Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah, Kedung
Banteng, Kabupaten Banyumas – Jawa Tengah
Sejarah Singkat Ath-Thohiriyyah
Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah yang berada
di Kampung Parakanonje, Desa Karangsalam, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten
Banyumas, merupakan sosok pesantren yang telah mengalami sejarah panjang. Jika
ditelusuri lebih jauh, asal mula berdirinya Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah
merupakan perkembangan dari sebuah kelompok pengajian yang dirintis oleh KH.
Muhammad Sami’un pada tahun 1960-an.
Semasa hidupnya, syiar agama di kampung
tersebut cukup semarak. Ia termasuk sosok yang disegani. Karena cukup mumpuni
dalam ilmu agama serta kedudukannya sebagai mursyid tarekat Syadziliyah. Sehingga
tidak hanya masyarakat sekitar yang berguru kepada beliau, akan tetapi banyak
pendatang dari kota lain. Seperti, Jatilawang, dan Wangon. Selain itu, ia dapat
berkomunikasi dengan Belanda semasa penjajahan dulu. Hal ini bisa dimaklumi,
karena masa mudanya ia pernah ikut bekerja pada pemerintah Hindia Belanda.
Kiai yang pernah nyantri di Pesantren Tremas
Pacitan selama 12 tahun ini adalah sosok yang dikenal masyarakat luas memiliki
kearifan, kharisma, dan pola hidup sederhana. Meski demikian ia tegas dalam
prinsip. Ia meninggal dunia tahun 1973 /23 Ramadhan 1392. Sepeninggal KH.
Muhammad Sami’un, syiar keagamaan tersebut terasa surut. Karena saat itu tidak
ada penerus yang bisa menggantikannya.
Dalam rangka untuk menyelamatkan kiprah
perjuangan beliau maka pada tahun 1989, bangkitlah kelompok studi yang dikelola
oleh remaja Islam Parakanonje. Kelompok studi tersebut mempelajari Al-Quran,
Fasholatan, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Seiring dengan berkembangnya zaman,
kelompok studi ini mendapat angin segar dari masyarakat sehingga dalam waktu
yang singkat muridnya mencapai 350 anak. Karena tidak mempunyai tempat yang
menetap, akhirnya atas saran KH. Muhammad Thoha Al-Hafidz kegiatan belajar
mengajar di pusatkan di Masjid An-Ni’mah Parakanonje.
Pada perkembangan berikutnya, kegiatan
belajar mengajar terus berkembang dengan menambah pelajaran keagamaan. Beberapa
tahun setelah kepulangan KH. Muhammad Thoha Al-Hafidz dari Makkah, mulailah
berdatangan santri yang belajar kepada beliau. Melihat kondisi kelompok studi
yang semakin berkembang dan bertambahnya santri mukim yang belajar, serta
dukungan masyarakat dan pihak-pihak lain dengan didasari niat suci untuk
melestarikan perjuangan KH. Muhammad Sami’un dalam mensyiarkan agama Islam,
maka diresmikanlah Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah. Peletakan batu pertama
dilakukan Oleh Hj. Shofiyah Umar (Solo) pada tanggal 12 Desember 1992 atau 25
Jumadil Akhir. Dan sampai sekarang dipimpin oleh KH. Muhammad Thoha Al Hafidz
beserta para kiai, dan ustadz lainnya.
Pesantren Ath Thohiriyah Banyumas
Seiring dengan tumbuh kembangnya Madrasah
Diniyah di desa-desa, sebuah kelompok kursus Bahasa Arab kita menjelma menjadi
Madrasah Diniyah Al-Mustaqbal (Ath-Thohiriyyah). Ini terjadi di dusun
Parakanonje, desa Karangsalam, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas
Purwokerto. Ini berarti bahwa jumlah Madin Awaliyah di Kabupaten Banyumas
bertambah, yang menurut laporan Kasi RUA Islam setempat hingga akhir 1990 baru
61 buah. Bila idialnya dalamsetiap desa ada sebuah Madin, maka di Kabupaten
Banyumas dengan jumlah desanya yang lebih 300, berarti masih banyak desa yang
belum ada Madrasah Diniyah.
Pada mulanya adalah sebuah kegiatan kursus
Bahasa Arab untuk anak-anak yang belajar mengaji Al-Qur’an di rumah Ustadz
Juwaini, yang jumlahnya tidak seberapa banyak. Tapi setelah berjalan beberapa
waktu dan kemudian ditingkatkan menjadi Madrasah Diniyah Awaliyah para
pengngelola menjadi kewalahan karena jumlah yang semula hanya puluhan
membengkak menjadi 400 anak. Untukmenampung animo masyarakat itu, para pengurus
itu akhirnya mengambil langkah-langkah yang perlu, sepertimengatur kelas-kelas
darurat, menyeleksi tingkat peserta didik dan lain-lain.
Sebenarnya di desa itu sudah pernah ada
Madrasah Diniyah tapi sudah hapir lima tahun terakhir kegiatan itu hilang dari
peredaran. Entah apa sebabnya lembaga tempat belajar agama sore hari untuk
anak-anak itu kemudian tiada kabar beritanya. Padahal orang tua merasa terbantu
oleh adanya Madrasah Diniyah itu. Mereka merasakan besar manfaatnya Madin.
Disamping anak-anak sepulang dari SD, sore harinya mereka berkesempatan
menambah pelajaran agama, tapi waktu sore tidak muspro untuk main-main saja.
Muncul ide untuk menarik minat anak-anak agar
lebih giat mengaji, maka sejak 5 Oktober 1989 dirintis adanya Kursus Bahasa
Arab oleh sejumlah remaja setempat. Kegiatan kursus tersebut diadakan di rumah
Ustadz Juwaini, seorang tokoh yang ada di Karangsalam. Kiprah anak-anak muda
itu tidak mleset, kursus Bahasa Arab yang diadakan semula dengan “coba-coba”
itu benar-benar telah menarik minat anak-anak yang ternyata masih tinggi minat
untuk belajar mengaji. Mereka masuk kursus itu sama dengan belajar di Madrasah
Diniyah yang selama ini mereka rindukan.
Pada awalnya kegiatan
itu hanya diikuti oleh 30 anak, dan mereka masuknya hanya dua kali(maksudnya 2
hari) dalam seminggu. Kepada mereka disamping mereka diberikan pelajar dasar
Bahasa Arab, juga juga diberikan pelajaran beribadah sepeti doa wudlu, shalat,
membaca shalawat dan ditambah pelajaran dasar bahasa Inggris. Dari hari ke hari
pesertanya kian bertambah, dan sekalipun rumah Ustadz Juwaini tidak bias lagi
menampung tapi pihak penggelola tidak bias menolak.
Ketika pesertanya
makin membengkak menjadi 60 orang anak, pihak pengngelola semakin ditantang
pengetahuannya. Tempat belajar yang selama ini numpang di rumah Ustadz Juwaini,
harus mencari tempat lain. Ini pertanda seberapa jauh dukungan masyarakat
terhadap kegiatan pengajian tersebut.
Pindah ke Masjid
Bersamaan dengan meluapnya semangat anak-anak untuk ngaji, paratokoh khususnya para pemuka agama desa Karangsalam mulai memikirkan masa depan kegiatan belajar mengajar diserahakan kepada pengngelola untuk diatur dan dilakukan pentaan seperlunya, diantaranya minta petunjuk ke Kantor Depag Kabupaten atau Penilik Pendidikan Agama Islam Kecamatan setempat. Sedang masalah tempat dan kemungkinan mendirikan bangunan Madrasah menjadi pemikiran Kyai dan masyarakat setempat.
Begitulah, ketika
pemintanya terus meluap karena tidak hanya anak-anak dari desa Karangsalam saja
tetapi juga dari desa sekitar, dua rumah yang selama ini dijadikan tempat
belajar sudah tidak mampu lagi menampung. Bagaimana jalan keluar?
Atas saran KH. Thoha
Alawy, takmir Masjid Jamik Parakanonje kegiatan tersebut dipindah ke masjid
muali tanggal 20 Mei 1990. sekalipun belum memenuhi syarat pendidikan yang
klasikal, tapi menempatkan di masjid memang lebih luas. Pesertanyapun memang
labih berkembang pula hingga mencapai 400 anak yang ada dipisah menjadi lima
kelas.
Apa yang menjadi
pemikiran para kyai dan tokoh masyarakat setempat, alhamdulillah secara
bertahap dapat diwujudkan. Pada 10 Maret 1991 telah dilakukan peletakan batu
pertama pembangunan gedung Madrasah Diniyah Ath-Thohiriyyah “Al-Mustaqbal”.
Upacara sederhana itu disaksikan oleh pejabat dan sesepuh tingkat desa dan
Kecamatan. Diharapkan usaha gotong royong masyarakat itu akan segera berhasil
menenmpatkan murid-murid Madin “Al-Mustaqbal” ke kelas yang memadahi. Dan
selanjutnya akan dilakukan pembenahan di bidang kurikulum untuk menyesuaikan
dengan Keputusan Menteri Agama No 3 Tahun 1983 tentang kurikulum Madrasah
Diniyah.
Visi
Terwujudnya masyarakat religius Indonesia
yang beradab, berkeadilan, saling menghormati dan bermartabat sesuai dengan
ajaran Ahli Sunnah Wal Jama’ah..
Misi
1.
Menghantarkan para santri menjadi
manusia yang shaleh dan shalehah.
2.
Menumbuhkembangkan kecakapan warga
pesantren dalam mengamalkan syariat agama Islam.
3.
Menyiapkan kader muslim yang
berkualitas di bidang faqahah (kedalaman ilmu agama), ‘adalah
(kematangan kepribadian) dan kafa’ah (kecakapan operatif) bagi prakarsa
pengembangan masyarakat.
4.
Menanamkan sikap dan kemampuan santri
agar memiliki kesalehan individual maupun social
Ciri Khas Pendidikan
1.
Memadukan khazanah Ilmu keislaman As-Salafu
Al-Shalih ala Ahli Sunnah wal Jamaah dan ilmu yang berkembang
(Kontekstual/khalaf) dalam kehidupan pesantren dan masyarakat.
2.
Tahfidz Al-Qur’an, Madrasah Diniyyah
dan BTA (Baca Tulis Al-Qur’an).
3.
Kurikulum yang diajarkan bersifat
aplikatif, dituntut pengamalannya untuk sehari-hari.
Tujuan
1.
Menjadikan insan yang beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan berakidah Islamiyah menurut paham Ala Ahli
SunnahWwal Jama’ah.
2.
Menjadikan warga negara dan masyarakat
dunia yang baik, kreatif, cerdas, dan berilmu.
Kurikulum
a. Tahfidz Al-Qur’an
·
Juz Amma Bil Ghaib
·
30 Juz Bin Nadzar
·
30 Juz Bil Ghaib
b. Madrasah Diniyyah
c. Pengajian Kitab
d. BTA (Baca Tulis Al-Qur’an)
Pengasuh dan Ustadz/Ustadzah
Pengasuh : Abuya K.H. Muhammad Thoha Alawy,
Al Hafidz
K. Imam Mujahid
Hj. Tasdiqoh, Al Hafidzah
Asatidz : K. Sholeh Mufti
K. Rachmat
K. M. Sa’dullah
K. Amin Qusyairi,A. Ma
Ustadz Dr. Ridwan, M. Ag
Ustadz Dr. H. Muhammad Suraji, M. Ag
Ustadz Mufid Ardiansyah, S. HI
Ustadz Nor Halim, M. Pd I
Ustadz Munawir M.SI
Ustadz Ari Ristianto, S. Pd I
Ustadz Ithourrahman
Ustadz Shohibul Hidayat
Ustadzah Hj. Rifqoh, S. HI, Al Hafidzah
Ustadzah Wiwin Nafisah Al Hafidzah
Ustadzah Nor Aini Al Hafidzah
H. Pendaftaran Santri
Pendaftaran santri baru:
Datang langsung ke Pondok Pesantren
Melalui jaringan Online (sedang dalam proses
pembuatan)
Hak dan Kewajiban Santri
a. Hak
1.
Menghadiri majlis pengajian, kursus,
pengajian dan kegiatan lain yang diprogramkan oleh Pondok Pesantren.
2.
Mendapatkan pembelaan, perlindungan,
bimbingan dan pelayanan.
b. Kewajiban
1.
Tunduk, taat dzohir batin kepada
pengasuh Pondok Pesantren
2.
Mendukung dan membantu segala yang
diamanatkan kepada santri
3.
Membantu Pondok Pesantren berupa materi/non
materi
4.
Memelihara ketenangan dan ketentraman
5.
Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
ketentuan atau peraturan yang ada.
Kegiatan Santri
a. Harian
No
|
Aktifitas
|
Waktu
|
1.
|
Shalat
Subuh
|
04.30-05.00
|
2.
|
Mengaji
Kitab Tafsir Jalalain dan Takhasus BTA
|
05.00-06.15
|
3.
|
Tahfidzul
Qur’an dan Kitab
|
16.00-18.00
|
4.
|
Shalat
Maghrib
|
18.00-18.30
|
5.
|
Mengaji
Al-Qur’an/Takhasus BTA
|
18.30-19.30
|
6.
|
Shalat
Isya
|
19.30-20-00
|
7.
|
Madrasah
Diniyyah dan Tahfidzul Qur’an
|
20.00-22.00
|
8.
|
Istirahat
|
22.00-04.00
|
b. Mingguan
No
|
Aktifitas
|
Waktu
|
Hari
|
Keterangan
|
1.
|
Tahsin
Al-Qur’an
|
05-00-06.00
|
Ahad
|
Santri
Putri
|
2.
|
Muhafadzah/Tikraran
|
05-00-06.00
|
Jum’at
|
Santri
Putri
|
3.
|
Pengajian
Kitab
|
08.00-09.30
|
Ahad
|
Santri
Putra/Putri
|
4.
|
Semaan
Bil Ghaib
|
05-00-06.00
|
Jum’at
|
Santri
Putri
|
5.
|
Tahsin
Al-Qur’an
|
18.30-19.30
|
Selasa
|
Santri
Putra
|
6.
|
Muhafadzah/Tikraran
|
05-00-06.00
|
Ahad
|
Santri
Putra
|
7.
|
Semaan
Bil ghaib
|
05-00-06.00
|
Ahad
|
Santri
Putra
|
Alamat dan Rute Transportasi:
Jl. Ks. Tubun Gg. Masjid No. 31 Rt 3 Rw 5,
Parakan Onje, Karangsalam Kidul, Kedung Banteng, Purwokerto/Banyumas, 53152.
Telp. 0281 626042.
Stasiun Purwokerto
Naik becak dari halaman stasiun minta diantar
ke Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Karangsalam, ongkos Rp 5000,00. Naik Taksi
ongkosnya Rp.10.000,00.
Rute: Dari stasiun Purwokerto ke barat, masuk
Jl. Jendral Soedirman, lewat Pasar Pon, Lapangan Porka (Bantar Soka), belok
kiri Jl. KS. Tubun ke utara sekitar 700 meter, ada plang pondok belok ke timur
sekitar 50 meter.
Dari stasiun Purwokerto ke utara, masuk desa
Bobosan, pertigaan belok kiri memasuki JL. Kamandaka 300 meter, ada gapura atua
plang pondok belok kiri sekitar 100 meter.
Terminal Purwokerto (dari arah Jogya,
Kebumen, Purbalingga Tegal, Ciamis, dll. )
Naik Taksi minta diantar ke Pondok Pesantren
Ath-Thohiriyyah Karangsalam, sebelah selatan UNWIKU. Ongkos argo Taksi kurang
lebih Rp. 25.000,00.
Naik Angkota No. G1, I (1), I (2), Turun di
perempatan Karangsalam Kidul, ongkos angkota Rp 2500,00.
[*****]
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar