Empat Tingkatan Surga dalam
Tinjauan Ulama Tafsir
Tak diragukan lagi, kebahagiaan terbesar dan
kemuliaan tak terperikan bagi orang-orang mukmin adalah kebahagiaan dan
kemuliaan saat rombongan mereka digiring ke dalam surga. Begitu surga yang
dijanjikan berada di depan mata, dibukalah pintu-pintunya dan rombongan mereka
disambut hangat para malaikat, sebagaimana yang digambarkan dalam ayat
Al-Qur’an, Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga
berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga, sedangkan
pintu-pintunya telah terbuka, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, “Salam
sejahtera semoga terlimpah kepada kalian. Berbahagialah kalian! Maka
masuki ke dalam surga ini, sementara kalian kekal berada di dalamnya,” (QS
al-Zumar [39]: 72).
Menurut al-Kalbi dalam Tafsir al-Thabari,
ada empat macam surga yang Allah janjikan kepada para hamba-Nya yang bertakwa,
yakni surga ‘Adn, yang merupakan tingkatan tertinggi, kemudian surga al-Ma’wa,
surga Firdaus, dan surga Na‘im. Masing-masing luasnya seluas
langit dan bumi. Di dalamnya terdapat banyak surga lagi dan para bidadari yang
selalu menjaga pandangan. Mata mereka tak pernah diarahkan kepada siapa pun
kecuali kepada pasangan mereka. Tidak ada seorang pun, baik kalangan manusia
maupun jin, yang pernah menyentuh mereka sebelumnya.
Adapun yang menjadi landasan informasi
tentang keempat surga ini adalah dua ayat surah al-Rahman berikut ini, Dan bagi
orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga, (QS al-Rahman
[55]: 46); Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi, (QS al-Rahman
[55]: 62).
Al-Samarqandi menafsirkan, dua surga pertama
adalah surga ‘Adn dan surga Na‘im, terbuat dari emas, penuh dengan pepohonan
dan buah-buahan, ada dua buah mata air yang mengalir di dalamnya. Sedangkan dua
surga yang terakhir adalah surga Firdaus dan surga Ma’wa, terbuat dari perak,
terlihat hijau tua warnanya, ada dua buah mata air yang memancar, ada
macam-macam buah, kurma, serta delima di dalamnya.
Menurut al-Qurthubi, keempat tingkatan surga
di atas dijanjikan untuk orang-orang yang takut saat menghadap Tuhannya. Hanya
saja, rasa takut itu sendiri memiliki beberapa tingkatan. Dua tingkatan surga
yang pertama diperuntukkan bagi para hamba yang paling tinggi ketakutannya
kepada Allah, yaitu orang-orang pendahulu yang didekatkan kepada-Nya
(al-Muqarrabun). Sedangkan dua tingkatan yang lainnya bagi orang-orang yang
terbatas rasa takutnya, orang-orang kemudian dari golongan kanan (Ashâbul
Yamîn), yaitu mereka yang diberi catatan amal dari sebelah kanan.
Adapun pintu keempat surga tersebut berjumlah
delapan pintu, sebagaimana riwayat Ibnu ‘Abbas dalam Tafsir Ibn Abi Hatim.
Ahli shalat akan dipanggil dari pintu shalat, para ahli jihad akan dipanggil
dari pintu jihad, para ahli puasa akan dipanggil dari pintu rayyan, para
ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah, para ahli ibadah haji
akan dipanggil dari pintu haji, para ahli ‘umrah akan dipanggil dari pintu
‘umrah, para ahli syukur akan dipanggil dari pintu syukur, para ahli zikir akan
dipanggil dari pintu zikir.
Namun, al-Baihaqi berpendapat bahwa
masing-masing dari keempat nama surga di atas mencakup seluruh surga. Artinya,
ketika disebut nama “surga Ma‘wa”, maka yang dimaksud adalah seluruh surga.
Kendati demikian, para ulama kembali bersepakat bahwa surga memiliki beberapa
tingkatan. Bahkan, ada yang mengemukakan, lebih dari empat tingkatan. Contohnya
seperti yang dikemukan Ibn ‘Abbas, yang menurutnya ada tujuh tingkatan surga,
yaitu surga Firdaus, surga ‘Adn, surga ‘Na‘im, Darul-Khuld, surga Ma‘wa,
Darus-Salam, dan ‘Illiyyun. Masing-masing tingkatan memiliki tingkatan lagi.
Akan tetapi, menurut al-Samarqandi, yang lebih kuat tetaplah yang empat
tingkatan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Qur’an. Dan di dalamnya ada
tingkatan-tingkatan lagi. Maka empat tingkatan ini pula saja yang akan
dijabarkan pada kesempatan ini.
Pertama, surga ‘Adn. Dalam riwayat Ibnu
Khuzaimah disebutkan, surga ‘Adn adalah surga yang belum pernah terlihat mata
pun dan belum pernah terbesit hati manusia mana pun. Tidak ada bani Adam yang
menempatinya kecuali para tiga golongan: para nabi, para shiddiqin, dan
syuhada. Dalam sebuah hadis qudsi, Dia berfirman kepada surga ini,
“Berbahagialah orang yang memasukimu.”
Sementara al-Mawardi dalam Tafsirnya
mengungkapkan, tentang surga ‘Adn sendiri ada lima pandangan: (1) surga
‘Adn adalah surga keabadian dan tempat kediaman; (2) surga ‘Adn adalah
taman-taman yang penuh dengan pohon delima dan anggur, sebagaimana riwayat Ibn
‘Abbas; (3) ‘Adn sendiri adalah sebuah nama yang ada di tengah-tengah surga,
sebagaimana riwayat ‘Abdullah ibn Mas‘ud; (4) nama ‘Adn sendiri adalah sebuah
nama istana di surga, sebagaimana riwayat ‘Amr ibn al-Ash dan al-Hasan; (5)
surga ‘Adn surga yang berada di langit tertinggi, tidak ada yang memasukinya
kecuali para nabi, orang-orang shiddiq, dan para syuhada, dan para pemimpin
yang adil.
Hal itu sejalan dengan yang dikemukakan
al-Ahwash ibn Hakim dalam Tafsir al-Tsa‘labi, di dalam surga ‘Adn ini adalah
sebuah kota yang terbuat dari permata putih yang menyilaukan mata. Belum pernah
diperlihatkan kepada seorang nabi pun atau kepada satu malaikat pun. Kota ini
dijanjikan Allah untuk para nabi ulul ‘azmi, para syuhada, para pemimpin yang
adil, dan para mujahidin. Sebab, mereka adalah orang-orang yang unggul dalam
segalanya. Maka pantaslah surga ini menempati tingkatan tertinggi karena akan
dihuni oleh hamba-hamba pilihan.
Kedua, surga Ma’wa. Mengutip pendapat Ibn
‘Abbas, al-Thabari menyebutkan, ia berada di dekat Sidratul Muntaha, (QS [53]:
15), tepatnya di sebelah kanan ‘Arasy. Kata al-ma’wa sendiri berarti ‘tempat
berlindung’, sebab ia merupakan tempat berlindungnya ruh para syuhada dan ruh
orang-orang mukmin.
Lantas siapakah para hamba Allah yang
dijanjikan akan mendapat kenikmatan surga ini? Allah mengutarakannya dalam
Al-Qur’an, Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami
adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera
bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah
sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa
kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa
apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang
menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka
kerjakan. Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik?
Mereka tidak sama. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh,
maka bagi mereka adalah surga Ma’wa tempat kediaman, sebagai pahala terhadap
apa yang mereka kerjakan, (QS al-Sajdah [32]: 15-19).
Serupa dengan para penghuni surga lainnya,
surga ini juga dijanjikan bagi para hamba yang takut saat menghadap Tuhannya.
Hanya saja ditambahkan dengan menahan hawa nafsu, Adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya tempat tinggalnya adalah surga Ma’wa, (QS al-Nazi‘at [79]:
40-41).
Hal itu sejalan dengan salah satu hadis
Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh al-Hakam ibn ‘Umair, “Malulah kalian
kepada Allah, peliharalah kepala dan anggota tubuh di dalamnya, peliharalah
perut dan isinya, ingatlah kalian kepada kematian dan kehancuran. Siapa saja yang
melakukan semua itu, maka balasannya adalah surga Ma’wa,” (H.R.
al-Thabrani).
Ketiga, surga Firdaus. Disebut dengan
“firdaus” karena dikelilingi dan diliputi oleh banyak pohon, yang kebanyakan
adalah pohon anggur. Ada pula yang berpendapat, firdaus artinya lembah-lembah
yang ditumbuhi berbagai macam tumbuhan. Ada lagi yang mengatakan, dalam bahasa
Rum, firdaus berarti kebun atau taman yang penuh dengan pohon anggur. Siapa pun
yang berada di dalamnya akan kekal, tidak akan merasa jenuh atau bosan, layaknya
para penghuni dunia. Tatkala mendapat satu nikmat, mereka ingin beralih kepada
nikmat lain, bahkan yang lebih besar. Demikian adanya tabiat penghuni dunia.
Sementara para penghuni surga Firdaus tidak mengenal jenuh dan bosan pada
sebuah nikmat. Apa pun yang mereka inginkan sudah tersaji dan apa pun yang
mereka pilih sudah disiapkan. Bahkan, dalam sebuah riwayat surga ini merupakan
surga yang tertinggi. ‘Ubadah ibn al-Shamit meriwayatkan bahwa beliau bersabda,
“Sesungguhnya surga itu memiliki seratus derajat. Satu derajat dengan derajat
lainnya laksana antara langit dan bumi. Surga Firdaus adalah derajat yang
tertinggi. Darinya memancar sungai-sungai surga yang empat. Jika kalian memohon
surga, maka mohonlah surga Firdaus.” Demikian seperti yang diungkap dalam
Tafsir al-Maturidi.
Dalam Al-Qur’an, Allah juga telah memberi
gambaran siapa saja yang berhak mendapat balasan surga ini, yaitu mereka yang
khusyuk dalam shalatnya, orang yang menjauhkan diri dari perbuatan yang tak
bermakna, orang yang menunaikan kewajiban zakat, orang yang menjaga
kemaluannya, sebagaimana dalam ayat berikut, Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sembahyangnya,
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka
miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa
mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang
akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di
dalamnya, (QS al-Mukminun [23]: 1-11).
Surga ini juga dijanjikan bagi orang yang
berjuang di jalan Allah. “Sesungguhnya di surga itu ada seratus derajat yang
dipersiapkan Allah bagi orang-orang yang berjuang di jalan-Nya. Antara satu
derajat dengan derajat lainnya laksana antara langit dan bumi. Jika kalian
memohon, mohonlah surga Firdaus. Sebab, ia adalah di tengah surga, sekaligus
surga yang tertinggi. Di atasnya adalah ‘Arasy al-Rahman. Darinya sungai-sungai
surga memancar.” Demikian seperti yang diungkap dalam Tafsir al-Thabari.
Dalam riwayat lainnya dikatakan bahwa setelah
putranya Haritsah gugur syahid di medang perang Badar, Ummu Haritsah datang
mengadu kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasul, engkau sendiri tahu bagaimana
kedudukan Harittsah di hatiku. Jika dia berada di surga, aku tak akan lagi
menangisinya. Namun, jika tidak, engkau akan melihat apa yang akan aku
lakukan.” Beliau bersabda, “Engkau kehilangan anakmu? Apakah surga itu hanya
satu? Ketahuilah, surga itu justru banyak sekali tingkatannya. Dan Haritsah
berada di surga Firdaus yang tertinggi,” (H.R. Ahmad).
Keempat, surga Na‘im. Malik ibn Dinar
dalam Tafsir Ibnu Abi Hatim menyebutkan, surga ini berada di antara surga
Firdaus dan surga ‘Adn. Adapun para penghuninya disebutkan oleh Allah dalam
sebuah hadis qudsi, “Orang-orang yang berbuat kemaksiatan. Namun, tatkala ingat
kepada keagungan-Ku, mereka kemudian merasa diawasi-Ku. Tulang-tulang mereka
seperti langsung mengerut karena takut kepada-Ku dan kemuliaan-Ku. Aku yang
semula ingin menimpakan azab kepada para penghuni bumi, tatkala melihat
orang-orang haus dan lapar (puasa) karena takut kepada-Ku, akhirnya memalingkan
azab itu dari mereka.”
Dalam Al-Qur’an, Allah juga menginformasikan
siapa saja yang kelak akan mendapat balasan surga ini, Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan
mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam
surga Na‘im yang penuh kenikmatan, (QS Yunus [10]: 9).
Dijelaskan oleh Muqatil, maksud orang-orang
beriman di sana adalah orang-orang yang percaya kepada Allah, menunaikan
amalan-amalan yang saleh, dan kewajiban-kewajiban dari-Nya. Berkat keimanan,
kepercayaan, dan tauhid mereka, Allah melimpahkan petunjuk kepada mereka dan
memberikan balasan surga, dimana di bawah istana-istana mereka ada cahaya dari
cahaya istana permata dan yaqut yang mereka tempati. Sungguh di dalamnya,
mereka tidak dituntut satu pekerjaan pun selamanya. Mereka tidak mengalami satu
kesulitan pun. Doa mereka di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma,” dan
salam penghormatan mereka ialah, “Salam”. Dan penutup doa mereka ialah, “Alhamdulilaahi
Rabbil ‘aalamin.”
Dalam surah lain, kenikmatan-kenikmatan dalam
surga itu digambarkan, Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa).
Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka
adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam surga-surga Na‘im yang penuh
nikmat. Di atas takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada
mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih
bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada dalam khamar itu
alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. Di sisi mereka ada bidadari-bidadari
yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, seakan-akan mereka adalah
telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik, (QS al-Shaffat [37]:
40-49).
Secara umum, calon penghuni surga ini adalah
orang-orang yang bertakwa, Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa
(disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya, (QS al-Qalam
[68]: 34). Bahkan, seandainya para ahli kitab beriman dan bertakwa, niscaya
Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan memasukkan mereka ke dalam
surga Na‘im. Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup
(hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam
surga-surga yang penuh kenikmatan. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh
menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada
mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari
bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah
buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka, (QS al-Maidah [5]:
65-66).
Dalam petikan doanya, Nabi Ibrahim 'alaihissalam
memohon agar mendapatkan kenikmatan surga Na‘im ini. Dan kelak Allah akan
mengabulkan permohonannya dengan balasan yang lebih istimewa dari apa yang
diminta.
رَبِّ
هَبْ لِي حُكْماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ ، وَاجْعَلْ لِي لِسانَ صِدْقٍ
فِي الْآخِرِينَ ، وَاجْعَلْنِي مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ
(Nabi Ibrahim 'alaihissalam berdoa),
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan
orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi
orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang
yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan,” (QS al-Syu‘ara [26]:
83-85).
Semoga kita termasuk para hamba Allah yang
kelak mendapat balasan terindah dari-Nya. Wallahu ‘alam. []
Ustadz M. Tatam Wijaya, Pengasuh Majelis
Taklim “Syubbanul Muttaqin” dan Pembina Organisasi Kepemudaan “KEPRIS”,
Desa Jayagiri, Kec. Sukanagara, Cianjur Selatan, Jabar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar