Senin, 27 Januari 2020

(Ngaji of the Day) Sayyidah Ummu Salamah, Perempuan yang Pernah Menolak Pinangan Rasulullah (Bagian II-Habis)


Sayyidah Ummu Salamah, Perempuan yang Pernah Menolak Pinangan Rasulullah (Bagian II-Habis)

Akhirnya Rasulullah dan Sayyidah Ummu Salamah jadi menikah. Menurut buku Bilik-bilik Cinta Muhammad: Kisah Sehari-hari Rumah Tangga Nabi (Nizar Abazhah, 2018), mahar yang diberikan Rasulullah kepada Sayyidah Ummu Salamah adalah perabot rumah tangga yang nilainya tidak lebih dari 40 dirham. Diantaranya adalah mangkuk, alat giling, kasur giling, dan barang sejenisnya. Kehidupan keduanya berjalan begitu sederhana dan mandiri. Dikisahkan, bahkan pada malam pengantin pun, Rasulullah dan Sayyidah Ummu Salamah membuat makanan sendiri. Mereka mengambil gandum, menggiling dan menghaluskannya, lalu memerasnya ke dalam sebuah bejana dan menjadikannya kuah, ditambah dengan kikil

Hari demi hari Sayyidah Ummu Salamah menjalani kehidupan bersama Rasulullah. Cinta, pengabdian, dan pelayanan Sayyidah Ummu Salamah kepada Rasulullah tidak diragukan lagi. Akan tetapi, kenangan indah bersama suaminya yang dulu, Abu Salamah, tidak pernah pupus. Karena bagaimanapun juga, Sayyidah Ummu Salamah pernah menjalani kehidupan yang 'meliuk-liuk' dengan suaminya itu. Ia bahkan pernah mengajak Abu Salamah berjanji untuk tidak menikah jika salah satu dari mereka wafat lebih dulu.

Namun, Abu Salamah tidak menolak ajakan Sayyidah Ummu Salamah. Ia bahkan meminta istrinya itu untuk menikah lagi kalau dia wafat terlebih dahulu. Pada saat bersamaan, Sayyidah Ummu Salamah juga teringat dengan hadits Nabi yang menyebutkan kalau di surga nanti seorang suami akan bersama dengan istrinya. Dari hadist itu, Sayyidah Ummu Salamah jadi ‘kepikiran’. Lalu bagaimana dengan laki-laki yang beristri lebih dari satu? Atau perempuan yang menikah lebih dari sekali? Sayyidah Ummu Salamah lalu mengadukan ‘kegalauannya’ itu kepada Rasulullah.

“Allah akan mempersilahkan wanita itu untuk memilih salah seorang dari kedua suaminya, dan ketika itu yang dipilihnya adalah yang paling baik akhlaknya,” jawab Rasulullah.

Memang seperti itu lah Sayyidah Ummu Salamah. Dia dikenal sebagai salah satu istri Rasulullah yang sangat cerdas. Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih (M Quraish Shihab, 2018), ia banyak bertanya kepada Rasulullah tentang banyak hal. Sehingga banyak pertanyaannya yang menjadi sebab turunnya (asbabul wurud) beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi.

Sayyidah Ummu Salamah juga menjadi salah satu istri Rasulullah yang banyak meriwayatkan hadits. Para pakar menyebut kalau hadits riwayat Sayyidah Ummu Salamah mencapai 378 hadits. Demikian lah salah satu hikmah pernikahan Rasulullah dengan Ummu Salamah. Ia menjadi salah satu istri yang merekam rahasia kehidupan rumah tangga Rasulullah melalui periwayatan hadits. Di samping tentunya direkam juga oleh istri-istri Rasulullah yang lainnya. Hadits-hadits riwayat Ummahatul Mukminin itu merupakan mozaik dari ‘kehidupan privat’ Rasulullah, yang tentunya tidak bisa direkam oleh para sahabatnya.

Hikmah lain dari pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Ummu Salamah adalah meredam kebencian Suku Makhzum. Diketahui, Suku Makhzum adalah salah satu suku yang paling memusuhi dakwah Rasulullah. Maka pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Ummu Salamah yang berasal dari keluarga Suku Makhzum itu diharapkan memberikan dampak yang baik terkait dengan hubungan Rasullah dan Suku Makhzum.

Karena kecerdasannya pula, Sayyidah Ummu Salamah kerapkali menjadi teman curhat Rasulullah terkait suatu persoalan. Terbukti, Sayyidah Ummu Salamah pernah beberapa kali memberikan solusi atas persoalan yang menimpa Rasulullah. Diantaranya adalah kejadian setelah ditandatanganinya Perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-6 Hijriyah.

Pada waktu itu, Rasulullah dan umat Islam hendak menjalankah umrah di Makkah. Namun, kaum musyrik tidak mengizinkan umat Islam masuk Makkah. Setelah melalui negosiasi yang alot, kaum musyrik dan umat Islam sepakat untuk menandatangani Perjanjian Hudaibiyah. Isinya, pada tahun itu umat Islam tidak diperbolehkan memasuki kota Makkah. Mereka baru diizinkan mamasuki kota Makkah dan menunaikan umrah pada tahun berikutnya.

Setalah Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah mengajak kepada para sahabatnya untuk mencukur rambut mereka masing-masing dalam rangka bertahalul sebelum kembali ke Madinah. Ajakan Rasulullah itu ternyata disambut oleh para sahabat dengan ‘ogah-ogahan’. Mereka enggan untuk mencukur rambutnya. Maklum, para sahabat kecewa dengan isi dari Perjanjian Hudaibiyah itu. Mereka sudah rindu dengan Ka’bah dan ingin segera melaksanakan umrah, namun keadaan tidak memungkinkan.

Kejadian itu membuat Rasulullah ‘kesal’. Rasulullah lalu menceritakan sikap para sahabatnya yang ‘enggan’ menuruti perintahnya itu kepada Sayyidah Ummu Salamah yang saat itu ikut dalam rombongan. Kata Sayyidah Ummu Salamah: Wahai Rasulullah, keluarlah sehingga mereka melihatmu, namun jangan berbicara dengan seorang pun. Lalu sembelihlah untamu dan panggil tukang cukur untuk memotong rambutmu.

Rasulullah menuruti saran Sayyidah Ummu Salamah. Beliau keluar dari tendanya, tidak bicara dengan siapapun, kemudian menyembelih untanya dan mencukur rambut. Dan benar. Setelah Rasulullah melaksanakan usulan Sayyidah Ummu Salamah, para sahabat berbondong-bondong mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah.

Di samping cerdas, Sayyidah Ummu Salamah adalah seorang yang sangat rupawan. Bahkan, kecantikannya mampu membuat Sayyidah Aisyah dan Sayyidah Hafshah, istri Rasulullah yang lainnya, cemburu. Iya, Sayyidah Ummu Salamah adalah seorang yang cantik lahir dan batinnya.

“Dia telah berusia,” kata Sayyidah Aisyah menutupi kecemburuannya terhadap kecantikan Sayyidah Ummu Salamah.

“Demi Allah, dia melebihi apa yang dibicarakan orang tentang dirinya,” kata Sayyidah Hafshah. []

(A Muchlishon Rochmat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar