KHUTBAH JUMAT
Agar Pekerjaan Halal, Berkah, dan Manfaat
Khutbah I
إنَّ
الحمدَ للهِ، نَحمدُهُ ونَستعينُهُ ونَستغفِرُهُ، ونعوذُ باللهِ – تعالى - من شُرورِ أنفُسِنا وسَيِّئاتِ أعمالِنا، مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فلا مُضِلَّ لَه، وَمَنَ يُضْلِلْ فَلَا هادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لَا إلهَ إلّا اللهُ وحدَهُ لا شريكَ له جَلَّ عَن الشَبِيْهِ والـمَثيلِ
والكُفْءِ والنَّظِيْرِ، وَأَشْهَدُ أنَّ محمداً عبدُهُ ورسولُهُ وصَفِيُّهُ
وخليلُه وخيرَتُهُ من خلقِهِ وأمينُه على وَحْيهِ، فصلواتُ اللهِ وسلامُهُ عليهِ
وعلى آلهِ الطيِّبين وأصحابهِ الغُرِّ الـمَيامين ما اتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَر، و
وَعَتْ أُذُنٌ بِخَبَر، وسلَّمَ تسليماً كثيراً.
Hadirin sidang jamaah Jumat yang dirahmati
Allah!
Dalam kesempatan Jumat pernuh berkah ini,
marilah kita senantiasa saling berwasiat dengan sesama, untuk meningkatkan rasa
takwa kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Salah satu cara untuk meningkatkan
ketakwaan dan rasa kehambaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala adalah dengan
saling menganjurkan untuk bekerja. Dengan bekerja, sifat tamak kita pada
pemberian orang lain, dan minta dibelaskasihi oleh orang lain, dapat menjadi
berkurang.
“Berkurang” dalam hal ini bukan berarti kita
tidak membutuhkan uluran dan bantuan sesama, sehingga kita layaknya manusia
yang dikuasai oleh ego diri. Tidak demikian. Kita sebagai seorang individu,
tidak akan pernah hidup sendiri. Kita senantiasa tetap membutuhkan uluran
pertolongan dan kerjasama dari sejawat kita, saudara kita, teman kita, dan lain
sebagainya. Sebagaimana ini diteladankan oleh Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, saat beliau hendak melakukan dan memulai dakwah di masyarakat, beliau
pertama kalinya mencari sahabat. Sahabat untuk berbagi suka dan duka dan saling
mendukung demi tegaknya kalimat Allah di muka bumi.
Hadirin jama’ah sholat Jumat yang dirahmati
Allah!
Dengan bekerja, hati kita menjadi tenang.
Fikiran kita menjadi tenang. Tenang karena tidak diliputi oleh pernik rintangan
keduniaan yang menghijab seorang hamba dari melakukan penghambaan (ubudiyah)
kepada Allah subhanahu wata’ala. Beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Anas ibn Malik
radliyallahu ‘anhu:
كَادَ
الْحَسَدُ أَنْ يَغْلِبَ اْلَقَدُر وَكَادَ الفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
"Hampir-hampir, penyakit hasud (iri
hati) mengalahkan derajat/pangkat yang dimiliki seseorang. Dan hampir-hampir,
kefakiran menghantarkan pada kekufuran.”
Kekufuran merupakan buah dari terhijabnya
seseorang dari menghamba kepada Allah disebabkan mementingkan kehidupan
duniawi. Seolah dunia bagaikan tuhan yang kedua baginya. Itulah sebabnya
disebutkan sebagai “hampir-hampir” oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Untungnya, ada kejadian dunia yang tidak mampu ditahan oleh seorang
hamba. Penyakit, menurunnya daya penglihatan, pendengaran, kekuatan, adalah
bagian dari dunia yang tidak mampu dihalangi oleh seorang hamba. Sehingga
karenanya, Allah subhanahu wata’ala tetap menjadi yang paling utama dan
diutamakan dalam penghambaan.
Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dalam sebuah hadits hasan yang diriwayatkan
oleh Ibnu Muflih daam Kitab al-Adab al-Syar’iyyah, dan disandarkan pada sahabat
Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, Rasulullah shllallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
من
طلبَ الدُّنيا حَلالًا ، اِسْتِعْفَافًا عَنِ الْمَسْأَلَةِ ، وَسَعْيًا عَلَى
أَهْلِهِ وَتَعَطُّفًا عَلَى جَارِهِ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَوَجْهُهُ
كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَمَنْ طَلَبَ الدُّنيا حلالًا مُكاثِرًا لَقِيَ
اللَّهَ وَهُوَ عَليْهِ غَضْبَانُ
“Barangsiapa mencari kehidupan dunia dengan
jalan halal, karena niat menjaga kehormatannya dari suatu masalah, dan niat
usaha menafkahi keluarganya, menyantuni tetangganya yang kekurangan, maka kelak
ia akan datang di hari kiamat dengan wajah bagaikan bulan di malam purnama. Dan
barangsiapa mencari dunia dengan jalan halal, namun karena niat
menumpuk-numpuknya, maka kelak ia akan bertemu dengan Allah dengan kondisi
dibenci oleh-Nya.”
Dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menganjurkan bagi orang yang bekerja, yaitu agar ia meniatkan diri
untuk mencari rezeki yang halal. Meski demikian, kita tidak boleh lupa agar
membagusi niat bahwa kerjanya tersebut adalah semata untuk menjaga kehormatan
diri dan agamanya, menafkahi keluarganya dari hasil kerja yang baik, serta
tidak lupa untuk berderma kepada sesama.
Ini semua berlaku untuk rezeki yang halal.
Masih ada ancaman, yaitu bahwa bagi seseorang yang bekerja hanya karena niat
menumpuk harta, maka kelak akan bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala dengan
kondisi dibenci. Barangsiapa dibenci Allah subhanahu wata’ala, maka sudah pasti
neraka tempatnya kembali.
Sidang Jumat hafidhakumullah!
Alkisah, Nabi Dawud alaihissalam suatu ketika
pergi meninggalkan kerajaannya. Kemudian, salah satu dari pelayannya, yang
dengan setia mendampinginya, ditanya mengenai kisah perjalanan beliau itu.
يَا
فَتَى مَا تَقُوْلُ فِى دَاوُدَ؟
“Wahai pemuda! Bagaimana pendapatmu tentang
Dawud?”
Lantas orang yang dipanggil pemuda itu
menjawab:
نِعْمَ
اْلعَبْد هُوَ غَيْرُ أَنَّ فِيْهِ خَصْلَةً
"Sebaik-baik hamba. Dia memiliki sebuah
pekerti yang belum pernah diketahui selama ini.” Orang itu lalu bertanya:
وَمَا
هِيَ؟
"Apa itu?” Pemuda itu menjawab: “Suatu
ketika, ia memakan harta dari baitu al-mal-nya kaum muslimin. Karena sebagai
raja, ia boleh mendapatkan gaji darinya. Namun, ketika itu ia menerima wahyu
bahwa ‘betapa Allah subhanahu wata’ala mencintai seorang hamba yang makan dari
hasil jerih payahnya sendiri, dari buah tangannya sendiri (مِنْ كَدِّ يَدِهِ)!’
Selepas menerima wahyu itu, beliau bersegera beranjak menuju mihrab tempat ia
bersujud, sembari menangis tersedu, sembari merenung dan berdoa kepada Allah
subhanahu wata’ala:
يَا
رَبِّ عَلِّمْنِي صَنْعَةً أَعْمَلُهَا بِيَدَيَّ تُغْنِيْنِي بِهَا عَنْ بَيْتِ
مَالِ الْمُسْلِمِيْنَ!
“Wahai Tuhanku! Ajarkanlah kepadaku sebuah
pekerti yang bisa aku kerjakan dengan tanganku dan mampu menghindarikan aku
dari harta baitu al-malnya kaum muslimin!”
“Lantas doa Nabiyullah Dawud alaihissalam
dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala mengilhamkan
kepadanya untuk membikin baju besi dan menundukkan besi. Bahkan, di tangannya,
besi yang keras dapat menjadi bubur yang siap dibentuk sesuai keinginannya.
Sejak saat itu, setiap kali ia selesai melaksanakan tugas-tugas
pemerintahannya, ia bekerja membikin baju besi, lalu dijualnya ke pasar.
hasilnya , ia pergunakan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya.”
Kisah Dawud ini kemudian diabadikan oleh
Allah subhanahu wata’ala di dalam Al-Qur’an al-Karim, Surat al-Saba [34] ayat
10-11. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَلَقَدْ
اٰتَيْنَا دَاوٗدَ مِنَّا فَضْلًاۗ يٰجِبَالُ اَوِّبِيْ مَعَهٗ وَالطَّيْرَ
وَاَلَنَّا لَهُ الْحَدِيْدَۙ
“Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Dawud
karunia dari Kami. (Kami berfirman), ‘Wahai gunung-gunung dan burung-burung!
Bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud,’ dan Kami telah melunakkan besi
untuknya.”
اَنِ
اعْمَلْ سٰبِغٰتٍ وَّقَدِّرْ فِى السَّرْدِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًاۗ اِنِّيْ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
“(Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar
dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.”
Di dalam Al-Qur’an Surat al-Anbiya’ [21] ayat
80, Allah subhanahu wata’ala juga mengisahkan tentang pekerjaan Nabi Dawud
‘alaihi al-salam, dengan firman-Nya:
وَعَلَّمْنٰهُ
صَنْعَةَ لَبُوْسٍ لَّكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِّنْۢ بَأْسِكُمْۚ فَهَلْ اَنْتُمْ
شَاكِرُوْنَ
“Dan Kami ajarkan (pula) kepada Dawud cara
membuat baju besi untukmu, guna melindungi kamu dalam peperangan. Sudahkah kamu
bersyukur (kepada Allah)?”
Gambaran dari kisah ini, menjadi penjelas
bagi tema khutbah di Jumat mubarakah ini, yaitu hendaknya kita berburu rezeki
yang halal. Jangan hanya yang halal, tapi yang lebih menyelamatkan. Jangan
sekadar yang menyelamatkan, tapi juga harus yang membawa manfaat, untuk diri,
keluarga, dan masyarakat.
Apalah artinya rezeki yang halal, jika tidak
menyelamatkan diri kita, di dunia dan akhirat! Apalah artinya rezeki yang
halal, jika tidak mampu membawa manfaat! Sungguh, sebaik-baik diri seorang
hamba adalah yang paling bermanfaat buat manusia lainnya!
أَحَبُّ
النَّاسِ إِلَى اللهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
"Sebaik-baik hamba di sisi Allah, adalah
yang paling bermanfaat buat sesamanya.”
Demikian itu merupakan teladan dari Nabi.
Maka sebagai umatnya, hendaknya kita meneladani kisah-kisah mulia di atas,
supaya kita tercatat sebagai sebaik-baik hamba.
أعوذ
بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم، لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ
هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي
اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Ustadz Muhammad Syamsudin, Pengasuh Pondok
Pesantren Hasan Jufri Putri, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jatim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar