Lima Turunan Iblis dan
Tugas Mereka dalam Tafsir At-Thabari
Kesombongan serta ketidakmauan sujud hormat
kepada Nabi Adam AS, Iblis akhirnya dikutuk dan diusir Allah dari surga ke muka
bumi dalam keadaan terhina. Sebab, tak sepantasnya makhluk yang takabur dan
merasa paling baik berada dalamnya.
Sebelum diturunkan, Iblis mengajukan
penangguhan umur kepada Allah hingga hari Kiamat. Allah pun mengabulkan
permintaannya sebagaimana terekam dalam Al-Quran, “Sesungguhnya engkau termasuk
mereka yang diberi tangguh,” (Surat Al-A‘raf ayat 15).
Selain itu, Iblis berjanji kepada Allah akan
menghalang-halangi manusia dari jalan yang lurus, dari arah mana saja dan
dengan cara apa saja, sebagaimana ikrar pernyataannya, “Kemudian aku akan
mendatangi mereka dari depan, dari belakang mereka, dari arah kanan, dan dari
arah kiri mereka,” (Surat Al-A‘raf ayat 17).
Karena itu, wajarlah jika melalui satu
firman-Nya, Allah mempertanyakan sikap manusia yang cenderung menjadikan Iblis
dan keturunannya sebagai pemimpin atau penolong selain diri-Nya? Pasalnya, bagi
manusia Iblis jelas-jelas merupakan musuh yang nyata. “Patutkah kalian
menjadikan dia (Iblis) dan turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan
mereka adalah musuh kalian?” (Surat Al-Kahfi ayat 50).
Dalam retorika Arab, ayat tersebut
disampaikan dengan gaya bahasa istifham inkari atau pertanyaan negatif.
Ini memberikan pesan bahwa sesungguhnya manusia sama sekali tidak pantas
menjadikan Iblis dan keturunannya sebagai auliya (pemimpin/penolong) selain
Allah. Alasannya, Iblis merupakan musuh nyata mereka. Musuh yang terbaik sekali
pun, tidak ada yang menginginkan pihak lawannya selamat. Demikian halnya dengan
Iblis terhadap manusia.
Kendati demikian, manusia sering kali tidak
sadar akan tipu dayanya, baik pada saat bermaksiat maupun pada saat beribadah.
Yang lebih berbahaya lagi adalah tipu dayanya pada saat mereka beribadah.
Karena merasa sedang beribadah, mereka tidak menyadari jika dirinya bisa
diselewengkan oleh Iblis dan keturunannya dari jalan yang benar. Padahal,
dengan sangat mudahnya ia menggoda mereka, seperti melalui sifat riya, senang
pamer, perasaan lebih baik, tidak ikhlas, dan seterusnya.
Atas dasar itu, penting sekali kita
mengetahui Iblis dan tipu dayanya. Tujuannya agar kita tetap waspada dari
godaan, kedengkian, dan tipu muslihatnya, di mana pun dan dalam keadaan apa
pun.
Hanya saja, dalam menjalankan misinya, Iblis
tidak sendirian, melainkan dibantu oleh keturunannya, yakni para setan,
sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Kahfi ayat 50 di atas. Mengutip riwayat
Mujahid, (Lihat At-Thabari, [Mu’assasatur Risalah: 2000 M], cetakan pertama,
jilid XVIII, halaman 43) menyebutkan bahwa ada lima setan keturunan Iblis.
Pertama, setan Zalanbur. Dia adalah shâhib
al-aswâq atau setan penggoda manusia di pasar-pasar. Tujuannya agar mereka
berlaku curang, bersumpah palsu, mengelabui pembeli, berperilaku boros atau
menghamburkan uang, dan sebagainya. Karena itu, sebaiknya kurangi masuk pasar,
sebab pasar merupakan tempat kelalaian dan tempat setan-setan jahat, baik setan
jin maupun setan manusia. Kendati sangat diperlukan untuk memasukinya, seperti
untuk berdagang atau berbelanja, maka perbanyaklah berlindung kepada Allah dari
keburukannya:
اَللَّهُمَّ
إِنّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَكْسِبَ فِيْهَا يَمِيْناً فَاجِرَةً أَوْ صَفْقَةً
خَاسِرَةً
Artinya, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari perbuatan sumpah palsu dan transaksi yang merugikan di pasar.”
Atau, berdoa sebagaimana yang diajarkan
Rasulullah SAW berikut ini:
لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ
يُحْيي وَيُمِيْت، بيَدِهِ الخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير
Artinya, “Tiada tuhan selain Allah semata,
tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya seluruh kerajaan. Hanya miliknya seluruh
pujian/kebaikan. Dialah Dzat yang maha menghidupkan dan mematikan. Di
tangan-Nya seluruh kebaikan. Dan Dia adalah Dzat yang maha kuasa atas segala
sesuatu.”
Kedua, setan Tsabur. Dia adalah shâhib
al-masha’ib atau setan penggoda manusia yang tengah ditimpa musibah.
Tujuannya agar manusia yang digoda benci terhadap ketetapan Allah, tidak sabar
dalam menghadapi ujian, bahkan tak jarang membujuknya untuk mengakhiri hidup
atau meminta kematian agar terlepas dari jeratan musibah atau ujian. Padahal,
Rasulullah SAW telah melarang semua itu.
Yang dianjurkannya saat ujian datang adalah
bersabar, mengharap pahalanya dari Allah, dan menyerahkan segala urusan
kepada-Nya. Sesungguhnya, Allah telah memuji orang-orang yang bersabar dan
menjanjikan balasan besar bagi mereka.
Ketiga, setan A‘war. Dia adalah shâhib
al-zinâ atau setan penggoda manusia berbuat zina. Setan inilah yang membuat
manusia merasa indah, tertarik, dan tergoda oleh tampilan lawan jenisnya.
Selanjutnya, dia membujuk mereka melakukan perbuatan nista.
Setelah perbuatan nista terjadi, biasanya
setan pergi berlepas diri lalu kembali lagi menimpakan penyesalan atas apa yang
telah mereka lakukan. Saat itulah dia kembali membujuk agar mereka berani
melakukan pembunuhan, baik terhadap perempuan rekan zinanya atau terhadap bayi
hasil perzinaan mereka.
Setan ini pula yang dimaksud Rasulullah SAW
dalam haditsnya, “Janganlah seorang dari kalian berduaan dengan perempuan (yang
bukan haknya), sebab pihak ketiganya adalah setan.”
Keempat, setan Masuth. Dia adalah shâhib
al-akhbar atau setan penggoda manusia agar membuat atau menyebarkan berita
bohong (hoaks). Setan ini pula yang membisiki para tukang ramal atau tukang
sihir dengan berbagai kebohongan yang dibuatnya.
Ia tampil bak sosok yang paling tahu urusan
gaib. Padahal, yang menguasai perkara gaib hanya Allah. Dalam hadits
al-Bukhari, Rasulullah SAW pernah ditanya tentang tukang ramal. Beliau
menjawab, “Mereka itu tidak tahu apa-apa.” Ditanya lagi, “Mengapa terkadang
mereka menyampaikan sesuatu yang benar kepada kami?” Beliau membantah, “Berita
yang diterima dari jin (setan) itu mungkin saja ada yang benar. Namun, setelah
dicampuri dengan seratus kebohongan.”
Orang yang percaya atau membenarkan apa kata
tukang ramal, oleh Rasulullah SAW dinyatakan sebagai orang yang kufur terhadap
apa yang diturunkan kepada dirinya. Bahkan, dalam hadits lain diancam dengan
tidak diterima shalat selama empat puluh hari. Na‘udzu billah.
Kelima, setan Dasim. Dia adalah shâhib
al-buyût atau setan penggoda di rumah. Kebiasaannya antara lain turut masuk
masuk dengan orang yang masuk rumah tanpa menyebut nama Allah dan mengucapkan
salam sehingga ketika seseorang masuk rumah tak mengucap nama Allah, maka setan
ini turut masuk dan terlibat dalam segala aktivitas di dalamnya, seperti makan,
minum, tidur, bahkan berhubungan suami istri.
Pantaslah Rasulullah SAW senantiasa
berlindung dari godaannya. Antara lain melalui doa berikut:
أَعُوذُ
بِاللهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزِهِ،
وَنَفْخِهِ، وَنَفْثِهِ
Artinya, “Aku berlindung kepada Allah, yang
maha mendengar dan maha melihat, dari setan yang terkutuk, baik dari godaan,
tiupan, maupun dari sihirnya.”
Demikianlah keturunan Iblis dan tipu dayanya,
sebagaimana yang disampaikan oleh Mujahid. Semoga uraian ini kian meningkatkan
kewaspadaan kita semua dari segala bentuk tipu daya dan godaan setan.
Sebetulnya, masih banyak lagi riwayat yang
menyebutkan nama-nama setan lainnya, seperti setan penggoda saat wudhu, shalat,
mengaji, dan sebagainya. Namun, insya Allah, dapat diuraikan pada kesempatan
lainnya. Wallahu a‘lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar