Hukum Menjamak Shalat Jumat
dan Shalat Ashar
Salah satu dispensasi yang diberikan syari’at
kepada musafir adalah rukhsah jamak, yaitu mengumpulkan dua shalat fardhu dalam
satu waktu. Teori jamak dalam fiqih Islam dikenal ada dua macam, jamak taqdim
dan ta’khir.
Jamak taqdim artinya mengumpulkan dua shalat
fardhu dalam satu waktu, di mana pelaksanaannya dilakukan di waktu shalat
pertama, seperti shalat Ashar dikerjakan di waktu Zuhur, shalat Isya’ dilakukan
di waktu Maghrib. Sedangkan jamak ta’khir adalah mengumpulkan dua shalat fardhu
dalam satu waktu, di mana pelaksanaannya dilakukan di waktu shalat kedua,
seperti shalat Zuhur dilakukan di waktu Ashar.
Kebolehan menjamak shalat dirumuskan
berdasarkan beberapa hadits Nabi, di antaranya:
عن
أنس أنه عليه الصلاة والسلام كان يجمع بين الظهر والعصر في السفر
Artinya, “Dari sahabat Anas, bahwa Nabi Saw
mengumpulkan di antara shalat Zuhur dan Ashar di perjalanan,” (HR Al-Bukhari
dan Muslim).
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim yang
lain, ditegaskan pula hadits Nabi yang menegaskan:
عن
معاذ قال خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم عام تبوك وكان يجمع بين الظهر
والعصر والمغرب والعشاء
Artinya, “Dari sahabat Mu’adz, ia berkata,
kami keluar bersama Rasulullah saat perang Tabuk, Nabi mengumpulkan di antara
shalat Zuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’,” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Persoalan muncul ketika seseorang bepergian
saat hari Jumat, sementara ia berangkat safar setelah terbit fajar, maka ia
berkewajiban melaksanakan Jumat di tengah perjalanannya. Atau misalkan ia sudah
berada di perjalanan sebelum hari Jumat, kemudian saat hari Jumat, ia masih
berada di perjalanan dan melaksanakan Jumat di desa setempat. Pertanyaannya
adalah, apakah shalat Jumat boleh dijamak dengan shalat Ashar?
Para ulama menegaskan bahwa secara umum,
Jumat memiliki kedudukan yang sama dengan shalat Zuhur. Ada banyak hukum-hukum
yang berlaku di dalam shalat Zuhur, juga berlaku untuk shalat Jumat, termasuk
di antaranya kebolehan mengumpulkannya dengan shalat Ashar dengan teori jamak
taqdim.
Dalam praktik pelaksanaan menjamak taqdim
Jumat dan Ashar, saat niat shalat Jumat, diniati pula mengumpulkannya dengan
shalat Ashar dengan niat jamak taqdim. Berikut ini contoh niatnya:
أُصَلِّيْ
فَرْضَ الْجُمُعَةِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْعَصْرِ مُسْتَقْبِلَ
الْقِبْلَةِ أَدَاءُ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Setelah selesai salam, disyaratkan untuk
bergegas melanjutkan shalat Ashar, sebab dalam jamak taqdim wajib sambung
menyambung antara shalat pertama dan kedua, tanpa ada pemisah yang lama. Dalam
konteks ini, shalat ba’diyyah Jumat dilakukan setelah shalat Ashar. Untuk
contoh niat shalat Ashar yang dijamak taqdim dengan Jumat adalah sebagai
berikut:
أُصَلِّيْ
فَرْضَ الْعَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا إِلَيْهِ الْجُمُعَةُ
مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Bila shalat Asharnya diqashar, maka redaksi
“arba’a raka’atin” diganti dengan “maqshuratan”. Bila shalat Ashar dilakukan
berjamaah, maka ditambahkan kata “jama’atan/ ma’muman” sebelum redaksi “Lillahi
Ta’ala”.
Sedangkan untuk jamak ta’khir, tidak diperbolehkan
dilakukan dalam permasalahan ini. Teori jamak ta’khir tidak berlaku dalam kasus
mengumpulkan shalat Jumat dan Ashar, sebab Jumat wajib dikerjakan di waktu
Zuhur.
Berkaitan dengan kebolehan menjama’ taqdim
shalat Jumat dan Ashar, Syekh Khathib al-Syarbini mengatakan:
قوله
(ويجوز للمسافر) سفر قصر (أن يجمع بين) صلاتي (الظهر والعصر
في وقت أيهما شاء) تقديما وتأخيرا (و) أن يجمع (بين) صلاتي (المغرب والعشاء في وقت
أيهما شاء) تقديما وتأخيرا . والجمعة كالظهر في جمع التقديم
Artinya, “Boleh bagi musafir dalam jarak
tempuh yang memperbolehkan qashar shalat, mengumpulkan di antara Shalat Zuhur
dan Ashar di waktu yang ia kehendaki, baik jamak taqdim atau ta’khir. Dan
diperbolehkan mengumpulkan di antara shalat Maghrib dan Isya’, di waktu yang ia
kehendaki, baik jamak taqdim atau ta’khir. Shalat Jumat hukumnya sama dengan
shalat Zuhur dalam masalah jamak taqdim,” (Lihat Syekh Khathib
As-Syarbini, Al-Iqna’ ‘ala Matni Abi Syuja’, juz I, halaman
174-175).
Mengomentari referensi di atas, Syekh
Sulaiman Al-Bujairimi mengatakan:
قوله
(والجمعة كالظهر في جمع التقديم) أي كأن دخل المسافر قرية
بطريقه يوم الجمعة فالأفضل في حقه الظهر، لكن لو صلى الجمعة معهم فيجوز له في هذه
الحالة أن يجمع العصر معها تقديماً
Artinya, “Ucapan Syekh Khathib, Shalat Jumat
hukumnya sama dengan shalat Zuhur dalam masalah jamak taqdim, seperti musafir
memasuki desa di tengah perjalanannya saat hari Jumat, maka yang lebih utama
baginya adalah melakukan Zuhur. Namun, bila ia shalat Jumat bersama penduduk
setempat, boleh baginya dalam kondisi demikian untuk menjamak taqdim shalat
Jumat dengan shalat Ashar,” (Lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Tuhfatul
Habib ‘ala Syarhil Khatib, juz I, halaman 174-175).
Berdasarkan referensi tersebut, bagi musafir
yang sebelum hari Jumat sudah bepergian, saat hari Jumat tiba, yang lebih lebih
utama baginya adalah shalat Zuhur, bukan shalat Jumat. Namun bila ia
menghendaki shalat Jumat, maka ia tetap diperbolehkan menjamak taqdim dengan
shalat Ashar.
Demikian penjelasan mengenai hukum menjamak
shalat Jumat dengan Ashar. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar