Sayyidah
Ummu Salamah, Perempuan yang Pernah Menolak Pinangan Rasulullah (Bagian
II-Habis)
Akhirnya Rasulullah dan Sayyidah Ummu Salamah jadi menikah. Menurut buku Bilik-bilik Cinta Muhammad: Kisah Sehari-hari Rumah Tangga Nabi (Nizar Abazhah, 2018), mahar yang diberikan Rasulullah kepada Sayyidah Ummu Salamah adalah perabot rumah tangga yang nilainya tidak lebih dari 40 dirham. Diantaranya adalah mangkuk, alat giling, kasur giling, dan barang sejenisnya. Kehidupan keduanya berjalan begitu sederhana dan mandiri. Dikisahkan, bahkan pada malam pengantin pun, Rasulullah dan Sayyidah Ummu Salamah membuat makanan sendiri. Mereka mengambil gandum, menggiling dan menghaluskannya, lalu memerasnya ke dalam sebuah bejana dan menjadikannya kuah, ditambah dengan kikil
Hari demi hari
Sayyidah Ummu Salamah menjalani kehidupan bersama Rasulullah. Cinta,
pengabdian, dan pelayanan Sayyidah Ummu Salamah kepada Rasulullah tidak
diragukan lagi. Akan tetapi, kenangan indah bersama suaminya yang dulu, Abu
Salamah, tidak pernah pupus. Karena bagaimanapun juga, Sayyidah Ummu Salamah
pernah menjalani kehidupan yang 'meliuk-liuk' dengan suaminya itu. Ia bahkan
pernah mengajak Abu Salamah berjanji untuk tidak menikah jika salah satu dari
mereka wafat lebih dulu.
Namun, Abu Salamah
tidak menolak ajakan Sayyidah Ummu Salamah. Ia bahkan meminta istrinya itu
untuk menikah lagi kalau dia wafat terlebih dahulu. Pada saat bersamaan,
Sayyidah Ummu Salamah juga teringat dengan hadits Nabi yang menyebutkan kalau
di surga nanti seorang suami akan bersama dengan istrinya. Dari hadist itu,
Sayyidah Ummu Salamah jadi ‘kepikiran’. Lalu bagaimana dengan laki-laki yang
beristri lebih dari satu? Atau perempuan yang menikah lebih dari sekali?
Sayyidah Ummu Salamah lalu mengadukan ‘kegalauannya’ itu kepada Rasulullah.
“Allah akan
mempersilahkan wanita itu untuk memilih salah seorang dari kedua suaminya, dan
ketika itu yang dipilihnya adalah yang paling baik akhlaknya,” jawab
Rasulullah.
Memang seperti itu
lah Sayyidah Ummu Salamah. Dia dikenal sebagai salah satu istri Rasulullah yang
sangat cerdas. Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an
dan Hadits-hadits Shahih (M Quraish Shihab, 2018), ia banyak bertanya kepada
Rasulullah tentang banyak hal. Sehingga banyak pertanyaannya yang menjadi sebab
turunnya (asbabul wurud) beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi.
Sayyidah Ummu Salamah
juga menjadi salah satu istri Rasulullah yang banyak meriwayatkan hadits. Para
pakar menyebut kalau hadits riwayat Sayyidah Ummu Salamah mencapai 378 hadits.
Demikian lah salah satu hikmah pernikahan Rasulullah dengan Ummu Salamah. Ia
menjadi salah satu istri yang merekam rahasia kehidupan rumah tangga Rasulullah
melalui periwayatan hadits. Di samping tentunya direkam juga oleh istri-istri
Rasulullah yang lainnya. Hadits-hadits riwayat Ummahatul Mukminin itu merupakan
mozaik dari ‘kehidupan privat’ Rasulullah, yang tentunya tidak bisa direkam
oleh para sahabatnya.
Hikmah lain dari
pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Ummu Salamah adalah meredam kebencian
Suku Makhzum. Diketahui, Suku Makhzum adalah salah satu suku yang paling
memusuhi dakwah Rasulullah. Maka pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Ummu
Salamah yang berasal dari keluarga Suku Makhzum itu diharapkan memberikan
dampak yang baik terkait dengan hubungan Rasullah dan Suku Makhzum.
Karena kecerdasannya
pula, Sayyidah Ummu Salamah kerapkali menjadi teman curhat Rasulullah terkait
suatu persoalan. Terbukti, Sayyidah Ummu Salamah pernah beberapa kali
memberikan solusi atas persoalan yang menimpa Rasulullah. Diantaranya adalah
kejadian setelah ditandatanganinya Perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-6
Hijriyah.
Pada waktu itu,
Rasulullah dan umat Islam hendak menjalankah umrah di Makkah. Namun, kaum
musyrik tidak mengizinkan umat Islam masuk Makkah. Setelah melalui negosiasi
yang alot, kaum musyrik dan umat Islam sepakat untuk menandatangani Perjanjian
Hudaibiyah. Isinya, pada tahun itu umat Islam tidak diperbolehkan memasuki kota
Makkah. Mereka baru diizinkan mamasuki kota Makkah dan menunaikan umrah pada
tahun berikutnya.
Setalah Perjanjian
Hudaibiyah, Rasulullah mengajak kepada para sahabatnya untuk mencukur rambut
mereka masing-masing dalam rangka bertahalul sebelum kembali ke Madinah. Ajakan
Rasulullah itu ternyata disambut oleh para sahabat dengan ‘ogah-ogahan’. Mereka
enggan untuk mencukur rambutnya. Maklum, para sahabat kecewa dengan isi dari
Perjanjian Hudaibiyah itu. Mereka sudah rindu dengan Ka’bah dan ingin segera
melaksanakan umrah, namun keadaan tidak memungkinkan.
Kejadian itu membuat
Rasulullah ‘kesal’. Rasulullah lalu menceritakan sikap para sahabatnya yang
‘enggan’ menuruti perintahnya itu kepada Sayyidah Ummu Salamah yang saat itu
ikut dalam rombongan. Kata Sayyidah Ummu Salamah: Wahai Rasulullah, keluarlah
sehingga mereka melihatmu, namun jangan berbicara dengan seorang pun. Lalu
sembelihlah untamu dan panggil tukang cukur untuk memotong rambutmu.
Rasulullah menuruti
saran Sayyidah Ummu Salamah. Beliau keluar dari tendanya, tidak bicara dengan
siapapun, kemudian menyembelih untanya dan mencukur rambut. Dan benar. Setelah
Rasulullah melaksanakan usulan Sayyidah Ummu Salamah, para sahabat
berbondong-bondong mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah.
Di samping cerdas,
Sayyidah Ummu Salamah adalah seorang yang sangat rupawan. Bahkan, kecantikannya
mampu membuat Sayyidah Aisyah dan Sayyidah Hafshah, istri Rasulullah yang
lainnya, cemburu. Iya, Sayyidah Ummu Salamah adalah seorang yang cantik lahir
dan batinnya.
“Dia telah berusia,”
kata Sayyidah Aisyah menutupi kecemburuannya terhadap kecantikan Sayyidah Ummu
Salamah.
“Demi Allah, dia
melebihi apa yang dibicarakan orang tentang dirinya,” kata Sayyidah Hafshah. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar