KHUTBAH JUMAT
Delapan Perkara yang Tak Pernah Puas dengan
Delapan Perkara
Khutbah I
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ؛ يُعْطِي وَيَمْنَعُ،
وَيَرْفَعُ وَيَضَعُ، وَيُعِزُّ وَيُذِلُّ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ،
نَحْمَدُهُ حَمْدًا كَثِيرًا، وَنَشْكُرُهُ شُكْرًا مَزِيدًا؛ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ؛ خَيَّرَهُ اللَّهُ -تَعَالَى- بَيْنَ الْمُلْكِ وَالْعُبُودِيَّةِ،
فَاخْتَارَ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا رَسُولًا، لَا مَلِكًا رَسُولًا، وَخَيَّرَهُ
بَيْنَ الْخُلْدِ فِي الدُّنْيَا وَلِقَائِهِ، فَاخْتَارَ لِقَاءَ اللَّهِ
-تَعَالَى- صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا
بَعْدُ: فَاتَّقُوا اللَّهَ -تَعَالَى- وَأَطِيعُوهُ، وَاعْمَلُوا صَالِحًا فِي
الدُّنْيَا تَجِدُوا فَوْزًا عَظِيمًا فِي الْآخِرَةِ ، قَالَ اللهُ –تَعَالَى-
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا
تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ
وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ
الْغُرُورِ (آلِ عِمْرَانَ: 185).
Hadirin, sidang Jum’ah yang dirahmati Allah
subhanahu wata‘ala
Dalam sebuah hadits, sebagaimana termaktub
dalam banyak kitab para ulama, salah satunya Nashaihul Ibad, halaman 53,
Baginda Nabi shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ثَمَانِيَةُ
أَشْيَاءَ لَا تَشْبَعُ مِنْ ثَمَانِيَةٍ: اَلْعَيْنُ مِنَ النَّظْرِ ،
وَالْاَرْضُ مِنَ الْمَطَرِ ، وَالْأُنْثَى مِنَ الذَّكَرِ ، وَالْعَالِمُ مِنَ
الْعِلْمِ ، وَالسَّائِلُ مِنَ الْمَسْئَلَةِ ، وَالْحِرْصُ مِنَ الْجَمْعِ ،
وَالْبَحْرُ مِنَ الْمَاءِ ، وَالنَّارُ مِنَ الْحَطَبِ
Artinya, “Delapan perkara yang tak pernah
merasa puas dengan delapan perkara. Mata tak pernah puas dari memandang, bumi
dari siraman hujan, wanita dari laki-laki, seorang alim dari ilmu, orang yang
suka bertanya dari masalah, orang yang tamak dari menghimpun harta, lautan dari
air, dan api dari kayu bakar,” (al-Hadits).
Sidang Jum’ah yang berbahagia,
Apa maksud dari sabda Rasulillah shllallahu
‘alaihi wasallam di atas? Sesungguhnya, secara tidak langsung, beliau hendak
menyampaikan, ada hukum sebab-akibat atau kausalitas yang berlaku di dunia ini.
Mata tidak pernah puas dari memandang. Maksudnya, disebabkan oleh ketidakpuasan
inilah, mata harus kendalikan! Jangan dibiarkan begitu saja. Sebab, mata bisa
menjadi penyebab lahirnya kemaslahatan, namun juga bisa menjadi penyebab lahirnya
kemudlaratan, kerusakan, dan kerugian bagi orang lain, bahkan bagi pemiliknya
sendiri. Contohnya, kaum perempuan diperintah menutup aurat. Ini artinya,
laki-laki diperintah untuk menjaga pandangan dari melihat aurat mereka.
Kemudian, bumi tidak pernah cukup dari air.
Jika dibaratkan, bumi itu gambaran jiwa. Sedangkan air gambaran nasehat.
Sebagaimana air yang dapat menghidupkan bumi yang mati, maka nasehat juga dapat
menghidupkan hati yang mati. Pertanyaannya, nasehat apa yang paling utama?
Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
اَلدِّيْنُ
اَلنَّصِيْحَةُ قُلْنَا: لِمَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ
Artinya, “Agama itu nasehat.” Kami bertanya,
“Bagi siapa ya Rasul?” Rasulullah menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi
rasul-Nya, bagi para pemimpin kaum muslimin, dan bagi seluruh kalangan mereka.”
Walhasil, nasehat yang pokok adalah agama.
Sebab, agama ialah timbangan dalam berpendapat dan bermuamalah. Jika ingin
bermuamalah yang halal, maka berpedomanlah kepada nasehat agama. Ingin menikah,
maka agamalah yang menjadi panduan tata cara, syarat dan rukunnya. Ini pula
yang dimaksud dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, perempuan
tidak pernah puas dengan laki-laki. Atau sebaliknya, laki-laki tidak pernah
puas dengan perempuan. Seandainya diperbolehkan, 100 perempuan pun mungkin
tidak akan cukup bagi seorang laki-laki. Untuk itu, diperlukan kendali dan
pengendalian. Tentu saja, kendali yang mampu menghentikan ketidakpuasan
seseorang, yang tak lain adalah agama. Sebab, undang-undang mungkin saja untuk
dilanggar. Sementara agama, jangankan kita sebagai manusia, Iblis pun pada
dasarnya takut melanggar aturannya yang sudah ditetapkan Allah subhanahu wa
ta’ala.
Demikian pula, kata Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasalla, orang alim tidak pernah puas dengan ilmu. Orang yang suka
bertanya tidak pernah puas dengan masalah. Sebab, orang yang puas dengan ilmu,
pada hakikatnya orang yang tak berilmu. Dia tidak tahu masih banyak perkara
yang belum diketahui dirinya. Dalam sebuah maqalah, Habib Alwi al-Haddad
rahimahullah menuturkan:
مَنْ
طَلَبَ الْعِلْمَ لِنَفْسِهِ فَوَاحِدٌ مِنْهُ يَكْفِيْهِ وَمَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ
لِلنَّاسِ فَاعْلَمْ أَنَّ حَوَائِجَ النَّاسِ كَثِيْرَةٌ
Artinya, “Orang yang menuntut ilmu untuk
dirinya, maka satu bidang ilmu sudah cukup untuknya. Namun, siapa saja yang
menuntut ilmu karena orang banyak, maka ketahuilah kebutuhan manusia itu sangat
banyak.”
Kenyataannya, masyarakat menghadapi berbagai
masalah yang harus diselesaikan. Harapan mereka, orang-orang berilmu mampu
membantu mereka untuk menyelesaikannya. Bukan mereka yang tidak berilmu. Untuk
itu, orang yang dikaruniai akal cerdas, hendaknya tidak merasa puas dengan ilmu
yang sudah ada pada dirinya. Setelah itu, ia kemudian berusaha mengamalkan dan
mengembangkannya.
Dengan kata lain, delapan perkara yang
disabdakan Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kiasan. Bagi
orang-orang yang berakal, tugasnya adalah menjelaskan.
Semoga khutbah singkat ini bermanfaat bagi
kita semua! Amin ya rabbal ‘alamin.
وَالْعَصْرِ
، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (العصر:1-3)
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ
هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ،
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ
الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ،
إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ
مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ،اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ
الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ
مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ
الرِّجَالِ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ
اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِيْمُواالصَّلَاةَ
Ustadz Muhammad Syamsudin, Tim Peneliti
Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar