Ini Wirid yang Dibaca
Sebelum Shalat Subuh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa
melafalkan berbagai macam wirid-wirid dan doa-doa, baik itu sebelum shalat
ataupun sesudah shalat fardhu. Bacaan dzikir dan doa yang pernah dilafalkan
beliau, merupakan tuntunan bagi umatnya agar dapat dilakukan. Setiap doa dan
dzikir yang langsung bersumber dari Rasulullah, biasa disebut dengan doa ma’tsur
atau dzikir ma’tsur.
Berikut bacaan yang dilafalkan oleh
Rasulullah sebelum melaksanakan shalat subuh dan setelah melaksanakan shalat
qabliyah subuh, yang dijelaskan oleh Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam
kitabnya, Nihayah az-Zain halaman 110:
وروى
ابن عباس رضي الله عنهما أنه صلى الله عليه وسلم لما صلى ركعتي الفجر قال قبل صلاة
الفرض
“Sahabat Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika selesai melaksanakan
shalat (sunnah) dua rakaat fajar, beliau berdoa sebelum melaksanakan shalat
fardhu (shalat subuh):
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِكَ تَهْدِي بِهَا قَلْبِي وَتَجْمَعُ بِهَا
شَمْلِي وَتَلُمُّ بِهَا شَعَثِي وَتَرُدُّ بِهَا أُلْفَتِي وَتُصْلِحُ بِهَا
دِينِي وَتَحْفَظُ بِهَا غَائِبِي وَتَرْفَعُ بِهَا شَاهِدَيْ وَتُزَكِّي بِهَا
عَمَلِي وَتُبَيِّضُ بِهَا وَجْهِي وَتُلْهِمُنِي بِهَا رُشْدِي وَتَعْصِمُنِي
بِهَا مِنْ كُلِّ سُوءٍ اللَّهُمَّ أَعْطِنِي إِيمَانًا صَادِقًا وَيَقِينًا
لَيْسَ بَعْدَهُ كُفْرٌ وَرَحْمَةً أَنَالُ بِهَا شَرَفَ كَرَامَتِكَ فِي
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْفَوْزَ عِنْدَ اللِّقَاءِ
وَمَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَعَيْشَ السُّعَدَاءِ وَالنَّصْرَ عَلَى الأَعْدَاءِ
وَمُرَافَقَةَ الأَنْبِيَاءِ
“Ya Allah. Aku meminta pada-Mu
kerahmatan di sisi-Mu yang dapat menunjukkan hatiku, mengumpulkan yang terserak
dariku, memperbaiki apa yang kusut padaku mengembalikan padaku kesenanganku,
memperbaiki agamaku, menjaga batinku (dari sifat-sifat buruk), mengangkat lahiriahku
(dengan amal baik), mensucikan amalku, memutihkan wajahku, mengilhamkan
petunjuk padaku, dan menjagaku dari segala kejelekan.
“Ya Allah berikanlah padaku iman yang
sungguh-sungguh dan keyakinan yang tidak diikuti oleh kekafiran dan Rahmat yang
dengannya Aku memperoleh kemuliaan-Mu di dunia dan di akhirat. Ya Allah Aku
memohon pada-Mu sebuah keberuntungan ketika perjumpaan (dengan-Mu), derajat
para syuhada’, kehidupan orang-orang yang bahagia, pertolongan atas musuh dan
berdampingan dengan para nabi (di surga).
اللهم
إِنِّيْ أَنْزِلْ حَاجَتِيْ وَإِنْ ضَعُفَ رَأْيِيْ وَقَلَّتْ حِيْلَتِيْ وَقَصُرَ
أَهْلِيْ وَافْتَقَرْتُ إِلَى رَحْمَتِكَ فَأَسْأَلُكَ يَا قَاضِيَ الْأُمُوْرِ
وَيَا شَافِيَ الصُّدُوْرِ كَمَا تُجِيْرَ بَيْنَ الْبُحُوْرِ أَنْ تُجِيْرَنِيْ
مِنْ عَذَابِ السَّعِيْرِ وَمِنْ دَعْوَةِ الثُّبُوْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْقبُوْرِ
اللَّهُمَّ
مَا قَصُرَ عَنْهُ رَأْيِي وَضَعُفَ مِنْهُ أمَلِي وَلَمْ تَبْلُغْهُ نيتي
وأُمْنِيَّتِي مِنْ خَيْرٍ وَعَدْتَهُ أَحَدًا مِنْ عِبَادِكَ أَوْ خَيْرًا أَنْتَ
مُعْطِيهِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ فَإِنِّي أَرْغَبُ إِلَيْكَ فِيهِ وَأَسْأَلُكَ
يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ
اللَّهُمَّ
اجْعَلْنَا هَادِينَ مَهْتَدِينَ غَيْرَ ضَالِّينَ وَلا مُضِلِّينَ حَرْبًا
لأَعْدَائِكَ وَسِلْمًا لأَوْلِيَائِكَ نُحِبُّ بِحُبِّكَ من أطاعك مِنْ خَلْقِكَ
“Ya Allah, sesungguhnya Aku
menyerahkan hajatku (kepada-Mu), meskipun lemah pendapatku, sedikit tipu
dayaku, pendek kemampuanku, dan perlunya aku akan rahmat-Mu, maka Aku mohon
wahai Sang pemutus segala perkara, penyembuh segala dada (hati), sebagaimana
Engkau menjauhkan di antara lautan, agar Engkau juga menjauhkanku dari azab
neraka Sa’ir, juga dari seruan kecelakaan dan fitnah kubur.
“Ya Allah apapun yang pikiranku pendek
darinya, angan-anganku lemah darinya, serta niat dan cita-citaku tak sampai
padanya daripada segala kebaikan yang telah Engkau janjikan kepada salah
seorang dari hamba-Mu, atau kebaikan yang Engkau berikan kepada salah seorang
dari makhluk-Mu, maka sesungguhnya Aku sangat mendambakannya juga kepadamu, dan
Aku memohon kepada-Mu kebaikan tersebut, wahai Tuhan penguasa seluruh alam
semesta.
Ya Allah jadikanlah kami orang-orang
yang membawa petunjuk dan selalu ditunjuk, bukan orang yang sesat dan bukan
pula menyesatkan. Kami memerangi musuh-musuh-Mu dan kami berdamai dengan para
kekasih-Mu, kami mencintai orang yang taat padamu di antara makhlukmu dengan
kecintaan kami pada-Mu.
اللَّهُمَّ
هَذَا الدُّعَاءُ وَعَلَيْكَ الإِجَابَةُ وَهَذَا الْجَهْدُ وَعَلَيْكَ
التُّكْلانُ وإنا لله وإنا إليه راجعون وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ
الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ ذَيْ الْحَبْلِ الشَّدِيدِ وَالأَمْرِ الرَّشِيدِ
أَسْأَلُكَ الأَمْنَ يَوْمَ الْوَعِيدِ وَالْجَنَّةَ يَوْمَ الْخُلُودِ مَعَ
الْمُقَرَّبِينَ الشُّهُودِ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ الْمُوفِينَ بِالْعُهُودِ
إِنَّكَ رَحِيمٌ وَدُودٌ وَأنْتَ تَفْعَلُ مَا تُرِيدُ سُبْحَانَ الَّذِيْ لَبِسَ
الْعِزَّ وَقَالَ بِهِ سُبْحَانَ مَنْ تَعَطَّفَ بِالْمَجْدِ وَتَكَرَّمَ بِهِ
سُبْحَانَ الَّذِي لاَ يَنْبَغِي التَّسْبِيحُ إِلا لَهُ سُبْحَانَ ذِيْ الْفَضْلِ
وَالنِّعَمِ سُبْحَانَ ذِيْ الْعِزَّةِ وَالْكَرَمِ سُبْحَانَ الَّذِي أَحْصَى
كُلَّ شَيْءٍ بِعِلْمِهِ
“Ya Allah, ini adalah doa dan bagi-Mu
penerimaan, dan ini adalah kadar usaha kami dan kepada-Mu lah berserah diri.
Dan sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami hanya akan
kembali kepada-Nya, dan tiada daya dan tiada upaya kecuali dengan (pertolongan)
Allah yang Maha-luhur lagi Maha-agung. Dia yang memiliki tali (Agama) yang
kuat, dan perkara yang penuh petunjuk. Kami memohon pada-Mu keamanan pada hari
datangnya ancaman, dan surga pada hari kekekalan bersama dengan orang-orang
yang di dekatkan lagi menyaksikan (Allah), yang ahli ruku’ dan sujud, dan
menepati janji, sesungguhnya Engkau Maha-penyayang lagi mencintai, dan Engkau
Maha-memperbuat apa yang Engkau kehendaki.
“Maha-suci Dzat yang Maha-mengenakan
kemuliaan dan berfirman dengan kemuliaan itu. Maha-suci Dzat yang bersikap
lembut dengan keperkasaan-Nya dan berbuat dermawan dengan keperkasaan itu.
Maha-suci Dzat yang mana tidak layak pensucian kecuali untuk-Nya. Mahasuci Dzat
pemilik karunia dan nikmat-nikmat. Maha-suci Dzat pemilik kemuliaan dan
kedermawanan. Maha-suci Dzat yang menghitung segala sesuatu dengan ilmu-Nya.
اللَّهُمَّ
اجْعَلْ لِي نُورًا فِي قَلْبِي وَنُورًا فِي قَبْرِي وَنُورًا فِي سَمْعِي
وَنُوْرًا مِنْ بَيْنِ يَدِيْ وَنُوْرًا مِنْ خَلْفِيْ وَنُوْرًا عَنْ يَمِيْنِيْ
وَنُوْرًا عَنْ شِمَالِيْ وَنُوْرًا مِنْ فَوْقِيْ وَنُوْرًا مِنْ تَحْتِيْ
اَللّهُمَّ زِدْنِيْ نُوْرًا وَأَعْطِنِيْ نُوْرًا
“Ya Allah jadikanlah padaku bagiku
cahaya di hatiku, cahaya di kuburku, cahaya di pendengaranku, cahaya di
depanku, cahaya di belakangku, cahaya di arah kananku, cahaya di arah kiriku,
cahaya di atasku, cahaya di bawahku. Ya Allah tambahkanlah untukku cahaya dan
berikanlah padaku cahaya” (Syekh Muhammad an-Nawawi al-Bantani, Nihayah az-Zain,
hal. 100).
Syekh Muhammad an-Nawawi kemudian melanjutkan
penjelasannya tentang wirid lain yang dianjurkan untuk dibaca di antara shalat
sunnnah dan shalat fardhu subuh. Berikut adalah wirid yang beliau sebut
memiliki keutamaan agung (fadhlun ‘adhîm) itu:
سُبْحَانَ
مَنْ تَعَزَّزَّ بِالْعَظَمَةِ سُبْحَانَ مَنْ تَرَدَّى بِالْكِبْرِيَاءِ
سُبْحَانَ مَنْ تَفَرَّدَ بِالْوَحْدَانِيَّةِ سُبْحَانَ مَنِ احْتَجَبَ
بِالنُّوْرِ سُبْحَانَ مَنْ قَهَّرَ الْعِبَادَ بِالْمَوْتِ سُبْحَانَ مَنْ لَا
يُفَوُّتُهُ فَوْتٌ سُبْحَانَ الْأَوَّلِ اَلْمُبْدِىءُ سُبْحَانَ الْآخِرِ اَلْمُفْنِيْ
سُبْحَانَ مَنْ تُسَمِّىْ قَبْلَ أَنْ يُسَمًّى سُبْحَانَ مَنْ عَلَّمَ آدَمَ
الْأَسْمَاءَ سُبْحَانَ مَنْ كَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ سُبْحَانَ مَنْ لَا
يَعْلَمُ قَدْرَهُ غَيْرُهُ
“Maha-suci Dzat yang menjadi mulia
dengan keagungan. Maha-suci Dzat yang mampu membinasakan dengan penuh
kebesaran. Maha-suci Dzat yang menyendiri dengan sifat wahdaniyah. Maha-suci
Dzat yang terhalangi oleh cahaya. Maha-suci Dzat yang menundukkan hambanya
dengan kematian. Maha-suci Dzat yang tidak akan sirna. Maha-suci Dzat yang
Maha-awal dan menjadi permulaan. Maha-suci Dzat yang Maha-akhir dan mensirnakan
(segala hal). Maha-suci Dzat yang menamai (diri-Nya) sebelum diberi nama.
Maha-suci Dzat yang mengajarkan Nabi Adam berbagai macam nama-nama . Maha-suci
Dzat yang ‘Ars-Nya berada di atas air. Maha-suci Dzat yang tidak mengetahu
terhadap derajat-Nya selain diri-Nya.”
Lalu melafalkan bacaan berikut sebanyak tiga
kali:
سُبْحَانَ
اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
“Maha-suci Allah dengan memuji-Nya,
Maha-suci Allah yang Maha-agung”
Dan diakhiri dengan bacaan berikut:
سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
“Maha-suci Tuhanmu, Tuhan yang
Maha-perkasa dari sifat yang mereka katakan, dan semoga keselamatan menyertai
para rasul, dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh Alam” (Syekh Muhammad
an-Nawawi al-Bantani, Nihayah az-Zain, hal. 101).
Semoga kita dapat mengamalkan bacaan di atas
dengan istiqamah dan doa-doa serta dzikir yang kita lantunkan dapat menjadi
amal yang diterima oleh Allah subhanahu wata’ala. Amiin yaa rabbal
‘alamin. []
Ustadz M. Ali Zainal Abidin, pengajar di
Pondok Pesantren Annuriyah Kaliwining Rambipuji Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar