Jumat, 28 Februari 2020

(Do'a of the Day) 04 Rajab 1441H


Bismillah irRahman irRaheem

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Alhamdulillaahil ladzii ja'alal maa'a thahuuraa.

Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air ini suci lagi mensucikan.

Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 1, Bab 16.

Rejeki Anak Soleh


Sejarah Gerakan Kaum Tarekat Melawan Penjajah


Sejarah Gerakan Kaum Tarekat Melawan Penjajah

Kondisi bangsa Indonesia yang sedang terjajah Belanda tidak membuat umat Islam diam. Sejarah mencatat, perjuangan umat Islam, khususnya kalangan pesantren melawan dan mengusir penjajah mampu membuat negara Indonesia terbebas dari penjajahan. Walau demikian, upaya-upaya penjajahan kembali terus dilakukan oleh Belanda hingga 1947. Sebab itu, usaha menegakkan kemerdekaan Indonesia tidak berhenti pasca-proklamasi 17 Agustus 1945.

Jauh sebelum masa-masa tersebut, kaum tarekat atau kelompok pengikuti kaum sufi juga melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Kelompok-kelompok tarekat di Nusantara telah memperoleh pengikut menjelang abad ke-18. Ajaran-ajaran sufi menolak segala bentuk penindasan terhadap manusia. Sebab itu, kaum tarekat memobilisasi diri untuk melakukan gerakan perlawanan terhadap penjajah.

Martin van Bruinessen dalam Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat (2015) mencatat bahwa tarekat pertama yang memperoleh banyak pengikut di Asia Tenggara yang benar-benar dapat dimobilisasi ialah tarekat Sammaniyah. Tarekat ini dianut oleh Sultan Palembang yang juga diikuti oleh masyarakat awam.

Tarekat Sammaniyah memainkan peranan penting dalam melakukan perlawanan terhadap pendudukan Kota Palembang oleh tentara Belanda pada tahun 1819. Dalam sebuah karya sastra lokal dijelaskan bahwa beberapa kelompok orang berpakaian putih dan berdzikir keras hingga mencapai puncak mahabbah lalu kemudian tanpa rasa gentar menyerang penjajah Belanda. Mereka meyakini bahwa tubuh mereka sudah kebal karena dzikir tersebut.

Awal-awal perkembangan tarekat di Nusantara, memang yang pertama-tama muncul berkaitan dengan kultus kekebalan tubuh yang familiar disebut debus. Kekebalan tubuh melalui dzikir, wirid, amalan, dan doa tertentu itu dikembangkan oleh tarekat Rifa’iyah dan Qadiriyah. Sisa-sisa praktik debus masih dapat ditemukan di Aceh, kerajan-kerajaan semenanjung Kedah dan Perlak, Minagkabau, Banten, Cirebon, Maluku, bahkan di kalangan komunitas Melayu di Cape Town Afrika Selatan. Sebuah keistimewaan tersebut membuat manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jilani kerap dibaca oleh umat Muslim di berbagai wilayah.

Di Kalimantan Selatan pada tahun 1860-an, penjajah Belanda menghadapi perlawanan serupa dari gerakan-gerakan rakyat yang kuat menjalankan amalan-amalan bercorak sufi yang disebut beratip beramal. Hal itu merupakan adaptasi masyarakat setempat terhadap tarekat Sammaniyah.

Beberapa kasus lain di mana kaum tarekat mengambil bagian dalam pemberontakan antikolonial selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Salah satu pemberontakan terbesar terhadap kolonial Belanda terjadi di Banten pada tahun 1888. Di sini tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang terlibat, walaupun secara tidak langsung.

Tarekat yang sama juga memainkan peranan dalam gerakan rakyat secara besar-besaran di Lombok pada tahun 1891. Tapi hal itu ditujukan kepada orang Bali yang pada saat itu menduduki peranan besar di pulau tersebut. Keterlibatan kaum tarekat juga disebut dalam hubungannya dengan perlawanan petani yang bercorak mesianistik di Jawa Timur pada tahun 1903.

Perlawanan besar lainnya disebabkan karena diberlakukannya pajak tembakau yang baru pecah di Sumatera Barat pada tahun 1908. Kali ini tarekat Syattariyah yang telah lama dianut masyarakat setempat. Mereka kerap memainkan peranan dalam sejumlah perlawanan terhadap penjajah.

Perlawanan besar juga terjadi di Jawa Tengah yang dipimpin Pangeran Diponegoro. Perlawanan terhadap kolonial Belanda itu disebut Perang Jawa yang berlangsung pada 1825-1830. Walaupun tidak ada tarekat yang terlibat, namun warna dan ajaran sufi menjadi motivasi perlawanan. Tidak adanya tarekat yang terlibat memperkuat dugaan bahwa kala itu belum ada jaringan tarekat di Jawa Tengah yang mungkin dimanfaatkan oleh Pangeran Diponegoro dan para ulama penasihatnya.

Namun, R.S. O’Fahey (1987) mengutip seorang pengawas administrasi (administrateur) jajahan Perancis di Afrika Utara yang bernama Louis Rinn, menyatakan bahwa selain haji-haji yang pulang ke Sumatera Barat patut pula diidentifikasi tiga haji yang pulang ke Kerajaan Mataram dan Mangkunegaran di Pulau Jawa. Mereka diduga sebagai pengikut tarekat Sanusiyah. Jika yang terakhir ini diidentifikasi secara lebih rinci dan detail, berarti mereka adalah para pejuang yang ada di wilayah Jawa Tengah pada awal abad 19, khususnya di wilayah Yogyakarta dan Surakarta. Merujuk hal itu, diduga bahwa mereka adalah Kiai Mojo dan Sentot Ali Basya dan beberapa temannya yang tergabung dalam perlawanan besar tanah Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro.

Perlawanan tersebut berlanjut ketika para ulama pesantren melakukan gerakan-gerakan. Ulama pesantren yang juga pengikut tarekat bahkan beberapa sudah menjadi mursyid tidak hanya menjadikan pesantren sebagai tempat menempa ilmu agama, tetapi juga menjadi wadah pergerakan nasional dan penguatan cinta tanah air. Puncak perlawanan kaum pesantren yang dikomando oleh Hadhratussyekh KH Hasyim Asy’ari terjadi pada 10 November 1945 di Surabaya. Laskar kiai dan santri berhasil memukul mundur NICA (Belanda) yang membonceng tentara Sekutu (Inggris). []

(Fathoni)

(Khotbah of the Day) Virus Merebak, Pertanda Kiamat Kian Mendekat


KHUTBAH JUMAT
Virus Merebak, Pertanda Kiamat Kian Mendekat

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. أَمَّابَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dalam kesempatan khutbah kali ini, khatib akan menyampaikan tema tentang sebagian tanda-tanda semakin dekatnya hari kiamat. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan dinyatakan oleh al-Hafizh al-Haitsami dalam kitab Majma’ az-Zawa’id sebagai hadits yang shalih lil ‘amal bihi (layak dipedomani), bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ: لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ، حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ، وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا، وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ، إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ، وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ، وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ، وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ، إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ، وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا، وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللهِ، وَعَهْدَ رَسُولِهِ، إِلَّا سَلَّطَ اللهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ، وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ، وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللهُ، إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan kepada kita bahwa apabila umat manusia melakukan lima hal, maka mereka akan dihukum dengan lima hal. Dan kelima perbuatan itu adalah tanda-tanda semakin dekatnya hari kiamat.

1. Apabila suatu kaum sudah terang-terangan melakukan perzinaan maka akan menjalar berbagai wabah dan penyakit yang tidak dikenal sebelumnya di kalangan mereka.

Apa yang disinyalir oleh Baginda Nabi tersebut saat ini telah benar-benar terjadi. Perzinaan marak di mana-mana, hamil di luar nikah sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat, pergaulan bebas muda-mudi yang berujung pada hubungan layaknya suami istri dapat disaksikan di berbagai tempat, kumpul kebo seakan menjadi tren di masyarakat. Bahkan kadang perzinaan itu direkam dan disebar melalui medsos dan internet.

Akibat dari itu semua sebagaimana disinyalir oleh Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, merebaklah virus, wabah dan penyakit yang tidak dikenal sebelumnya, dan sebagiannya sampai detik ini belum ditemukan obatnya, seperti virus HIV, flu burung, flu babi, dan—yang terbaru—virus corona.

2. Apabila suatu kaum telah mengurangi timbangan dan ukuran dan berbuat curang dalam jual beli, maka mereka akan diazab dengan kemarau berkepanjangan, melambung tingginya harga kebutuhan pokok, dan kezaliman para penguasa. Hal ini juga sudah terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Pada masa sekarang, sulit sekali kita menemukan pedagang yang jujur, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

التَّاجِرُ الصَّدُوْقُ يُحْشَرُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ

Maknanya: “Seorang pedagang yang jujur akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama para nabi, para wali yang berderajat tinggi dan orang-orang yang mati syahid” (HR at-Tirmidzi).

3. Apabila suatu kaum enggan membayar zakat, Apabila suatu kaum enggan membayar zakat, maka langit akan berhenti meneteskan air hujan untuk mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan dalam hadits ini, seandainya bukan karena binatang-binatang, maka Allah tidak akan menurunkan air hujan sama sekali kepada mereka.

Sebagaimana kita tahu bahwa membayar zakat, baik zakat fitrah maupun zakat mal, hukumnya adalah wajib bagi yang mampu. Keengganan membayar zakat bagi orang yang mampu adalah dosa besar yang mengundang murka Allah subhanahu wa ta'ala.

4. Apabila suatu kaum telah meninggalkan perintah Allah dan Rasul-Nya serta melakukan larangan Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan menjadikan mereka dikalahkan dan dikuasai oleh musuh-musuh mereka dari luar kalangan mereka, lalu musuh-musuh itu akan mengambil paksa apa yang mereka miliki, harta mereka bahkan tanah air mereka.

Hal ini, hadirin sekalian, telah terjadi di kalangan umat Islam sejak ratusan tahun terakhir. Umat Islam secara kuantitas sangat banyak jumlahnya, tapi secara kualitas mereka sangat jauh dari nilai-nilai keislaman sehingga hal itu membuat mereka tidak berdaya di hadapan umat-umat yang lain. Memegang teguh aqidah dan ajaran Islam adalah sebuah kekuatan dahsyat yang tidak akan terkalahkan oleh siapa pun sebagaimana dibuktikan oleh umat Islam pada masa-masa kejayaan mereka. Sebaliknya, menjauh dari nilai-nilai keislaman dan banyak berbuat maksiat adalah kelemahan yang membuat musuh-musuh Islam dengan mudah mengalahkan mereka. Sayyidina Umar radliyallahu 'anhu menegaskan:

كنا أذل قوم فأعزنا الله بالإسلام، ومهما ابتغينا العزة في غيره أذلنا الله

Maknanya: "Kita dulu adalah kaum yang paling hina, lalu Allah memuliakan kita dengan Islam. Ketika kita mencari kemuliaan pada selain Islam, maka kita akan kembali dihinakan oleh-Nya."

5. Apabila suatu kaum, penguasa dan pemimpin mereka tidak lagi memerintah dengan adil sesuai petunjuk Al-Qur'an dan lebih menuruti hawa nafsu mereka, maka Allah akan menjadikan kaum tersebut saling bertengkar, saling berperang dan saling menyerang, sehingga akhirnya mereka binasa bukan karena serangan musuh dari luar, tapi karena perang saudara sesama mereka sendiri.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah yang singkat ini. Semoga bermanfaat, dan mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala tidak menggolongkan kita sebagai kaum yang disebutkan dalam hadits tersebut.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

إِنَّ الْحَـمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَشْكُرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ،وَعَلٰىإِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَرَضِيَ اللهُ عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ،فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ:إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ،

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ،فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضٰالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَّوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما نَتَخوَّفُ، رَبَّنَاآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبٰى ويَنْهٰى عَنِ الفَحْشٰاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


Ustadz NurRohmad, Pemateri/Penelitidi Aswaja NU Center PWNU JawaTimur

Zuhairi: Propaganda ISIS di Media Sosial


Propaganda ISIS di Media Sosial
Oleh: Zuhairi Misrawi

Kematian pimpinan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) Abu Bakar al-Baghdadi dan kekalahan yang dialami dalam perang terbuka di Suriah dan Irak bukanlah akhir dari kisah organisasi teroris yang paling brutal ini. ISIS jauh-jauh hari sudah mendeklarasikan sebuah transformasi baru, yaitu Islamic State (IS). ISIS tidak lagi menjadikan Irak dan Suriah sebagai wilayah kekuasaan mereka, melainkan sebuah organisasi yang mendunia melalui media sosial.

Setelah kematian sang khalifah, ISIS segera menunjuk Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi sebagai khalifah teranyar yang akan mengendalikan seluruh kegiatan dan pergerakan organisasi. Mereka memilih taktik untuk mengonsolidasikan jaringan internasional yang sudah terbentuk sembari melalukan propaganda ideologis melalui media sosial.

Baru-baru ini, jagad Timur-Tengah dikejutkan dengan banjirnya propaganda ISIS di media sosial, khususnya Twitter. Bahkan, propaganda mereka menjadi trending topic. Mereka menampilkan kembali masa-masa kejayaan ISIS, seperti aksi bom bunuh diri, pidato Abu Bakar al-Baghdadi, dan eksekusi brutal dengan memenggal mereka yang dianggap "kafir". ISIS hendak menyampaikan pesan kepada pengikut dan pencintanya bahwa mereka masih eksis dan sedang mencari momentum yang tepat untuk melakukan reinkarnasi.

ISIS rupanya ingin menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Irak dan Suriah kembali kepada titik nadir. Kondisi politik Irak yang penuh gonjang-ganjing, menyebabkan negara yang dikenal "kota seribu satu malam" kembali pada friksi, bahkan konflik politik yang tidak menentu. Keamanan di Irak semakin tidak menentu.

Irak saat ini sedang mengalami krisis yang serius, karena keterbelahan politik. Ada pihak-pihak yang ingin mendulang di air keruh dengan menggunakan propaganda sektarianisme sebagai pemantik memuluskan dan memperpanjang keterbelahan politik. Isu yang dihembuskan adalah krisis kepercayaan terhadap para elite dalam menjalankan mandat rakyat.

Pasalnya, mereka yang berkuasa di Irak saat ini adalah faksi Syiah sebagai pemenang pemilu. Mereka dengan mudah mengembuskan narasi pengaruh Iran dalam politik dalam negeri Irak. Seolah-olah Syiah Irak dan Syiah Iran mempunyai preferensi yang sama. Padahal semua tahu, preferensi kemazhaban (al-marja'iyyah) antara Syiah Iran dan Syiah Irak berbeda. Syiah Irak pada umumnya merujuk pada Ali Sistani, sedangkan Syiah Iran merujuk pada Ayatullah Ali Khamenei sebagai rahbar.

Situasinya semakin rumit saat wacana mengakhiri intervensi Amerika Serikat di Irak mengemuka. Faksi Sunni dan Kurdi tidak menghadiri sidang darurat di parlemen pasca kemartiran Qassem Soleimani. Hanya faksi-faksi Syiah di parlemen yang secara bulat mengambil sikap menolak intervensi AS di Irak. Mereka meminta agar AS menutup pangkalan militer dan memulangkannya.

Kemartiran Abu Mahdi al-Mohandes yang menemani Qassem Soleimani dalam lawatan ke Irak merupakan tindakan yang tidak dimaafkan. AS tidak hanya melakukan kejahatan terhadap Iran, tetapi juga terhadap Irak. Abu Mahdi al-Mohandes juga berjasa dalam melumpuhkan ISIS di Irak.

Moqtada al-Sadr, salah satu faksi Syiah di Irak, juga menurunkan jutaan massa dalam rangka meneguhkan sikap Irak yang tidak menghendaki lagi kehadiran AS di Irak. Faksi-faksi Syiah di Irak sepakat bahwa kehadiran AS bukan untuk memastikan keamanan, melainkan justru mengancam keamanan karena secara sengaja membunuh Abu Mahdi al-Mohandes yang telah berperan besar dalam mengalahkan ISIS.

Di Suriah, kondisi keamanan yang terus memburuk di Idlib telah membuka konflik baru antara Suriah dan Turki. Suriah memandang upaya melumpuhkan oposisi kontra-pemerintah di Idlib merupakan sebuah perjuangan terakhir untuk mengonsolidasikan kekuasaan Bashar Assad. Sedangkan Turki memandang serangan ke Idlib akan berdampak bagi masuknya jumlah pengungsi dari Suriah ke Turki.

Setidaknya 900.000 warga Suriah yang mengungsi ke Turki akibat konflik antara rezim Bashar Assad dengan oposisi. Turki memandang situasi akan terus memburuk jika Assad melakukan serangan militer.

Keterbelahan politik di Irak dan Suriah merupakan momentum yang dijadikan ISIS untuk mengonsolidasikan jaringannya dan melakukan rekrutmen. Pada Januari saja terhitung ada sekitar 5.800 kicauan di Twitter di seantero Timur-Tengah. Dalam dua hari ada sekitar 4.100 kicauan yang menunjukkan bahwa mereka masih eksis dan siap melakukan aksi.

Pemandangan ini mestinya harus menjadi perhatian semua pihak. Sebab ISIS tidak benar-benar mati. Mereka justru sedang berusaha untuk melakukan reinkarnasi melalui media sosial. Pada 2016 lalu, Twitter mencatat ada sekitar 125.000 akun yang ditengarai mempunyai hubungan dengan ISIS.

Dan sekali lagi, Twitter sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk membendung banjirnya propaganda ISIS tersebut. Faktanya, ISIS masih bisa menguasai jagad Twitter dengan propaganda yang menyasar kalangan milenial dan mereka yang tidak mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang keislaman.

Dalam konteks tersebut, kebangkitan kembali ISIS harus menjadi perhatian semua pihak. Meskipun negara-negara Arab bersepakat untuk tidak memulangkan anggota ISIS yang saat ini masih ditahan di Suriah, tetapi harus diakui bahwa masih banyak pengikut ISIS yang juga masih bisa hidup bebas di dalam negeri mereka. Dan mereka saat ini sedang membanjiri media sosial, khususnya twitter dengan propaganda kejayaan ISIS di masa lalu.

Dengan demikian, ISIS tidak benar-benar bubar dan mati. Mereka masih eksis dan sel-selnya masih melakukan aktivitas konsolidasi dan propaganda melalui media. Mereka dengan mudah menggunakan Twitter dan Facebook sebagai cara mereka untuk terus membanjiri media sosial dengan ideologi, paham, dan masa-masa kejayaan mereka.

Dalam konteks inilah, sebenarnya pemerintah Indonesia juga harus hati-hati dan waspada. Menolak pemulangan anggota ISIS dari Suriah, Turki, dan Irak merupakan sebuah langkah tegas dan perlu diapresiasi. Tetapi upaya ISIS untuk terus menguasai panggung media sosial juga perlu diwaspadai, karena sebenarnya ISIS tidak benar-benar mati. Mereka masih hidup dan sedang memperkuat pasukan dan jaringannya melalui propaganda di media sosial. []

DETIK, 20 Februari 2020
Zuhairi Misrawi | Cendekiawan Nahdlatul Ulama, analis pemikiran dan politik Timur-Tengah di The Middle East Institute, Jakarta