Senin, 25 September 2023

(Do'a of the Day) 10 Rabiul Awwal 1445H

 

اللهم قرّب لقلبي كُل ما هو خير لي.

 

Yaa gusti Allah... Bawalah kedalam hatiku, setiap segala apa yang baik untukku.

 

Al Faatihah... 🤲

Dik 20230925


Dik...

 

Jika aku berkata bahwa aku baik-baik saja tanpamu, maka hampir pasti aku telah berdusta.

 

❤‍🩹

Jumat, 01 September 2023

(Do'a of the Day) 16 Safar 1445H

 

يا من يراني على ذنبي فيمهلني

جد لي بعفو إن الذنب أشقاني.

 

Wahai Dzat yang melihatku saat aku berdosa, lalu menangguhkannya.

 

Limpahkan ampunan-Mu padaku, karena dosa telah menyengsarakanku.

 

Al Faatihah... 🤲

Dik 20230901


Dik,

 

Aku mencintaimu, seperti kopi yang dicap pahit tapi masih saja tetap dinikmati.

 

(Khotbah of the Day) Ikhtiar menjadi Muslim yang Beruntung

KHUTBAH JUMAT

Ikhtiar menjadi Muslim yang Beruntung


Khutbah I 


إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَهْدِيهِ وَنَشْكُرُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ


وَأَشْهَدُ أنْ لَّا إلهِ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَلَا مَثِيْلَ لَهُ، هُوَ الْإِلهُ الْعَفُوُّ الْغَفُوْرُ الْمُسْتَغْنِي عنْ كُلِّ مَا سِوَاهُ وَالْمُفْتَقِرُ إِلَيْهِ كُلُّ مَا عَدَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَنَصَحَ الأُمَّةَ، صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً يَقْضِي بِهَا حَاجَاتِنَا وَيُفَرِّجُ بِهَا كُرُبَاتِنَا وَيَكْفِيْنَا بِهَا شَرَّ أَعْدَائِنَا وَسلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى صَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَآلِهِ الْأَطْهَارِ وَمَنْ وَالَاهُ


أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَٱلْعَصْرِ (١) إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ (٢) إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ (٣)


Jamaah Jumat Rahimakumullah


Mengawali khutbah siang yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Di antara cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.


Jamaah yang Berbahagia


Pada siang hari yang penuh kemuliaan ini, khatib akan menyampaikan penjelasan surat Al-‘Ashr. Bahwa surat tersebut adalah kategori Makkiyyah sebagaimana pandangan mayoritas ahli tafsir. Menurut sebagian yang lain disebut Madaniyyah yang terdiri dari tiga ayat, empat belas kata dan enam puluh delapan huruf.


وَٱلْعَصْرِ 


Artinya: Demi ashar.


Ayat ini diawali dengan sumpah. Allah bersumpah dengan ‘ashr. Sebagian ulama menafsirkannya dengan makna shalat ashar. Allah bersumpah dengannya karena keutamaan yang dimilikinya. Sebagian yang lain memaknainya dengan makna masa. Allah Ta’ala bersumpah dengan masa karena dalam perjalanan masa terdapat banyak pelajaran bagi orang-orang yang mau merenung. 


إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ


Artinya: Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. 


إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ


Artinya: Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.


Jamaah Rahimakumullah


Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa seluruh manusia dalam kerugian kecuali orang-orang yang melakukan empat hal. Pertama, memiliki iman. Karena tanpa iman, seseorang tidak akan selamat di kehidupan akhirat. 


Kedua, beramal salih, yaitu melakukan seluruh apa yang Allah wajibkan kepada hamba-hamba-Nya. Ketiga, saling menasihati untuk kebenaran yakni saling menasihati untuk melakukan kebaikan. Dan keempat, saling menasihati untuk kesabaran. Maknanya saling menasihati untuk bersabar melakukan ketaatan, bersabar meninggalkan kemaksiatan dan bersabar menghadapi musibah. Sebab jika disebut kata sabar secara mutlak, artinya mencakup sabar melakukan ketaatan, sabar menahan diri dari kemaksiatan dan sabar menghadapi musibah. 


Jadi, seorang muslim minimal ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi kekufuran. Adapun tambahan dari hal itu dengan melakukan perkara-perkara yang disebutkan dalam surat ini, adalah sifat orang-orang shalih yang berbahagia dan selamat dari segala siksa di akhirat.


Maasyiral Muslimin Rahimakumullah


Sungguh, Allah telah mengagungkan sikap saling menasihati dan saling berwasiat untuk melakukan dan menetapi kebaikan. Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi: 


وَحَقَّتْ مَحَبَّتِيْ عَلَى الْمُتَنَاصِحِيْنَ فِيَّ (رواه أحمد وابن حبان وغيرهما)


Artinya: Dan telah tetap cinta-Ku bagi orang-orang yang saling menasihati karena Aku. (HR Ahmad, Ibnu Hibban dan lainnya)


Saling menasihati karena Allah adalah ciri orang-orang mukmin yang sempurna imannya. Saling menasihati karena Allah artinya saling mengingatkan ketika ada yang berbuat dosa. Bukan membiarkannya dalam dosa dengan dalih menjaga perasaan atau dengan dalih menjaga hubungan pertemanan agar tidak terputus. Saling menasihati karena Allah artinya bekerja sama dalam kebaikan dan meraih ridha Allah. Bukan bekerja sama untuk meraih harta duniawi dengan mengesampingkan ridha Allah Ta'ala.  


Jamaah yang Dimuliakan Allah


Nasihat seyogianya disampaikan dengan lemah lembut sebagaimana disabdakan oleh baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: 


إِنَّ اللهَ يُعْطِيْ عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِيْ عَلَى الْعُنْفِ (رواه ابن حبان وغيره)

 

Artinya: Sesungguhnya Allah memberikan pada sikap lembut hasil yang tidak Ia berikan pada sikap keras. (HR Ibnu Hibban dan lainnya)


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda: 


إنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ (رواه مسلم)


Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan pada perkara seluruhnya. (HR Muslim)


Nasihat juga semestinya disampaikan sekira tidak membuka aib seseorang di hadapan orang lain. Bahkan jika nasihat itu cukup dengan isyarat, maka kita lakukan. Jadi seorang muslim yang melakukan dosa dan aib, maka sepatutnya kita tutupi aibnya. Sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: 


مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ (رواه ابن ماجه)


Artinya: Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. (HR Ibnu Majah)


Dalam hadits yang lain, Nabi bersabda: 


مَنْ رَأَى عَوْرَةً فَسَتَرَهَا كَانَ كَمَنْ أَحْيَا مَوْؤُوْدَةً (رواه أبو دود)


Artinya: Barang siapa yang mengetahui aib (pada saudaranya) lalu ia tutupi, maka ia bagaikan menghidupkan anak perempuan yang dikubur hidup-hidup. (HR Abu Dawud)

    

Kaum Muslimin yang Berbahagia


Karena itu, apabila kita melihat aib dari seorang muslim atau ia melakukan suatu kesalahan, maka selayaknya kita tutupi dan rahasiakan serta tidak kita buka kedoknya. Melainkan kita nasihati ia secara sembunyi sembunyi, tidak di hadapan orang lain. Hal ini jika yang ia lakukan adalah aib atau dosa yang tidak membahayakan orang lain. Sebaliknya, jika dosa itu membahayakan masyarakat, baik membahayakan eksistensi agama mereka atau kehidupan dunia mereka, maka kita diperintahkan untuk memperingatkan masyarakat secara terang-terangan dari orang tersebut. 


Kemudian penting untuk diketahui bahwa di antara kesalahan besar yang dilakukan sebagian orang, jika mereka melihat seseorang salah dalam perkara agama seperti melakukan shalat dengan tidak benar, orang itu tidak mereka tegur sembari mereka mengatakan: “Yang penting niatnya”. Lalu mereka berdalih dengan hadits: 


إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ (رواه البخاري ومسلم)

 

Artinya: Sungguh amal-amal itu hanya akan sah dengan niat. (HR Al-Bukhari Muslim)


Jamaah Jumat yang Berbahagia


Hadits tersebut konteksnya tidaklah seperti yang mereka pahami. Karena kita dalam masalah ini diperintahkan untuk melakukan dua hal sekaligus: berniat dengan benar dan melakukan perbuatan dengan benar sesuai tuntunan syariat. Hadits tersebut artinya bahwa amal saleh jika tidak disertai niat (yang baik dan benar), maka tidak diterima oleh Allah. Maksudnya bukan berarti seseorang dibiarkan dalam kebodohannya, lalu yang diperhitungkan dari dia hanya niatnya. Sedangkan perbuatannya sama sekali tidak diperhitungkan apakah sesuai dengan tuntunan Rasulullah atau bertentangan dengannya. 


Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim diceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah berada di dalam masjid lalu ada seseorang yang masuk masjid kemudian melakukan shalat. Setelah itu ia duduk di majelis Rasulullah.Nabi kemudian bersabda kepadanya: Bangkit lalu shalatlah karena sesungguhnya engkau belum shalat! Laki-laki itu lalu mengulangi shalatnya kemudian duduk di majelis Rasulullah. Baginda Nabi lalu bersabda lagi kepadanya: Bangkit dan shalatlah karena sesungguhnya engkau belum shalat!  Lalu laki-laki itu mengulang shalatnya kemudian duduk di majelis Rasulullah. Lagi-lagi Rasulullah memerintahnya untuk mengulangi shalat dan bersabda: Bangkit dan shalatlah karena sesungguhnya engkau belum shalat! 


Orang itu kemudian berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak bisa melakukan shalat kecuali yang telah aku lakukan. Kemudian Rasulullah mengajarkan kepadanya tata cara shalat sesuai tuntunan syariat. Rasulullah tidak membiarkannya lalu mengatakan: Yang penting niatnya. 


Begitu pula yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahih Ibnu Hibban bahwa ada seorang laki-laki yang salah dalam membaca Al-Qur’an, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: 


أَرْشِدُوْا أَخَاكُمْ


Artinya: Wahai para sahabatku, ajarilah ia bagaimana cara membaca Al-Qur’an yang benar. (HR Ibnu Hibban)

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah


Hendaklah kita ketahui bersama bahwa ada sebuah cerita dusta yang dinisbatkan kepada Nabi Khadhir ‘Alaihis Salam. Diceritakan secara dusta bahwa suatu ketika Nabi Khadhir bertemu dengan seorang penggembala yang tidak mengetahui tata cara shalat, lalu Khadhir mengajarinya tata cara shalat yang benar. Kemudian Khadhir pergi meninggalkan penggembala itu dan berjalan di atas air. Ketika sang penggembala bangkit untuk melakukan shalat, ia lupa mengenai tata cara shalat yang diajarkan oleh Khadhir. Lalu ia menyusul Khadhir dan memintanya berhenti untuk mengajarinya kembali tata cara shalat. Khadhir menoleh dan mendapati penggembala itu mengikutinya dari belakang dan berjalan di atas air seperti dia. 


Lalu Khadhir berkata kepadanya: Shalatlah seperti yang engkau mau. Orang-orang yang menceritakan kisah ini mengatakan bahwa sang penggembala, disebabkan kejernihan hati dan kesucian niatnya, ia dapat berjalan di atas air. Kisah ini jelas tidak benar dan tidak berdasar. Kisah semacam ini hanya mendorong orang untuk tetap dalam kebodohan serta melemahkan semangat orang yang ingin belajar ilmu agama. Orang bodoh yang sama sekali tidak mengetahui tata cara shalat yang benar sesuai dengan tuntunan syariat dan tidak mengetahui ilmu agama yang fardhu 'ain, tidak akan diangkat oleh Allah menjadi wali-Nya. Sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Imam As-Syafi’i dan banyak ulama yang lain. 


Hadlratus Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari menegaskan dalam kitab Tamzizul Haqq minal Bathil: 


مَا اتَّخَذَ اللهُ مِنْ وَلِيٍّ جَاهِلٍ وَلَوِ اتَّخَذَهُ وَلِيًّا لَعَلَّمَهُ


Artinya: Allah tidak mengangkat seorang wali yang bodoh. Seandainya Allah mengangkatnya menjadi wali, niscaya Ia memudahkan jalan baginya untuk memahami ilmu agama.

    

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

 

Disebutkan dalam sebuah atsar bahwa jika seorang sahabat Nabi bertemu dengan sahabat Nabi yang lain, keduanya tidak berpisah sebelum yang satu membaca surat Al-‘Ashr kepada yang lain.
    

Imam as-Syafi’i mengatakan: 


لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هذِهِ السُّوْرَةَ لَكَفَتْهُمْ، وَذلِكَ لِمَا فِيْهَا مِنَ الْمَرَاتِبِ الَّتِي بِاسْتِكْمَالِهَا يَحْصُلُ لِلشَّخْصِ غَايَةُ كَمَالِهِ إِحْدَاهَا: مَعْرِفَةُ الْحَقِّ، وَالثَّانِيَةُ: عَمَلُهُ بِهِ، وَالثَّالِثَةُ: تَعْلِيْمُهُ مَنْ لَا يُحْسِنُهُ، وَالرَّابِعَةُ: صَبْرُهُ عَلَى تَعَلُّمِهِ وَالْعَمَلِ بِهِ وَتَعْلِيْمِهِ. اهـ


Artinya: Seandainya seluruh manusia merenungkan surat ini, niscaya ia cukup menjadi pedoman bagi mereka. Hal itu dikarenakan surat ini mengandung beberapa hal yang jika dilakukan seseorang maka ia telah mencapai kesempurnaan iman. Yaitu (1) Mengetahui kebenaran, (2) Melakukan kebenaran, (3) Mengajarkan kebenaran itu kepada orang lain yang tidak melakukannya dan (4) Bersabar untuk mempelajari kebenaran, mengamalkannya dan mengajarkannya.


Jamaah Muslimin Rahimakumullah


Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin. 


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II 


اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ


     أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ


اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

 


Ustadz Nur Rohmad, S.Ag., M.Pd.I, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Katib Syuriyah MWCNU Kec. Dawarblandong, Kab. Mojokerto

(Khotbah of the Day) Ngisi Umur kelawan Amal Kesaenan

KHUTBAH JUMAT BAHASA JAWA

Ngisi Umur kelawan Amal Kesaenan


Khutbah I:


الحمدُ لله حمدًا كثيرًا طيبًا مُبارَكًا فيه كما يُحبُّ ربُّنا ويرضَى، وأشهدُ أن لا إله إلا الله وحدَه لا شريكَ لَهُ عَظِيمٌ في رُبُوبيَّته وَاُلُوْهِيَّتِهِ وَأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ، حَكيمٌ في مَقَادِيرِهِ وَأَحْكَامِهِ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسُوْلُهُ اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ، وعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بإحْسِانٍ إِلَى يَوْمِ لِقَائِهِ


امَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا الله حقَّ التقوَى، وَقَالَ تَعاَلَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ


Jamaah Jumat Rahimakumullah


Monggo kito sami takwo dumateng Gusti Allah wonten ing panggenan pundi kimawon, sepi utawi rame, susah utawi bungah, kranten saking takwo kito saget pikantuk rohmat lan ridone Gusti Allah.


Sholawat serto salam mugi tansah keaturaken dumateng Kanjeng Nabi Muhammad ingkang kito ajeng-ajeng syafaatipun mbenjang wonten akhirat, panggenan ingkang sejati. Amergi gesang wonten dunyo niku namung sekedap lan dados panggenan guyonan kimawon.


Gusti Allah dawuh:


وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ  وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ 


Artosipun: Ora ono urip ing dunyo iku kejobo guyon lan dolanan. Lan saktemene akhirat iku sejatine panguripan, lamun siro kabeh podo ngerti (Al-Ankabut, 64)


Ayat meniko negesaken bilih gesang ing dunyo niku sejatine namung mampir ngunjuk tuyo, mampir sekedap, ameng-amengan, mboten langgeng. Pramilo, umure tiyang gesang wonten dunyo niku nggih sekedap lan dipun imutaken bilih akhirat niku ingkang dados panggenan sejati, selawase.


Jamaah Jumat Ingkang Minulyo


Ayat kasebat ugi ngimutaken dateng kito sedoyo supados inggal cancut taliwondo ngisi umur wonten dunyo kelawan amal kesaenan. Sebab katah sanget tiyang ingkang ngangguraken waktune, malah didamel dolanan kimawon, remen persulayan, ngapusi, maksiat. Padahal sedoyo niku bakale dipun pertanggungjawabaken mbenjang dinten kiamat. Kanjeng Nabi dawuh:


ألا كُلُّكُمْ راعٍ، وكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ


Artosipun: Ilingo, saben siro kabeh iku wong kang angon, lan saben siro kabeh bakal ditakoni saking angonane (HR. Muslim)


Sebagian ulama njelasaken wong angon teng hadis meniko maksude tiyang ingkang dipun paringi amanah, misale pemimpin kedah tanggungjawab ingatase rakyate, wong tuo kedah tanggungjawab ingatase putro-putrone, tiyang alim kedah tanggungjawab ingatase umate, tiyang sugeng kedah tanggungjawab ingatase tindak lampahe. Milo, sedoyo tanggungjawab niku wau bakal ditangletaken wonten ngersane Gusti Allah.


Katah sanget tindak lampah ingkang saget manfaati ing antawisipun: tolong-tinolong, pesen kebecikan, ucapan sae, rukun, tepo sliro. Nalikane wonten tiyang ingkang kesusahan, mongko dipun bungahaken penggalihe lan nalikane wonten tiyang nyuwun tulung, mongko dipun tulungi, lan saling wasiat kelawan perkawis ingkang bener.


Gusti Allah sampun dawuh wonten surat al-Asr:


وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍاِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ


Artosipun: Demi mongso, saktemene menungso iku ingdalem getunan, kejobo wongkang podo iman lan amal soleh lan podo paring nasehat kelawan bener lan sabar.


Ayat meniko pertelo sanget, kito sedoyo kedah nggunaaken umur, mongso ingkang sekedap kelawan perkawis ingkang manfaati, sakderenge getunan, kranten wektu mboten bade balik maleh. Saling ngimutaken antawisipun sederek, paring nasehat lan pitutur kedah dipun biasaaken tanpo rumongso nggurui.


Jamaah Ingkang Minulyo

​​​​​​​
Wonten setunggale dawuh Kanjeng Nabi nalikane dipun suwuni pirso poro sahabat:


يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ : مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ


Artosipun: Duh Kanjeng Nabi, sinten tiyang ingkang langkung sae? Kanjeng Nabi ngendiko: Wong kang dowo umure lan bagus amale  (HR: Tirmidzi)


Hadis niki saget dipun pahami, tiyang ingkang sae niku ingkang pinaringan umur dowo kanti dipun isi kaliyan amal kesaenan, dipun isi kaliyan perkawis ingkang manfaati lan migunani dateng tiyang lintu.


​​​​​​​Sinaoso mekaten, tiyang ingkang pinaringan umur pendek ananging nalika gesange dipun isi kaliyan amal kesaenan nggih kalebet tiyang ingkang sae. Setunggale dawuh saking Syekh Ahmad ibn Atha'illah as-Sakandari ing kitab al-Hikam:


رُبَّ عُمُرٍ اتَّسَعَتْ آمادُهُ وَقَلَّتْ أمْدادُهُ، وَرُبَّ عُمُرٍ قَليلَةٌ آمادُهُ كَثيرَةٌ أمْدادُهُ


​​​​​​​Artosipun: Terkadang umur dowo ananging mboten manfaati, lan terkadang umur pendek ananging katah manfaate.


Walhasil, umur dowo utawi umur pendek niku sedoyo sami bakal dipun suwun pertanggungjawabane; tiyang ingkang umure dowo lan umure pendek niku sedoyo sampun ngelampahi nopo mawon?. Syukur-syukur umure dowo dipun isi amal kesaenan.


​​​​​​​Mugi-mugi kito sedoyo pinaringan umur dowo lan gangsar anggenipun ngelampahi kesaenan lan pikantuk pitulung saking Gusti Allah ingatase istiqomah ngelampahi perkawis ingkang manfaati lan migunani. Amiin​​​​​​​


أعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ, بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ . بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكمُ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلَّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيُم


Khutbah II:


 إنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.


اما بعد: يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.


 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. إنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, وَقَاضِى الْحَاجَاتِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِاُمَةِ سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ. وَارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ. وَأَصْلِحْ أُمَّةَ سيدنا مُحَمَّدٍ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى أَعْدَائِهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِعَمَلٍ صَالِحٍ يَنفَعُهُمْ فِى دُنْيَاهُمْ وَأُخْرَاهُمْ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَعُلَمَائَنَا وَزُعَمَائَنَا وَاجْعَلْ هِمَّتَهُمْ فِى اِزَالَةِ الْمُنْكَرَاتِ وَالْمَعَاصِى وَاهْدِهِمْ سَبِيْلَ الرَّشَادِ


 اللَّهُمَّ ارْفَعْ وَادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْن وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ والْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ الدَّائِمَةَ فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيأ حَسَنَةً, وَفِى ألآخِرَةِ حَسَنَةً, وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعّالّمِيْنَ


عِبَادَ اللَّهِ. إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُؤْتِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

 

Ustadz Ahmad Karomi