Adab-adab dalam Berziarah
Kubur
Ziarah kubur adalah salah satu ritual yang
awalnya diharamkan lalu dibatalkan (manshukh) oleh Rasulullah ﷺ menjadi suatu anjuran
yang disunnahkan untuk dilakukan. Salah satu hikmah dari kesunnahan ziarah
kubur ini adalah mengingatkan kita pada keadaan orang-orang yang telah
meninggal. Dengan mengingat kematian, seseorang menjadi lebih waspada dalam
menjalankan hidupnya dan tidak mudah terbelenggu dalam gaya kehidupan yang
tidak baik.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam
haditsnya:
كُنْتُ
نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُزَهِّدُ فِي
الدُّنْيَا وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ
“(Dulu) Aku melarang kalian berziarah kubur,
maka (sekarang) berziarahlah kalian ke kuburan, sesungguhnya ziarah kubur
membuat kalian zuhud di dunia dan mengingatkan kalian pada akhirat.” (HR. Ibnu
Majah)
Salah satu hal yang mestinya dilakukan oleh
peziarah saat menziarahi kubur adalah mendoakan orang yang berada dalam kubur,
sebab doa dan zikir-zikir yang dibacakan oleh peziarah dengan niat pahalanya
ditujukan pada orang yang telah meninngal, menurut kesepakatan para ulama pasti
sampai pada mayit (orang meninggal). Seperti yang dijelaskan dalam kitab
Al-Adzkar:
قال
النووي في الأذكار أجمع العلماء على أن الدعاء للأموات ينفعهم ويصلهم ثوابه اه روي
عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال ما الميت في قبره إلا كالغريق المغوث بفتح
الواو المشددة أي الطالب لأن يغاث ينتظر دعوة تلحقه من ابنه أو أخيه أو صديق له
فإذا لحقته كانت أحب إليه من الدنيا وما فيها
“Imam Nawawi berkata dalam kitabnya,
Al-Adzkar, ‘Para Ulama sepakat bahwa doa pada orang yang meninggal, bermanfaat
dan sampai pada mereka‘ diriwayatkan dari Nabi Muhammad ﷺ bahwa sesungguhnya
beliau bersabda, ‘Tidak ada perumpamaan mayit di kuburnya kecuali seperti orang
tenggelam yang ingin ditolong, mayit menunggu doa yang ditujukan padanya baik
dari anaknya, saudaranya atapun temannya. Ketika doa itu telah tertuju padanya,
maka doa itu lebih ia cintai daripada dunia dan seisinya” (Syekh Nawawi
Al-Bantani, Nihayat al-Zain, hal. 281(
Selain membacakan doa serta zikir-zikir pada
saat ziarah kubur yang merupakan tujuan utama dalam berziarah, hendaknya bagi
para peziarah juga menjaga adab-adab yang berlaku pada saat ziarah kubur.
Adab-adab dalam berziarah ini secara rinci dijelaskan dalam kitab Tafsir
As-Siraj Al-Munir:
وينبغي
لمن زار القبور أن يتأدّب بآدابها ويحضر قلبه في إتيانها، ولا يكون حظه منها
الطواف عليها فقط فإنّ هذه حالة يشاركه فيها البهائم، بل يقصد بزيارته وجه الله
تعالى وإصلاح فساد قلبه، ونفع الميت بما يتلوه عنده من القرآن والدعاء، ويتجنب
الجلوس عليها.
ويسلم
إذا دخل المقابر فيقول: «السلام عليكم دار قوم مؤمنين، وإنا إن شاء الله بكم
لاحقون». وإذا وصل على قبر ميته الذي يعرفه سلم عليه أيضاً، وأتاه من قبل وجهه
لأنه في زيارته كمخاطبه حياً، ثم يعتبر بمن صار تحت التراب، وانقطع عن الأهل والأحباب،
ويتأمّل حال من مضى من إخوانه كيف انقطعت آمالهم ولم تغن عنهم أموالهم، ومجيء
التراب على محاسنهم ووجوههم، وافترقت في التراب أجزاؤهم، وترمل من بعدهم نساؤهم،
وشمل ذل اليتم أولادهم وأنه لا بدّ صائر إلى مصيرهم، وأنّ حاله كحالهم وماله
كمالهم.
“Hendaknya bagi orang yang berziarah di
kuburan untuk berperilaku sesuai dengan adab-adab ziarah kubur dan menghadirkan
hatinya pada saat mendatangi kuburan. Tujuannya datang ke kuburan bukan hanya
sebatas berkeliling saja, sebab perilaku ini adalah perilaku binatang. Tetapi
tujuan ziarahnya karena untuk menggapai ridha Allah ﷻ, memperbaiki keburukan hatinya, memberikan kemanfaatan pada
mayit dengan membacakan di sisinya Al-Qur’an dan doa-doa. Dan juga ia menjauhi
duduk di atas kuburan.
Ketika telah masuk di area sekitar kuburan ia
mengucapkan salam 'Assalamu alaika dara qaumi mu’minin, wa inna insya Allahu
bikum lahiqun (semoga kesalamatan tertuju pada engkau wahai rumah perkumpulan
orang-orang mukmin, sesungguhnya kami, jika Allah menghendaki akan menyusul
kalian.’ Ketika sampai di kuburan mayit yang ia kenal, maka ucapkan salam
padanya dan datangilah dari arah wajah mayit itu, karena menziarahi kuburannya
sama seperti berbicara dengannya sewaktu hidup. Lalu orang yang berziarah merenungkan
keadaan orang yang telah dikubur di bawah tanah, yang telah terpisah dari
keluarga serta orang-orang yang dicintainya.
Orang yang berziarah hendaknya juga
merenungkan bagaimana keadaan teman-temannya yang telah meninggal. Bagaimana
impian mereka telah pupus dan bagaimana harta mereka sudah tidak lagi menolong
mereka. Debu-debu telah bertaburan pada keindahan tubuh dan wajah mereka, organ
tubuh mereka telah terpisah-pisah dalam tanah, lalu istri mereka menjanda,
anak-anak mereka menjadi yatim. Dan nantinya giliran bagi dirinya untuk menjadi
seperti teman-temannya akan tiba. Keadaannya di kubur sama persis seperti
keadaan temannya, dan hartanya nantinya juga sama persis seperti harta
teman-temannya (tidak dapat menolongnya)” (Syekh Khatib Asy-Syirbini, Tafsir
as-Siraj al-Munir, hal. 5277)
Begitulah adab-adab yang semestinya dilakukan
pada saat ziarah kubur, dengan mengetahui dan mengamalkannya seseorang yang
hendak berziarah tidak akan lagi bertingkah laku sewenang-wenang pada saat
berziarah, terlebih maqbarah yang diziarahi adalah orang-orang saleh,
semestinya penekanan dalam menjalankan adab saat berziarah semakin dipegang
secara kuat, agar bisa mendapatkan barokah dalam ziarah yang dilakukannya.
Wallahu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar