Jumat, 10 Januari 2020

KH Zainul Arifin, Tokoh NU Melanglang Buana Bersama Sukarno


KH Zainul Arifin, Tokoh NU Melanglang Buana Bersama Sukarno

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, menyimpan banyak video-video bersejarah negeri ini, termasuk koleksi video perjalanan kenegaraan Presiden Sukarno dan rombongan ke mancanegara.

Perjalanan langlang buana utamanya banyak dilakukan Sukarno usai penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada 1955 di Bandung. Misi utama muhibah terpenting merealisasikan persahabatan dengan negara-negara Asia- Afrika sesuai dengan prinsip-prinsip Dasa Sila Bandung.

Menyongsong peringatan Haul ke 56 pahlawan kemerdekaan nasional KH Zainul Arifin tanggal 2 Maret mendatang, saya melakukan penelusuran atas arsip media baru atau "arsip non-tekstual bermedia kertas". Salah satu temuan menarik adalah kumpulan video tanpa suara kunjungan rombongan kenegaraan Presiden Sukarno ke beberapa negara di Afrika dan Eropa pada tahun 1956 dimana Zainul Arifin tampak termasuk dalam rombongan.

Lawatan bertema Muhibah Membangun Jembatan Persahabatan meliputi negara-negara: Bulgaria, Rumania, Austria, Mesir, Nigeria, Nigeria, Guinea, Maroko, Tunisia, Portugal dan Yugoslavia.

Yang paling menonjol sejarahnya adalah kunjungan ke Maroko, negeri di Benua Hitam yang begitu mengagumi Bung Karno. Tuan rumah Raja Muhammad mendeklarasikan bangsa Indonesia sebagai "saudara bangsa Maroko" sehingga orang Indonesia bisa kapan saja datang ke Maroko tanpa kerepotan mengurus visa.

Sukarno mengumumkan hal yang sama bagi warga Maroko yang berkunjung ke Indonesia sebagai balasan. Selain itu, Raja Muhammad juga meresmikan jalan utama di ibukota Maroko, Rabat dengan nama Jalan Sukarno. Bung Karno kemudian menamakan salah satu jalan utama di Jakarta sebagai Jalan Cassablanca.

Kedatangan rombongan kenegaraan Indonesia dipimpin langsung Presiden Sukarno dari Guinea disambut langsung oleh Raja Muhammad dan Putra Mahkota Moulay Hassan (ayah dari raja Maroko sekarang) di bandara dengan upacara kebesaran militer. Kemudian, sepanjang jalan menuju Istana Villa Darussalam rakyat memadati kiri-kanan jalan. Di istana raja pasukan berkuda menyambut resmi.

Keesokan hari, ditemani Pangeran Moulay rombongan menuju Marakesh dimana para petinggi sipil dan militer kerajaan siap menyambut. Usai tur keliling kota, Pangeran menjamu makan siang rombongan secara adat setempat. Acara berlangsung di bawah tenda-tenda besar berlapis karpet dengan peserta jamuan duduk bersila di atasnya. Hidangan utama daging kambing panggang dihidang di atas nampan-nampan. Sebagai hiburan disajikan tarian tradisional Maroko dan pertunjukan akrobatik.

Kembali ke ibu kota, ganti Raja Maroko menyambut rombongan di sekitar kolam istana yang indah dan megah disambung dengan jamuan resmi kenegaraan. Dalam kesempatan itu, Sukarno menghadiahi Raja cinderamata berupa wayang, keris dan lukisan. Acara ditutup dengan upacara terpenting dalam misi muhibah yakni penandatanganan persetujuan persahabatan sesuai dengan prinsip-prinsip Dasa Sila Bandung.

Hari terakhir, setelah meresmikan Jalan Sukarno di tengah kota Rabat, rombongan menuju bandara untuk melanjutkan muhibah menuju Lisbon, Portugal. []

(Ario Helmy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar