NU di Mata Kiai
Hasjim Latief, Santri Hadratussyekh Hasyim Asy’ari
Judul Buku
: NU Penegak Panji Ahlussunah wal Jama'ah
Penulis
: KH M. Hasjim Latief
Pengantar
: KH Marzuqi Mustamar (Ketua PWNU Jatim)
Penerbit
: PW LTN-NU Jatim dan Muara Progresif
Cetakan
: 1, Februari 2019
Halaman
: xiv+138 (152 halaman)
ISBN
: 978-602-50207-9-7
Peresensi
: Yusuf Suharto, anggota Tim
Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur
Generasi NU punya hak
untuk mengetahui kiprah dinamika perjuangan NU dan para tokohnya. Dengan
demikian adalah dipandang perlu untuk mencetak ulang buku-buku yang ditulis
oleh para penggerak NU di masa-masa lampau.
Buku Nahdlatul Ulama
Penegak Panji Ahlussunnah wal Jamaah ini diterbitkan oleh PWNU Jawa Timur pada
1979. Ditulis oleh KH M Hasjim Latief, murid Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim
Asyari yang tekun mendokumentasikan perjalanan NU, bahkan detail bagaimana
misalnya tukang masak di forum muktamar hingga perjalanan muktamar yang semula
lesehan hingga memakai kursi, dan kisah unik lainnya (hal. 45-46).
Kiai Hasjim Latief
yang oleh KH MA Sahal Mahfudh disebut sebagai murabbi (sang pendidik) ini
menjadi Ketua LP Ma’arif Jawa Timur pada (1979-1982), dan Ketua PWNU Jawa Timur
pada 1982-1987. Ketika Gus Dur menjadi Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU ke-27
di Situbondo (1984), Kiai Hasjim Latief menjadi salah satu ketua PBNU dan
Koordinator bagian LP Ma’arif seluruh Indonesia. Dan pada Muktamar NU ke-28 di
Krapyak (1989) Kiai Hasjim Latief sebagai salah seorang Rais Syuriyah hingga
tahun 1994.
Oleh KH Hasjim Latief
buku ini disebut sebagai bahan kursus kepemimpinan NU, dan dengan
demikian buku ini adalah semacam buku panduan memahami NU sebagai penegak panji
Ahlussunnah wal Jamaah. Dalam konteks saat ini, hemat kami, buku ini adalah
salah satu buku referensi penting bagi kader Nahdlatul Ulama yang akan
mengikuti PKPNU (Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama), dan MKNU
(Madrasah Kader Nahdlatul Ulama).
Dalam buku ini
pembaca akan mendapatkan suguhan bahasan tentang pemaknaan Aswaja yang
dihubungkan dengan NU, peristiwa yang mendorong berdirinya NU dan
perkembangannya, asas tujuan dan program utama NU, episode NU sebagai partai
politik dan masa lepas dari partai politik.
Dalam dinamikanya NU
pernah mengalami masa Nasakom. Semboyan dan ide Nasakom adalah lingkaran yang
menjerat. Karena menurut para ulama hal ini bisa membahayakan, maka NU
bertawakal dan perlu mengimbangi dengan prinsip,"Lebih baik berjotosan di
dalam daripada hanya berteriak jadi penonton di luar." Jalan yg ditempuh
NU ini ternyata benar, demikian disimpulkan kiai yang wafat pada 19 April 2005
dalam usia 77 tahun ini.
Dan di antara
keistimewaan buku ini adalah dijelaskannya secara jelas metode berpikir NU.
Kiai Hasjim Latief setidaknya menyebut tiga kaidah berpikir, yaitu tawasuth
(moderat), tasamuh (toleran), dan dinamis selektif yang diserap dari kaidah
khas ulama Nusantara, “Al-muhafadhatu ala-l-qadim as-ahalih wa-l-akhdzu
bil-jadidi-l-ashlah” (melestarikan tradisi yang baik dan mengadopsi hal baru
yang lebih baik).
Buku ini memuat
dokumen-dokumen penting NU, yaitu Anggaran Dasar NU yang pertama, susunan PBNU
pertama, Muqadimah Qanun Asasy, Surat Delegasi NU kepada Raja Saudi, Surat balasan
Raja Saudi, Nasihat KH Hasyim Asyari, dan Khutbah Iftitah Rais Akbar KH Hasyim
Asyari dalam Muktamar terakhir yang diikuti beliau.
Untuk semakin
memantapkan, dalam buku ini juga ditambahi beberapa dokumen penting lainnya
yaitu Resolusi Jihad, Piagam Liga Muslimin Indonesia, Resolusi Mengutuk
Gestapu, Maklumat Perdamaian, Khittah NU, Fikrah Nahdliyyah, Pedoman Berpolitik
Warga NU, dan Mars Nahdlatul Wathan.
Akhirnya, buku ini
tidak hanya penting dibaca para warga dan pemimpin NU, namun juga kalangan luas
yang ingin mengetahui semangat dan sejarah Nahdlatul Ulama yang senantiasa
mengajak pada persatuan sesama muslim, dan sesama warga negara Republik
Indonesia. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar