Kesunnahan Makan sambil
Berbicara
Dalam menyantap makanan terdapat beberapa
adab yang telah diatur dalam ajaran Islam. Dengan menjaga dan mengamalkan adab
tersebut, seseorang tak hanya mendapat pahala tapi juga akan mendapat kesan
yang baik di mata orang lain. Salah satu adab yang dianjurkan untuk dilakukan
oleh seseorang yang menyantap makanan adalah memuji makanan yang ia makan.
Dalam hal ini Rasulullah pernah memuji makanan yang ia makan walau hanya
sebatas lauk cuka yang bisa dibilang termasuk lauk paling sederhana. Hal
tersebut dijelaskan dalam hadits riwayat Sahabat Jabir:
عَنْ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - سَأَلَ أَهْلَهُ الأُدُمَ فَقَالُوا مَا عِنْدَنَا إِلاَّ
خَلٌّ. فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ وَيَقُولُ « نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ
نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ
»
“Diriwayatkan dari sahabat Jabir bin Abdillah
bahwa Nabi Muhammad SAW meminta pada keluarganya lauk-pauk, lalu keluarga
beliau menjawab: ‘Kami tidak memiliki apa pun kecuali cuka’. Nabi pun tetap
meminta cuka dan beliau pun makan dengan (campuran) cuka, lalu beliau bersabda:
‘Lauk yang paling baik adalah cuka, lauk yang paling baik adalah cuka’.” (HR
Muslim)
Tujuan Rasulullah mengucapkan hal itu tak
lain merupakan wujud menggembirakan kepada orang-orang yang makan, terlebih
kepada orang yang memberinya lauk cuka tersebut yang dalam hal ini adalah
keluarganya sendiri. Dalam menjelaskan hal ini, Imam Nawawi dalam mensyarahi
hadits di atas mengungkapkan:
وفيه
استحباب الحديث على الأكل تأنيسا للآكلين
“Dalam hadits tersebut tersirat pemahaman
tentang kesunnahan berbicara atas makanan untuk menggembirakan orang-orang yang
makan.” (Syekh Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarh an-Nawawi ala al-Muslim, juz
7, hal. 14)
Jika ditelisik secara mendalam, rupanya
pujian yang dilontarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits di atas beliau ucapkan
pada saat sedang beraktivitas menyantap makanan. Atas dasar ini, berbicara pada
saat menyantap makanan bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan, bahkan
merupakan anjuran tersendiri, sebab merupakan salah satu adab dalam menyantap
makanan.
Isi pembicaraan yang baik diucapkan pada saat
menyantap makanan tidaklah mencakup semua pembicaraan, tapi hanya tertentu pada
pembicaraan-pembicaraan yang baik, seperti bercerita tentang orang-orang saleh,
pembicaraan yang dapat menyenangkan orang-orang yang makan, dan hal-hal
lainnya. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab al-Adzkar an-Nawawiyah:
ـ
(باب استحباب الكلام
على الطعام) فيه حديث جابر الذي قدمناه في "باب مدح الطعام" . قال
الإمام أبو حامد الغزالي في "الإحياء" من آداب الطعام أن يتحدثوا في حال
أكله بالمعروف ، ويتحدثوا بحكايات الصالحين في الأطعمة وغيرها
“Bab kesunnahan berbicara atas makanan. Dalam
menjelaskan bab ini terdapat hadits Sahabat Jabir yang telah disebutkan di awal
dalam bab ‘Memuji makanan’. Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata: ‘Sebagian adab
makan adalah berbicara pada saat makan dengan pembicaraan yang baik dan
bercerita tentang kisah orang-orang saleh dalam hal (menyikapi) makanan dan
hal-hal lainnya.” (Syekh Syaraf bin Yahya An-Nawawi, Al-Adzkar an-Nawawiyah,
juz 2, hal. 1)
Namun anjuran berbicara pada saat menyantap
makanan hendaknya tidak dilakukan pada saat seseorang sedang mengunyah, sebab
hal ini dikhawatirkan akan membuat makanan yang sedang dikunyah jatuh pada
makanannya dan mengotori makanan tersebut, penjelasan tentang hal ini seperti
yang dijelaskan dalam syarah kitab Ihya’ Ulum ad-Din, yakni kitab Ittihaf
as-Sadat al-Muttaqiin:
ـ
(ويتحدثون بحكايات الصالحين في الأطعمة وغيرها) ليعتبروا بذلك ولكن لا يتكلم وهو
يمضغ اللقمة فربّما يبدو منها شيء فيقذر الطعام
“Bercerita tentang kisah orang-orang saleh
dalam hal (menyikapi) makanan dan hal-hal lainnya supaya orang-orang dapat
mengambil teladan atas kisah tersebut, akan tetapi (hendaknya) seseorang tidak
berbicara saat ia mengunyah makanan, terkadang jatuh dari (mulutnya) sedikit
makanan dan mengotori makanan yang dimakan.” (Muhammad bin Muhammad al-Husaini
Az-Zabidi, Ittihaf as-Sadat al-Muttaqin, juz 5, hal. 229)
Berdasarkan dalil di atas maka baiknya
pembicaraan saat menyantap makanan diucapkan pada saat makanan sudah selesai dikunyah
dan tidak lagi tersisa makanan dalam mulutnya, agar potongan-potongan makanan
yang masih di dalam mulut tidak terjatuh dalam santapan makanannya.
Dengan demikian, makan sambil berbicara
bukanlah sesuatu yang dilarang, justru dianjurkan, asal dilakukan dalam waktu
yang tepat dan dengan materi pembicaraan yang baik dan bermanfaat, seperti
menggembirakan orang lain, menambah keakraban, dan lain-lain. Wallahu
a’lam. []
Ustadz Ali Zainal Abidin, pengajar di Pondok
Pesantren Kaliwining Jember Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar