10 Inti Al-Quran menurut
Imam Al-Ghazali
Tidak sempurna rasanya menyelami samudera
jika tak mendapatkan intan, permata, dan mutiaranya. Begitu pula ketika
menyelamati kedalaman samudera Al-Quran. Tidak sempurna rasanya jika tak
mendapatkan intan permata atau barang berharga lain di dalamnya. Kira-kira
itulah pesan yang tertangkap dari Kitab Jawahir Al-Quran karya
al-Ghazali (w. 505 H), salah satu karya yang sangat penting bagi para penyelam
kandungan dan makna Al-Quran.
Layaknya para penyelam yang tentu memerlukan
rambu dan panduan agar sampai tujuan dan tak tersasar, maka kitab ini pun
ibarat peta, arah, dan panduan bagi siapa pun yang ingin menyelami kedalaman
samudera Al-Qur'an agar berhasil sampai tujuan atau mendapatkan barang-barang
mulia berharga yang diinginkan.
Dalam Kitab Jawâhirul Quran ini, Imam
Al-Ghazali mengungkap 10 permata mulia dari kedalaman samudera Al-Quran
([Beirut, Daru Ihya’il Ulum: 1986], cetakan kedua, halaman 34). Dengan kata
lain, seluruh kandungan Al-Quran tidak akan terlepas dari kesepuluh permata
mulia ini.
Permata-permata itu merupakan turunan,
cabang, atau tambahan dari tiga permata utama paling mulia, yaitu pertama,
mengetahui perkara yang diserukan (Allah); kedua mengetahui jalan lurus agar
sampai kepada perkara yang diserukan; ketiga, mengetahui keadaan setelah sampai
kepada perkara yang diserukan.
Tiga permata turunan dari permata utama yang
pertama (sesuatu yang diserukan), yaitu
1. mengetahui zat Allah.
2. mengetahui sifat-sifat Allah.
3. mengetahui perbuatan-perbuatan Allah.
Sisanya adalah turunan dan tambahan atas dua permata utama lainnya (mengetahui
jalan lurus dan mengetahui keadaan setelah sampai).
4. tazkiyatun nafsi atau membersihkan diri di
jalan Allah.
5. tahliyatun nafsi atau menghiasi diri di
jalan Allah.
6. mengetahui keadaan para kekasih Allah yang
menempuh jalan lurus-Nya.
7. mengetahui keadaan para musuh Allah yang
menyimpang dari jalan lurus-Nya.
8. menegakkan argumen bagi para penentang
jalan Allah.
9. mengetahui hukum-hukum Allah sebagai rambu
bagi para penempuh jalan-Nya.
10.mengetahui keadaaan akhirat sebagai tempat
akhir, baik bagi para penempuh jalan Allah maupun bagi para penentang
jalan-Nya.
Pertama, informasi tentang zat Allah. Oleh
Imam Al-Ghazali informasi tentang ini diibaratkan dengan batu yakut. Bukan
sembarang batu yakut, melainkan yakut merah. Layaknya batu yakut merah sebagai
batu yakut paling langka, paling berharga, sekaligus paling indah, maka
informasi tentang zat Allah pun merupakan informasi paling langka, paling
mulia, dan paling berharga dalam Al-Quran.
Keberadaannya tidak banyak, wilayahnya paling
sempit, paling rumit, paling sulit diterima akal dan nalar. Yang disampaikan
Al-Qur’an tentangnya hanya berupa tanda-tanda atau isyarat. Semua penyampaiannya
mengacu pada penaqdisan atau pensucian mutlak, sebagaimana ayat-ayat berikut,
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia,” (Surat As-Syura ayat 11);
Katakanlah, ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia,’” (Surat Al-Ikhlas ayat 1-4).
Kedua, informasi tentang sifat Allah.
Informasi ini pun diibaratkan Al-Ghazali dengan batu yakut, hanya saja jenis
yakut yang berbeda dan bukan yakut merah, yakni yakut abu kehitaman.
Keberadaannya lebih banyak, sangat berharga,
dan sangat mulia, tetapi tidak semulia yakut merah paling langka. Begitu pun
dengan ayat-ayat Al-Quran tentang sifat-sifat Allah. Ranahnya lebih luas,
jumlahnya lebih banyak, dan konsepnya tidak seperti informasi tentang zat yang
cukup sulit dicerna oleh nalar.
Banyak ayat yang berbicara tentang
sifat-sifat-Nya, seperti maha pemurah, maha penyayang, maha melihat, maha
mengetahui, maha mendengar, maha kuasa, maha melapangkan, maha menyempitkan,
maha memberi, dan sebagainya. “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang,” (Surat Al-Fatihah ayat 1).
Ketiga, informasi tentang perbuatan Allah.
Masih diibaratkan dengan batu yakut, hanya saja ibarat yakut kuning. Jumlahnya
lebih banyak dari batu yakut merah dan yakut abu kehitaman, sehingga tak semahal
dan semulia yakut merah.
Pun demikian dengan informasi tentang
perbuatan-perbuatan Allah. Jumlahnya cukup melimpah dan tak terhitung jumlahnya
oleh siapa pun yang ingin menghitungnya. Bahkan, segala sesuatu yang ada di
alam wujud tak lain adalah perbuatan-Nya.
Dalam hal ini, Al-Qur’an telah mengungkap
perbuatan-perbuatan Allah dan mengajak manusia untuk merenungkan alam
ciptaan-Nya, baik alam ciptaan yang besar maupun alam ciptaan yang sangat
kecil, baik yang ada di alam kesaksian (syahadah) maupun di alam gaib atau alam
malakut.
Yang ada di alam kesaksian contohnya langit,
bumi, bintang, gunung, pohon, hewan, lautan, tetumbuhan, air, dan sebagainya.
Semuanya mengungkap keagungan dan kebesaran Allah di belakangnya. Semuanya tak
luput dari sorotan Al-Quran dalam rangka menggiring manusia untuk mengenal
Allah dan menempuh jalan-Nya.
Hebatnya, selain menciptakan setiap makhluk
dalam ragam dan rupa yang paling sempurna, Allah juga mencukupkan apa pun yang
dibutuhkannya. Salah satu alam yang diciptakan-Nya adalah alam binatang. Yang
terkecil adalah nyamuk, lalat, lebah, laba-laba, dan yang lainnya.
Coba perhatikanlah lebah dan
keajaiban-keajaiban penciptaannya yang tak terhingga, terutama dalam
menghasilkan madu. Perhatikan pula keajaiban arsitektur dalam membangun
sarangnya. Bentuknya segi enam. Tujuannya agar tidak memakan tempat bagi rumah
kawan-kawannya. Sungguh, saking banyaknya, mereka sampai berdesakan di dalam
satu sarang.
Andai bentuk rumah-rumah lebah itu berbentuk
bulat, tidak segi enam, tentunya di luar bulatan itu akan ada lubang-lubang
yang tak terpakai. Sebab, bulatan-bulatan tersebut tidak tersusun rapat.
Demikian pula antara bulatan yang satu dengan bulatan lain tidak akan menyatu.
Berbeda halnya rumah-rumah lebah itu
berbentuk segi empat. Semuanya akan tersusun rapi, terlihat menyatu, dan tak
menyisakan lubang kosong. Hanya saja bentuk tubuh lebah itu sendiri cenderung
bulat. Sehingga jika rumahnya dibentuk segi empat, tetap akan ada ruang kosong
yang tidak terisi. Karenanya, tidak ada bentuk rumah yang paling mendekati
bentuk tubuhnya kecuali segi enam. Dari sanalah kehebatan arsitektur lebah
dapat diketahui.
Demikian sementara tiga permata Al-Quran yang
berkenaan dengan zat, sifat, dan perbuatan Allah. Insya Allah, permata
Al-Qur’an lainnya akan diuraikan pada tulisan berikutnya. Semoga bermanfaat. Wallahu
a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar