...dengan demikian bertambah besarlah debu kegelapan
sehingga orang-orang yang tidak menerima Taufik dan hidayah Allah akan tertarik
oleh gerakan mereka.
Kehadiran buku kecil
ini datang di saat-saat yang sangat tepat karena hadir dalam konteks di mana
tradisi menyambung sanad keilmuan agaknya kurang begitu diperhatikan akhir-akhir
ini. Banyak orang-orang sudah melupakan guru yang pertama kali mengajarkan alif
sampai ya dan lebih memilih ustadz-ustadz yang tiba-tiba muncul di medsos.
Ternyata, amaliah NU
memiliki banyak dalil hadits, dan ini diamalkan oleh umat Islam di berbagai
dunia. Buku ini merangkum 40 hadis sahih yang menjadi dalil akidah dan
amaliahnya warga NU, bahkan cinta tanah air. Karena itu, buku ini tidak sekadar
menarik, tetapi juga penting. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar