KH Zainul Arifin,
Tokoh NU Melanglang Buana Bersama Sukarno
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, menyimpan banyak video-video bersejarah negeri ini, termasuk koleksi video perjalanan kenegaraan Presiden Sukarno dan rombongan ke mancanegara.
Perjalanan langlang
buana utamanya banyak dilakukan Sukarno usai penyelenggaraan Konferensi Asia
Afrika pada 1955 di Bandung. Misi utama muhibah terpenting merealisasikan persahabatan
dengan negara-negara Asia- Afrika sesuai dengan prinsip-prinsip Dasa Sila
Bandung.
Menyongsong
peringatan Haul ke 56 pahlawan kemerdekaan nasional KH Zainul Arifin tanggal 2
Maret mendatang, saya melakukan penelusuran atas arsip media baru atau
"arsip non-tekstual bermedia kertas". Salah satu temuan menarik
adalah kumpulan video tanpa suara kunjungan rombongan kenegaraan Presiden
Sukarno ke beberapa negara di Afrika dan Eropa pada tahun 1956 dimana Zainul
Arifin tampak termasuk dalam rombongan.
Lawatan bertema
Muhibah Membangun Jembatan Persahabatan meliputi negara-negara: Bulgaria,
Rumania, Austria, Mesir, Nigeria, Nigeria, Guinea, Maroko, Tunisia, Portugal
dan Yugoslavia.
Yang paling menonjol
sejarahnya adalah kunjungan ke Maroko, negeri di Benua Hitam yang begitu
mengagumi Bung Karno. Tuan rumah Raja Muhammad mendeklarasikan bangsa Indonesia
sebagai "saudara bangsa Maroko" sehingga orang Indonesia bisa kapan
saja datang ke Maroko tanpa kerepotan mengurus visa.
Sukarno mengumumkan
hal yang sama bagi warga Maroko yang berkunjung ke Indonesia sebagai balasan.
Selain itu, Raja Muhammad juga meresmikan jalan utama di ibukota Maroko, Rabat
dengan nama Jalan Sukarno. Bung Karno kemudian menamakan salah satu jalan utama
di Jakarta sebagai Jalan Cassablanca.
Kedatangan rombongan
kenegaraan Indonesia dipimpin langsung Presiden Sukarno dari Guinea disambut
langsung oleh Raja Muhammad dan Putra Mahkota Moulay Hassan (ayah dari raja
Maroko sekarang) di bandara dengan upacara kebesaran militer. Kemudian,
sepanjang jalan menuju Istana Villa Darussalam rakyat memadati kiri-kanan
jalan. Di istana raja pasukan berkuda menyambut resmi.
Keesokan hari,
ditemani Pangeran Moulay rombongan menuju Marakesh dimana para petinggi sipil
dan militer kerajaan siap menyambut. Usai tur keliling kota, Pangeran menjamu
makan siang rombongan secara adat setempat. Acara berlangsung di bawah
tenda-tenda besar berlapis karpet dengan peserta jamuan duduk bersila di
atasnya. Hidangan utama daging kambing panggang dihidang di atas nampan-nampan.
Sebagai hiburan disajikan tarian tradisional Maroko dan pertunjukan akrobatik.
Kembali ke ibu kota,
ganti Raja Maroko menyambut rombongan di sekitar kolam istana yang indah dan
megah disambung dengan jamuan resmi kenegaraan. Dalam kesempatan itu, Sukarno
menghadiahi Raja cinderamata berupa wayang, keris dan lukisan. Acara ditutup
dengan upacara terpenting dalam misi muhibah yakni penandatanganan persetujuan
persahabatan sesuai dengan prinsip-prinsip Dasa Sila Bandung.
Hari terakhir,
setelah meresmikan Jalan Sukarno di tengah kota Rabat, rombongan menuju bandara
untuk melanjutkan muhibah menuju Lisbon, Portugal. []
(Ario Helmy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar