Jumat, 31 Mei 2013

(Ponpes of the Day) Pondok Pesantren Mahasiswa Al - Hikam, Malang, Jawa Timur


Pondok Pesantren Mahasiswa Al – Hikam, Malang, Jawa Timur

 



 

SEJARAH PENDIRIAN

 

Berawal dari cita-cita untuk menyumbangkan sesuatu khususnya dalam hal peningkatan sumberdaya manusia, KH Hasyim Muzadi bersama beberapa rekan diantaranya : KH. Drs. Tolhah Hasan, Drs. Slamet Efendi Yusuf, Drs Muhammad Ja’far (almarhum) dan H Ubaidillah Fadhil beritikad untuk mendirikan pesantren khusus untuk para mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi di Kota Malang.

 

Dipilihnya santri mahasiswa sebagai peserta didik di pesantren ini berdasarkan pemikiran bahwa kelompok inilah (mahasiswa/ sarjana) yang kelak akan banyak memegang peranan penting di masyarakat, sementara di perguruan tinggi masing-masing tempat para mahasiswa menuntut ilmu porsi pembinaan spiritual dan karakter mental masih sangat kurang. Karenannya harus tersedia tempat untuk membina moral, membangun karakter dan memperkuat basis keilmuan sehingga kelak akan mampu berperan secara maksimal di dunia kerja dan masyarakat yang tetap disemangati dengan nilai-nilai Keislaman, kebudayaan dan ke Indonesiaan.


Akhirnya pada tanggal 3 Juli 1989 berdiri Yayasan Al Hikam Malang dengan akte notaris NO 47/ 1989. Kemudian Pesantren Mahasiswa Al Hikam sendiri secara resmi berdiri pada tanggal 17 Ramadlan 1413 H/ 21 Maret 1992.

 

Berdirinya pesantren inipun berjalan sebagaimana sejarah panjang dari pesantren-pesantren. Yakni adanya seseorang dalam masyarakat yang dipandang mampu menjadi pengemban nilai-nilai keagamaan kemudian masyarakat tersebut menyebutnya Kyai. Adanya hubungan saling percaya dan saling menerima antara masyarakat dan Kyai, menyebabkan terjadinya interaksi di segala urusan diantaranya adalah adanya masyarakat yang belajar tentang ilmu agama dan berbagai kegiatan kemasyarakatan.


Sebagai tempat untuk belajar ilmu agama, menjalankan ritual ibadah dan menyelenggarakan kegiatan kemasyarakatan, maka dibangunlah Masjid. Sebelum berdiri masjid di Pesantren Mahasiswa Al Hikam terlebih dulu dibangunlah satu surau (Surau At Taubah) di kampung Janti (Cengger Ayam dalam) sebagai tempat beribadat masyarakat Janti. Kemudian mengingat perkembangan dari kegiatan keagamaan khususnya terkait dengan itikad untuk membangun pesantren mahasiswa maka dibangunlah Masjid Al Ghazali tepat di Jalan Cengger Ayam, yang kemudian berkembang menjadi Pesantren Mahasiswa Al Hikam.

 

Diawali dengan beberapa orang yang shalat berjamaah di masjid, kemudian diadakan pengajian yang diikuti oleh beberapa orang warga sekitar termasuk beberapa mahasiswa akhirnya berdiamlah beberapa santri yang menempati bilik di samping Masjid Al Ghazali. Dari beberapa santri pertama inilah kemudian berkembang sedikit demi sedikit sampai saat ini menjadi ratusan santri.


Pesantren Mahasiswa Al Hikam bercita-cita untuk menggabungkan sisi positif perguruan tinggi dan pesantren untuk mewujudkan generasi yang mempunyai penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbudi pekerti luhur serta memiliki kepribadian dengan tetap memegang budaya dan semangat keIndonesiaan.

 

MOTTO PESANTREN

- Amaliah Agama

- Prestasi Ilmiah

- Kesiapan Hidup

 

JIWA PESANTREN

- Ikhlas Dalam Beramal

- Jujur dalam bersikap

- Sederhana dalam Hidup

- Santun dalam bergaul

- Mandiri dalam bersaha

- Berjuang bersama-sama

 

Sistem Pendidikan


Sistem pendidikan pesantren dilakukan untuk mengembangkan potensi fitrah manusia: fikriyah, ruhaniyah, jasmaniah. Di Pesantren Mahasiswa Al Hikam tiga potensi fitrah tersebut didekati dengan tiga bidang pendidikan yakni : bidang pengajaran, bidang kepengasuhan dan bidang kesantrian. yang ketiganya dilakukan secara bersama-sama.

 

a.     Pengajaran

Adalah proses pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar di kelas oleh santri dan ustadz dalam serangkaian mata dirasah. Selain itu juga ditunjang dengan kegiatan-kegiatan keilmuan (seminar, diskusi kelompok) yang diselenggarakan oleh organisasi santri dan kelompok-kelompok kajian yang ada.


Melalui proses ini diharapkan akan terbangun wawasan yang luas, cara berfikir yang logis dan pemahaman yang utuh terhadap hasanah keilmuan Islam termasuk bidang studi yang ditekuni di perguruan tinggi masing-masing.

 

b.    Kepengasuhan

Adalah bidang pendidikan di Al Hikam yang memberikan tekanan pada pembentukan mental dan rasa santri mahasiswa melalui kegiatan-kegiatan ubudiyah : shalat berjamaah, dzikir, istighotsah, puasa. Juga melalui pendampingan-pendampingan sehingga dalam diri santri tumbuh nilai kemanusiaan yang dilandasi dengan nilai ke Islaman.

 

c.     Kesantrian

Adalah bidang pendidikan di Pesantren Mahasiswa Al hikam yang lebih banyak menekankan pada sisi kreatifitas, inisiatif, kepekaan, keberanian dan kecakapan santri dalam bidang-bidang yang diminati.


Karenannya dalam proses ini seluruh kegiatan direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi sendiri oleh santri melalui Organisasi Santri Pesantren Mahasiswa Al Hikam (OSPAM) dengan berbagai kegiatan : seni, olahraga, pengabdian masyarakat, kewirausahaan, lingkungan berbahasa, diskusi-diskusi, kegiatan kerumahtanggaan. Dalam hal ini asatidz/ pembina bersifat sebagai pendamping dan pengarah.

 

Sarana dan Prasarana Pesantren Mahasiswa Al-Hikam

 

Pusat kegiatan Santri mahasiswa


Masjid

 

Masjid di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam menempati posisi sentral sebagai sarana pembinaan mental-spiritual dan tempat pelaksanaan ibadah sehari-hari, seperti:

-       Sholat Jama'ah lima waktu dan sholat-sholat sunnah

-       Pengajian Al-Qur'an dan Kitab-kitab keagamaan

-       Istighotsah / Tahlil

-       I'tikaf

 

Ruang Belajar

 

Ruang Belajar adalah tempat proses pembelajaran, pengajaran dan penanaman nilai-nilai dan ajaran Islam serta wawasan pengetahuan umum yang dipandang perlu.


Asrama atau Pondok

 

Asrama/Pondok merupakan sarana transformasi, aktualisasi diri melalui interaksi sosial (mu'amalah) sesama Santri mahasiswa, Santri mahasiswa dengan Ustadz, Santri mahasiswa dengan Kyai di dalam lingkungan Pesantren.


Kegiatan di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam yang dirancang untuk mengembangkan ketrampilan berorganisasi Santri mahasiswa adalah:

-       OSPAM (Organisasi Santri mahasiswa Pesantren Mahasiswa Al-Hikam)

-       BEM ( Badan Eksekutif Mahasiswa) STAI Ma'had ‘Aly Al-Hikam


Beberapa unit kegiatan yang mendukung para Santri mahasiswa dalam proses transformasi dan aktualisasi diri, antara lain:

-       Kelompok Kajian dan Penelitian Ilmiah

-       English Club

-       Kelompok Seni Budaya

-       Pengembangan bakat dan hobby


Masyarakat


Pesantren Mahasiswa Al-Hikam merupakan bagian dari masyarakat, ia lahir dan dibesarkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, Pesantren Mahasiswa Al-Hikam selalu menjaga dan membina hubungan silaturrahim dengan masyarakat melalui kegiatan sosial kemasyarakatan dan keagamaan, baik yang terprogram maupun insidental..


Fasilitas Pendukung


Pesantren mahasiswa Al-Hikam secara berkala melakukan peningkatan dan pengembangan fasilitas yang dapat mendukung proses pendidikan dan peningkatan dan pengembangan prestasi akademik Santri mahasiswa.


AISAL (Al-Hikam Integrated Self Access Learning)


AISAL merupakan salah satu program pendidikan di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam gabungani dari beberapa unit sumber informasi ilmu pengetahuan yang dapat diakses secara mandiri oleh Santri mahasiswa (active learning.) Beberapa unit sumber informasi ilmu pengetahuan tersebut terdiri dari:

-       Printed material

-       Digital material

-       Audio-visual material

-       Virtual material


Laboratorium Bahasa


Laboratorium Bahasa sebagai sarana pembinaan dan pengembangan ketrampilan bahasa Arab dan Inggris yang meliputi; speaking, listening, reading dan writing.


Pembinaan Bahasa


Pesantren Mahasiswa Al-Hikam menekankan pembinaan pada bahasa Arab dan bahasa Inggris. Tujuan pembinaan dua bahasa ini adalah agar santri mahasiswa mampu memahami khazanah ilmu-ilmu Agama dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.Pembinaan bahasa dilakukan secara intensif di dalam kelas, laboratorium bahasa dan asrama.


Fasilitas Olah-raga dan Seni


Untuk merawat dan menjaga kesehatan jasmani para Santri mahasiswa, pihak Pesantren menyediakan beberapa fasilitas olah raga, antara lain;

-       Lapangan Basket.

-       Lapangan Futsal,

-       Meja Pingpong


Seni


Kegiatan kesenian yang ada di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam antara lain:

-       Hadrah

-       Band Santri mahasiswa

-       Sanggar Lukis dan Kaligrafi

-       Fotografi

 

Sinergi


Untuk sampai kepada tujuan pendidikan di Pesantren mahasiswa Al hikam. Santri diberikan kesempatan untuk mengaktualisasikan minat dan bakatnya di berbagai media aktivitas yang ada di pesantren Mahasiswa Al Hikam. Media-media aktivitas tersebut antara lain : organisasi santri pesantren mahasiswa Al Hikam (OSPAM), KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) Al Hikam, Taman pendidikan Al quran Al Hikam, Mini market Al Hikam dan Unit Teknologi Informasi (UTI).


Diharapkan dengan berbagai aktivitas positif di dalam masing-masing unit tersebut santri yang aktif akan memiliki keterampilan dan pengetahuan praktis dalam : mengelola lembaga, mengenal, melayani orang lain dan lingkungan, menyusun program, pengalaman kepemimpinan, keterampilan teknis tertentu yang mungkin tidak didapat secara langsung dari kelas baik di kampus maupun di pesantren.

 

Lokasi

 

Jl. Cengger Ayam 25, Malang, Jawa-Timur, Indonesia 65141

Telp      : +62 341 495375, +62 341 475387

Fax       : +62 341 475387

 

(Do'a of the Day) 21 Rajab 1434H


Bismillah irRahman irRaheem

 

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatinaa qurrata a'yunin waj'alnaa lil muttaqiina imaaman.

 

Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

 

Dari Al Qur’an, Juz 19, Surat Al Furqaan (25), ayat (74).

Cak Nun: Lomba Tidur Selebritis


Lomba Tidur Selebritis

Oleh: Emha Ainun Nadjib

 

Saya menawarkan kepada perusahaan-perusahaan untuk mensponsori Lomba Tidur antar kaum selebritis. Dalam pasal tidur ini, kaum selebritis mampu melakukan tidur yang kebanyakan orang tak sanggup.

 

Pertama, pasal di mana tidur. Di kasur, di karpet, di tikar, di kayu, di lantai keramik, di tanah, di tempat becek, atau sambil berendam di air sungai. Kalau bisanya hanya tidur di kasur, berarti orang awam. Kalau bisa tidur di trotoar dekat bak sampah, baru selebritis namanya.

 

Kedua, posisi badan waktu tidur. Apakah berbaring, posisi duduk, berdiri, miring, atau badan terlipat-lipat karena ruangan sangat sempit. Selebritis disebut manusia spesifik karena sanggup tidur meskipun dalam posisi berdiri dan tidak bersandar.

 

Ketiga, pasal lamanya tidur. Kebanyakan orang tidur antara 6 s/d 8 jam sehari. Selebritis sanggup tidur sekitar 2-3 jam sehari. Kalau diperlukan tiga hari tiga malam tidak tidur ya siap.

 

Keempat, bisakah Anda mencapai effektivitas tidur tanpa memejamkan mata dan tanpa mengistirahatkan badan? Misalnya karena frekwensi tugas-tugas Anda kadangkala memaksa Anda demikian? []

(Tokoh of the Day) KH. Abdul Kholiq Hasyim, Tebuireng, Jombang - Jawa Timur


KH. Abdul Kholiq Hasyim

Berbekal Ilmu Kanuragan, Terapkan Kedisiplinan di Tebuireng

 



 

KH Abdul Kholik Hasyim adalah seorang pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng yang cukup disegani oleh masyarakat. Ia memiliki ilmu kanuragan yang cukup tinggi. Di bawah kepemimpinannya, intensitas pengajian kitab kuning di Tebuireng ditingkatkan.

 

Kelahiran dan Pendidikan


Abdul Kholik Hasyim dilahirkan pada tahun 1916 dengan nama kecil Abdul Hafidz. Beliau adalah putra keenam dari pasangan Kiai Hasyim Asy’ari dan Nyai Nafiqah.


Sejak kecil Abdul Kholik dididik langsung oleh ayahnya sendiri. Setelah dianggap mampu, Abdul Kholik melanjutkan pendidikannya ke pondok pesantren Sekar Putih, Nganjuk. Selepas dari sana, dia meneruskan ke Pesantren Kasingan, Rembang, Jawa Tengah, di bawah asuhan Kiai Kholil bin Harun yang terkenal sebagai pakar nahwu. Belum puas dengan ilmu yang diperolehnya, Abdul Kholik melanjutkan studinya ke Pesantren Kajen, Juwono, Pati, Jawa Tengah.


Pada tahun 1936, dalam usia 20 tahun, Abdul Kholik pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Di sana ia bermukim selama empat tahun sambil memperdalam ilmu pengetahuan. Salah seorang gurunya bernama Syekh Ali al-Maliki al-Murtadha.


Berkeluarga dan Berjuang


Pada tahun 1939, Abdul Kholik pulang ke tanah air. Setahun kemudian, ia menikah dengan salah seorang keponakan Kiai Baidhawi yang bernama Siti Azzah. Pada tahun 1942, Kiai Kholik dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Abdul Hakam. Inilah satu-satunya keturunan Kiai Kholik.


Selama masa revolusi fisik, Kiai Kholik aktif berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI. Sejak tahun 1944, atau satu tahun sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI, Kiai Kholik masuk dalam dinas ketentaraan nasional. Dia menjadi anggota PETA.


Kiai Kholik merupakan orang dekat Jenderal Sudirman bersama kakaknya, Kiai Wahid Hasyim. Kiai Kholik mengundurkan diri dari militer pada tahun 1952 dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel (Letkol), kemudian pergi ke Makkah guna menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya.


Memimpin Tebuireng


Sepulang dari Makkah, Kiai Kholik mampir dulu ke Jakarta menemui Kiai Wahid Hasyim yang saat itu menjadi Menteri Agama. Di sana beliau membicarakan masalah kepemimpinan Tebuireng yang waktu itu dipegang oleh Kiai Baidlawi. Dalam pandangan Kiai Kholik, naiknya Kiai Baidlawi sebagai pimpinan Tebuireng telah merubah tradisi kepemimpinan pesantren yang biasanya diteruskan oleh putra pengasuhnya, bukan oleh menantunya.


Setelah dari Jakarta, Kiai Kholik mampir ke Desa Kwaron, Jombang. Di sana ia tinggal di rumah adiknya yang paling bungsu, Muhammad Yusuf Hasyim. Dari Desa Kwaron Kiai Kholik mengirim utusan ke Tebuireng untuk membicarakan masalah suksesi kepemimpinan Tebuireng dengan Kiai Baidhawi. Mendengar rencana tersebut, Kiai Baidhawi lalu menyerahkan kepemimpinan Tebuireng kepada Kiai Kholik.


Sejak awal kepemimpinannya, Kiai Kholik banyak melakukan pembenahan pada sistem pendidikan dan pengajaran kitab kuning, yang pada tahun-tahun sebelumnya digantikan dengan sistem klasikal. Sebagai pendekar sekaligus bekas tentara, Kiai Kholik menerapkan kedisiplinan yang cukup tinggi di Tebuireng.

 

Langkah pertama yang diambilnya ialah meminta bantuan kakak iparnya, Kiai Idris Kamali (tahun 1953), untuk mengajar di Tebuireng. Kiai Idris diminta untuk mengajarkan kembali kitab-kitab kuning guna mempertahankan sistem salaf, serta melakukan revitalisasi sistem pengajaran.


Dalam memimpin Tebuireng, Kiai Kholik terkenal sangat disiplin. Ini mungkin merupakan pengaruh tidak langsung dari jiwa militernya. Meskipun demikian, Kiai Kholik sangat hormat kepada Kiai Idris, karena dianggap lebih tinggi ilmu spiritualnya. Kiai Idris juga sangat dihormati oleh santri dan masyarakat. Sedangkan Kiai Kholik sebagai pemimpin formal Tebuireng, mengajar kitab-kitab tasawwuf.


Sedangkan Kiai Kholik sangat disegani masyarakat, karena memiliki ilmu kanuragan yang cukup tinggi. Hampir setiap hari tamu-tamu berdatangan ke rumahnya, baik meminta doa-doa atau meminta syarat kesembuhan. Masyarakat percaya bahwa Kiai Kholik mewarisi kesufian dan kekaromahan Kiai Hasyim, sehingga beliau sering melakukan keajaiban-keajaiban tertentu. Konon, Kiai Kholik pernah menurunkan buah kelapa tanpa memanjatnya. Beliau cukup menggerakkan tenaga dari bawah, buah kelapa sudah berjatuhan. Kiai Kholik juga terkenal kebal senjata tajam. Saat terjadi peristiwa G30S PKI, Kiai Kholik memberikan amalan untuk kekebalan dan kesaktian kepada para santri dan masyarakat.


Pada masa penjajahan, Kiai Kholik pernah ditahan oleh tentara Belanda tanpa alasan yang jelas. Beliau dijatuhi hukuman mati. Keluarga dan santri Tebuireng cemas dibuatnya. Pada detik-detik terakhir menjelang eksekusi, Kiai Kholik meminta waktu kepada algojo untuk salat dua rakaat. Seusai salat, Kiai Kholik mengangkat tangan berdoa kepada Allah. Anehnya, setelah itu pihak Belanda menyatakan bahwa Kiai Kholik tidak jadi dihukum mati.


Selain terkenal memiliki karomah tinggi, Kiai Kholik juga memiliki kebiasaan mengoleksi kitab-kitab syair berbahasa Arab (semacam ontologi). Hal ini dapat dilihat dari kitab-kitab peninggalannya yang masih tersimpan rapi di Perpustakaan Tebuireng.


Pada masa Kiai Kholik, madrasah yang telah dirintis oleh para pendahulunya tetap dipertahankan. Saat itu Madrasah Tebuireng terdiri dari tiga jenjang, yakni Ibtidaiyah (SD), Tsanawiyah (SLTP), dan Mu’allimin. Kurikulumnya 70% ilmu agama dan 30% ilmu umum. Pada masa ini pula, Madrasah Nidzamiyah yang dulunya didirikan oleh Kiai Wahid, berganti nama menjadi Madrasah Salafiyah Syafi’iyah.


Polaritas Politik


Di bidang politik, pada masa kepemimpinan Kiai Kholik terdapat polaritas internal di kalangan pemimpin Tebuireng. Pertama, Kiai Kholik mendirikan partai Aksi Kemenangan Umat Islam (AKUI) tahun 1955 dan melarang segala aktivitas politik dan organisasi apapun di Tebuireng. Kedua, Kiai Karim (kakak Kiai Kholik) tetap konsisten menjadi anggota Masyumi. Ketiga, sebagian warga pesantren dan masyarakat Tebuireng mengikuti Partai NU. Padahal Kiai Kholik saat itu melarang segala kegiatan yang berbau NU. Segala aktifitas harus dilakukan di luar pondok. Di pondok hanya untuk ibadah dan mengaji.


Ketika Presiden Soekarno menjatuhkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Kiai Kholik sebagai anggota Konstituante, menentang dengan keras. Dalam pandangannya, jalan musyawarah dan diplomasi masih bisa dilanjutkan. Kiai Kholik mendapat teguran keras atas penentangannya itu, sehingga partai AKUI yang didirikannya dibubarkan. Kiai Kholik kemudian keluar dari politik.


Berpulang ke Haribaan-Nya


Bulan Juni 1965, atau tiga bulan sebelum meletusnya pemberontakan G.30.S/PKI, Kiai Kholik menderita sakit selama beberapa hari. Semua keluarga dan santri Tebuireng cemas dibuatnya. Mereka semua mengharap kesembuhan sang pengasuh. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat dihadang. Beberapa hari setelah itu, Kiai Kholik menghembuskan nafasnya yang terakhir. Inna liLlahi wa inna ilayhi raji’un. Tebuireng pun berduka.


Sebagaimana keluarga lainnya, jenazah Kiai Kholik dimakamkan di komplek pemakaman keluarga Pesantren Tebuireng, diiringi ribuan peta’ziyah yang mengantarkannya hingga ke liang lahat. []

 

(Mustaram/Red:Anam)

(Ngaji of the Day) Alasan Mandi Setelah Keluar Air Mani


Alasan Mandi Setelah Keluar Air Mani

 

Fiqih mengharuskan siapapun yang mengeluarkan air sperma atau air mani baik karena mimpi basah atau karena bersetubuh dengan istri ataupun karena onani (istimta’) wajiblah mandi.

 

Padahal fiqih juga menerangkan bahwa air mani adalah suci (tidak najis), berbeda halnya dengan air kencing yang najis. Pertanyaan yang sering muncul kemudian bagaimana bisa mengeluarkan seseuatu yang suci malah diwajibkan mandi, sedangkan mengeluarkan yang najis cukup dengan bersuci (istinja’ /cebok) saja, dan cukup berwudhu jika ingin menjadi suci?

 

Pertama dalil dari hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Abi Said berbunyi:

 

الماء من الماء

 

Bermula air (kewajiban mandi) itu dari sebab air (keluar air mani)

 

Demikian pula riwayat Ummi Salah ra. bahwa Ummul Sulaim berkata “Ya Rasulullah, bahwa Allah swt tidak malu menyatakan yang haq, apakah wajib seorang perempuan mandi apabila ia mimpi jimak?” Rasulullah menjawab “ya, apabila ia melihat air (mani)”.

 

Kedua hadits di atas merupakan dasar yang telah disepakati oleh para Imam Fiqih, bahwa mengeluarkan mani mewajibkan seseorang mandi. Adapun mengenai kesucian air mani adalah pernyataan Rasulullah saw dalam haditsnya ketika ditanya seseorang mengenai mani yang terkena pakaian, beliaupun menjawab:

 

إنما هو بمنزلة المخاط والبصاق وإنمايكفيك أن تمسحه بخرقة أو إذخرة

 

Bahwasannya mani itu setingkat dengan ingus dan ludah, cukuplah bagimu menyapunya dengan percikan air atau idzkhirah (sebangsa rumput wangi).

 

Jika dalil-dalil tersebut dengan jelas menerangkan kesucian mani dan kewajiban mandi karena keluar mani, tetapi dalil-dalil itu belum menggambarkan adanya hubungan sebab-akibat (keluar mani yang suci mengakibatkan wajib mandi).

 

Sebagian ulama seperti yang ditulis oleh Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid, menjelaskan bahwasannya alasan (illat) diwajibkannya mandi ketika keluar mani adalah adanya rasa nikmat dan lezat yang mengiringi keluarnya mani itu. Maka mereka yang berpendapat demikian tidak mewajibkan mandi bagi orang yang keluar mani tanpa rasa nikmat seperti mereka yang teramat pulas dalam tidur, maka ia tidak diwajibkan mandi.

 

Hal ini mungkin dapat dijadikan alasan mengenai proses diwajibkannya mandi, tetapi belum bisa menjawab asal masalah “mengapa mengeluarkan barang yang suci harus mandi, sedangkan mengeluarkan air kencing yang najis tidak perlu mandi?”

 

Bahwasannya dalam catatan ilmu kedokteran ‘ilmut thibb’ diterangkan dalam sekali tumpahan mani terdapat 2 000 000 000 (dua milyar) benih kehidupan spermatozoid. Maka siapapun yang keluar mani akan kehilangan energy sebanyak itu. Sebagai dampaknya orang yang keluar mani akan segera lemas dan berkurang tenaganya. Hal ini tidak bisa dipulihkan hanya dengan membasuh dzakar ataupun alat kelamin saja. Tetapi harus dengan cara membasahi badan secara merata terutama dengan air hangat.

 

Oleh karena itu sebaiknya setelah keluar mani segeralah mandi, agar tubuh kuat kembali. Ini sangat berbeda dengan mengeluarkan air kencing yang hanya mengandung kotoran dari dalam tubuh manusia. Dan cukup dengan membersihkan alat keluarnya. Meskipun keduanya (air mani dan air kencing) keluar dari lubang alat yang sama tetapi keduanya adalah materi yang bebeda. Wallahu a’lam. []

 

Sumber: NU Online

Kamis, 30 Mei 2013

(Do'a of the Day) 20 Rajab 1434H


Bismillah irRahman irRaheem

 

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Rabbanaa ishrif 'annaa 'adzaaba jahannama inna 'adzaabahaa kaana gharaaman, innahaa saa-at mustaqarran wa muqaaman.

 

Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.

 

Dari Al Qur’an, Juz 19, Surat Al Furqaan (25), ayat (65 – 66).

BamSoet: 'Ksatria' dan Srikandi Century

‘Ksatria’ dan Srikandi Century

Bambang Soesatyo
Anggota Tim Pengawas
Penyelesaian Kasus Bank Century DPR RI

SRI Mulyani siap mempertanggungjawabkan Rp 632 miliar dana talangan Bank Century. Lalu, siapa yang akan mengambilalih tanggung jawab atas sisa dana talangan lebih dari Rp 6 triliun? Rakyat masih menunggu seorang ksatria yang berani tampil mengungkap kebenaran.
                            
Beberapa hari setelah tim penyidik KPK kembali ke tanah air setelah memeriksa Sri Mulyani di Kedutaan Besar RI di Washington DC, Amerika Serikat, komunitas pers di Jakarta mendapat bocoran hasil pemeriksaan atau pengakuan Sri Mulyani selaku mantan Menteri Keuangan/Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Dia diperiksa terkait dana talangan Rp 6,7 triliun untuk Bank Century
                    
Bocoran informasi dari tim KPK tentang hasil pemeriksaan Sri Mulyani tidak baru. Sebab, disebutkan bahwa Direktur Bank Dunia itu, semasa menjabat Ketua KSSK, menyetujui dana talangan Rp 632 miliar. Tidak baru karena di hadapan Rapat Pansus DPR untuk Hak Angket Bank Century, awal Januari 2010,dia sudah menegaskan hal yang sama.

Kepada Pansus DPR waktu itu, dia tegaskan bertanggung jawab penuh atas keputusan penyelamatan Bank Century berdasarkan data awal nilai bailout dari BI sebesar Rp 632 miliar. Angka Rp 632 miliar ditetapkan BI sebagai acuan menangani Bank Century.

Model pertanggungjawaban seperti ini tentu saja aneh. Keanehan ini saja sudah menjadi petunjuk yang sangat jelas bahwa bailout Bank Century sarat masalah. Sebab, keputusan dan pertanggungjawaban KSSK mestinya bulat alias satu suara. Bukankah KSSK hanya beranggotakan Menteri Keuangan sebagai ketua merangkap anggota, dan Gubernur BI sebagai anggota. KSSK memang bertugas memelihara stabilitas sistem keuangan melalui pencegahan dan penanganan krisis. Salah satu pekerjaannya adalah mengevaluasi skala dan dimensi masalah likuiditas atau solvabilitas bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) yang ditengarai berdampak sistemik.

Tentu saja aneh kalau Ketua KSSK hanya mau mempertanggungjawabkan Rp 632 miliar dari total dana talangan yang Rp 6,7 triliun itu. Padahal, bagi siapa pun di republik ini, angka Rp 6,7 triliun itu dimaknai sebagai keputusan bulat KSSK. Kalau menjadi keputusan KSSK, berarti keputusan itu kolektif; produk ketua KSSK (menteri keuangan) dan anggota (Gubernur BI).  Bukan keputusan personal. Mengikuti logika ini saja, KPK seharusnya sudah melakukan pendalaman kasus sejak awal 2010.

Ketidakberesan dalam menghitung nilai baiout menjadi semakin gamblang ketika publik menyimak penuturan mantan Presiden Jusuf Kalla seputar curahan isi hati Sri Mulyani kepadanya. Kepada Kalla, Sri Mulyani mengaku merasa tertipu dengan data yang diberikan BI dalam keputusan bailout Bank Century. Hal ini dituturkan Kalla di forum rapat Pansus Bank Bank Century, 14 Februari 2010.

Kalla merinci, Sri Mulyani menemuinya di kediaman resmi wakil presiden pada 30 September 2009. Dalam pertemuan empat mata itulah Ketua KSSK itu mengaku tertipu dengan pembengkakan nilai penyelamtan Bank Century. Awalnya BI merekomendasikan dana talangan yang diperlukan Bank Century hanya Rp 632 miliar. Ternyata, nilai bailout membengkak menjadi Rp 6,7 triliun.                               

Menanti Ksatria

Dari situasi yang demikian, konstruksi persoalannya sudah sedemikian gamblang. Sudah cukup alasan bagi KPK pada tahun itu memanggil, memeriksa atau meminta pertanggungjawaban dari Ketua dan anggota KSSK saat itu.

Setidaknya, persoalan pertamanya adalah Ketua KSSK secara tidak langsung sudah menyatakan sikapnya menolak mempertanggungjawabkan nilai talangan yang besarnya lebih dari Rp 6 triliun itu. Sebab, dia tetap berpegangan pada angka Rp 632 miliar. Konstruksi permasalahan yang demikian mestinya sudah sangat memudahkan KPK membidik pihak yang paling layak dimintai pertanggungjawabannya atas Rp 6 triliun lebih dana talangan Century. Publik yang awam hukum pun akan dengan mudah langsung menunjuk hidung. Siapa lagi kalau bukan Gubernur BI saat itu yang juga anggota  KSSK?

Bahkan, berkait dengan besaran nilai dana talangan itu, Menteri Keuangan/Ketua KSSK terang-terangan mengaku kepada Wakil Presiden bahwa dia telah dibohongi BI. Namun, pada tahun itu, KPK belum juga bergerak sekalipun Kasus penipuan terhadap seorang pejabat tinggi negara ini bahkan sudah dibeberkan di ruang publik. Katakanlah benar bahwa tidak ada indikasi tindak pidana korupsi dalam penyelamatan Bank Century. Tetapi, bukankah tindak penipuan oknum BI kepada Menkeu/Ketua KSSK dalam konteks persoalan itu sudah layak untuk ditangani oleh penegak hukum?
                                                                  
Kalau Sri Mulyani sudah mengaku siap mempertanggungjawabkan dana talangan Rp 632 miliar, masyarakat berharap pihak lain yang ikut merumuskan dana talangan menjadi Rp 6,7 triliun segera tampil secara ksatria menjelaskan pertanggungjawabannya. Mudah-mudahan, KPK jernih menangkap dan memahami aspirasi.

Sebab, terus mengambangkan proses hukum skandal ini akan merongrong  wibawa semua institusi hukum. Sulit untuk menghilangkan skandal ini dari ingatan publik. Lihatlah, ratusan mahasiswa anggota aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa seluruh Indonesia menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung KPK, Selasa (21/5), Mereka mendesak KPK segera menuntaskan mega skandal ini. Mereka juga mendesak KPK memeriksa Wakil Presiden Boediono.
                
Komunitas waria pun tak mau ketinggalan menyuarakan aspirasinya. Puluhan waria anggota Aliansi Waria Anti Korupsi (AWAK), di hari yang sama dengan aksi BEM se-Indonesia. juga menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung KPK. Mereka menuntut KPK segera menuntaskan proses hukum skandal Bank Century dan kasus korupsi lainnya.

Sudah sangat jelas bahwa kasus Century akan menjadi megaskandal tak terlupakan. Sudah barang tentu bakal masuk catatan sejarah bangsa. Kinerja semua institusi penegak hukum era terkini akan dicatat dengan tinta emas jika skandal besar ini bisa diselesaikan sebagaimana mestinya, proporsional dan tanpa rekayasa melindungi sosok-sosok yang mendalangi pencurian besar-besaran atas kekayaan negara ini. Pencurian oleh sekelompok orang dengan modus menyalahgunakan kekuasaan dan kewenangan mereka.

Namun, pekerjaan untuk menyelesaikan kasus ini menjadi tidak mudah dan butuh waktu panjang. Rakyat Indonesia pun dipaksa terus bersabar. Ada keyakinan di sebagian kalangan bahwa kasus ini pada akhirnya bisa dituntaskan. Namun, bagi masyarakat kebanyakan, persoalannya bukan sekadar dituntaskan dengan menjadikan mereka yang lemah sebagai korbannya. Bagaimana pun, ini adalah pencurian uang negara yang dibungkus dengan paket kebijakan memberi dana talangan untuk menyelamatkan bank bermasalah. Sosok-sosok yang mengotaki ‘kebijakan’ itulah yang seharusnya dihadapkan ke muka hukum.

Baru-baru ini, upaya Tim Pengawas (Timwas) DPR menggelar rekonstruksi fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP) kepada Bank Century gagal, karena ketidakhadiran pimpinan KPK. Kegagalan itu tentu saja sangat mengecewakan. Karenanya, rekonstruksi proses pemberian FPJP oleh Timwas DPR harus ditunda.

Pimpinan KPK tidak hadir dengan alasan menjaga obyektivitas dan menghindari konflik kepentingan dalam penanganan perkara Bank Century. Seperti itulah kompleksitas proses hukum sebuah kasus di negara ini. Alasannya, rapat Timwas DPR itu juga dihadiri sejumlah pihak yang sudah dan yang akan dimintai keterangan oleh KPK.

Selain pimpinan dan penyidik KPK yang menangani kasus Bank Century, pihak lain yang diundang dalam rapat itu adalah pejabat BI yang menerima surat kuasa Gubernur BI, meliputi Eddy Sulaiman Yusuf (Direktur Direktorat Pengelolaan Moneter), Sugeng (Kepala Biro Pengembangan dan Pengaturan Pengelolaan Moneter), dan Doddy Budi Waluyo (Kepala Biro Operasi Moneter). Mempertemukan mereka dengan jajaran KPK dinilai tidak pada tempatnya. []



Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

(Hikmah of the Day) Toleransi Hasan Bashri Bertetangga Nasrani


Toleransi Hasan Bashri Bertetangga Nasrani

 

Kekaguman para sahabat dan murid-muridnya tak menggetarkan pribadi Hasan al-Bashri untuk tetap hidup penuh kesederhanaan. Di rumah susun yang tidak terlalu besar ia tinggal bersama istri tercinta. Di bagian atas adalah tempat tinggal seorang Nasrani. Kehidupan berumah tangga dan bertetangga mengalir tenang dan harmonis meski diliputi kekurangan menurut ukuran duniawi.


Di dalam kamar Hasan al-Bashri selalu terlihat ember kecil penampung tetesan air dari atap kamarnya. Istrinya memang sengaja memasangnya atas permintaan Hasan al-Bashri agar tetesan tak meluber. Hasan al-Bashri rutin mengganti ember itu tiap kali penuh dan sesekali mengelap sisa percikan yang sempat membasahi ubin.


Hasan al-Bashri tak pernah berniat memperbaiki atap itu. “Kita tak boleh mengusik tetangga,” dalihnya.


Jika dirunut, atap kamar Hasan al-Bashri tak lain merupakan ubin kamar mandi seorang Nasrani, tetangganya. Karena ada kerusakan, air kencing dan kotoran merembes ke dalam kamar Sang Imam tanpa mengikuti saluran yang tersedia.


Tetangga Nasrani itu tak bereaksi apa-apa tentang kejadian ini karena Hasan al-Bashri sendiri belum pernah mengabarinya. Hingga suatu ketika si tetangga menjenguk Hasan al-Bashri yang tengah sakit dan menyaksikan sendiri cairan najis kamar mandinya menimpa ruangan Hasan Al-Bashri.


“Imam, sejak kapan engkau bersabar dengan semua ini,” tetangga Nasrani tampak menyesal.


Hasan al-Bashri hanya terdiam memandang, sambil melempar senyum pendek.


Merasa tak ada jawaban tetangga Nasrani pun setengah mendesak. “Tolong katakan dengan jujur, wahai Imam. Ini demi melegakan hati kami.”


Dengan suara berat Hasan al-Bashri pun menimpali, “Dua puluh tahun yang lalu.”


“Lantas mengapa engkau tidak memberitahuku?”


“Memuliakan tetangga adalah hal yang wajib. Nabi kami mengajaran, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangga’. Anda adalah tetangga saya,” tukasnya lirih.


Tetangga Nasrani itu seketika mengucapkan dua kalimat syahadat. []

 

(Mahbib Khoiron)

(Ngaji of the Day) Islam-ku


Islam-ku

Oleh: Misbahul Ulum


Salah satu dari fungsi terpenting agama Islam diturunkan adalah sikap korektif terhadap budaya-budaya atau sejarah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Distorsi sejarah yang menyimpang seperti inilah yang di namakan sebagai bentuk dehumanisasi. Disinilah Islam lahir dengan peran untuk mengembalikan nilai-nilai kemanisiaan yang telah lama terabaikan.


Sesungguhnya agama Islam merupakan agama yang prinsip-prinsipnya tidak hanya didasarkan pada ritual atau spiritual yang bersifat spekulatif. Namun sebenarnya yang paling fundamental adalah Islam menjaga serta memelihara agar nilai-ailai kemanusiaan tidak dimanipulasi atau diselewengkan oleh sejarah. Dengan demikian tidak salah jika Islam merupakan agama nilai.dimana dalam eksistensinya senantiasa menegakkan nilai nilai kemanusiaan sebagaimana mestinya.


Ketika telah disadari bahwa Islam adalah agama nilai, maka konsekuensi logis yang muncul adalah Islam tidak menghendaki adanya pemaksaan, penindasan, dan tidak menghendaki adanya kekerasan selama akal sehat dan hati nurani kemanusiaan masih bisa tumbuh secara wajar.


Dengan demikian bentuk interpretasi Islam dalam sejarah haruslah tetap memperhatikan cita-cita kemanusiaan yang lebih tinggi, yang bisa di fahami oleh siapa saja. Maka dari itu bagi seseorang yang mengaku Islam, disitulah ada tanggung jawab yang besar untuk tetap memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan jangan justru lari dari realitas kehidupan yang ada.


Pada dasarnya keberagamaan merupakan sebuah proses bagi setiap individu yang merasa religius. Tentu hal ini sangat dipengaruhi oleh tradisi dan lingkungan dimana individu itu berada. Jika hal itu benar, maka akibatnya banyak orang yag memiliki kesadaran beragama tetapi sebenarnya kesadaran itu hanya sekedar ikut-ikutan tanpa kepekaan yang bersifat substantif. Nah, inilah yang sangat membahayakan ”keberagamaan semu”, ketika pengalaman serta romantisme ritual menentramkan batin sesorang, telah membunuh kepekaan dirinya sebagi makhluk sosial yang bertanggungjawab melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi.


Kemajuan di berbagi bidang serta era gobalisasi yang tak mengenal batas wilayah manusi serta kebudayaan lokalnya, ternyata telah membawa perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan umat beragama. Saat inilah kita dihadapkan pada pluralitas kebenaran, pluralitas jati diri serta pluralitas sosial. Jawaban Islam terhadap pluralisme adalah sebuah keharusan.


Dalam perubahan sosial yang sedemikian ini, maka rasanya janggal manakala agama tidak membaca kemunkaran sosial yang terjadi dengan menumbuhkan kesadaran untuk lebih memihak kepada yang lemah, dari pada sekedar menyediakan ruangan rohani dan spiritual yang harmonis bagi beragam orang yang ingin soleh dan tenang dalam hidupnya, tanpa menumbuhkan gejolak iman yang risau terhadap penderitaan orang-orang yang lapar, tergusur, serta tertindas.


Islam dan politik identitas


Salah satu pertanyaan yang sesuai dengan perkembangan politik sekarang ini adalah ” Apakah Islam dapat dijadikan sebagai identitas kolektif dalam rangka gerakan prodemokrasi ??. Pertanyaan itu tidak berlebihan mengingat pentingnya Islam sebagai legitimasi politik rakyat sudah terlalu kuat, maka perlu peran Islam sebagai perlawanan untuk pemberdayaan politik bagi rakyat. Dengan itu, rakyat bisa muncul ke permukaan dengan sehat untuk ikut melakukan reformasi politik. Namun, pada masa orde baru tampaknya Islam malah terjebak dalam agenda Kesalehan, dakwah Islam semakin bergebyar dimana-mana.sementara kegiatan politik yang lebih mendukung kemapanan politik Islam tidak mendapat perhatian yang serius. Kebingungan politik Islam itu tercermin ketika ulama tidak lagi mampu membaca dan mendengarkan hati nurani dan penderitaan umat.


Sekarang memang sudah saatnya harus berani melakukan rekonstruksi terhadap Islam ”Saleh” dan menempatkan orientasi simbolis Islam dalam pergulatan politik kedaulatan rakyat dan kepentingan warga negara. Islam saleh yang cenderung berbicara mengenai pentingnya mencari pahala dengan intensitas ritus yang ekspresif sudah saatnya dikonfrontasikan. Tidak hanya mendekatkan diri kepada Tuhan saja. Namun kita perlu menunjukan ”wajah Tuhan yang adil” kepada kaum yang tertindas, agar mereka tidak memiliki anggapan bahwa Tuhan tidak adil.


Karena itu kekuatan Islam yang berani berkata TIDAK dalam melihat kemunkaran politik rasanya harus dibuka lebar-lebar agar dakwah Islam tidak hanya menjadi misionaris yang a-politis terhadap tantangan kemanusiaan dalam dehumanisasi politik.


Transformasi nilai agama dalam kehidupan sehari-hari


Dalam era yang serba maju ini, umat Islam dituntut untuk senantiasa mengikuti perkembangan zaman, dengan harapan umat Islam tidak di anggap sebagai umat terbelakang. Namun mengikuti perkembangan disini bukan berarti ikut larut dalam arus westernisasi. Seringkali ketika umat Islam dihadapkan dengan fenomena baru cenderung untuk menolak dengan dalih hal itu tidak ada dalam Al-Qur’an dan Hadis. Kebanyakan beranggapan bahwa yang penting beribadah kepada Tuhan nanti pasti masuk surga. Tentu hal ini akan membawa kebuntuan berfikir yang nantinya justru menjadi bumerang bagi umat Islam sendiri.


Sekarang agaknya kurang tepat jika kita hanya meributkan soal komunitas-komunitas yang hanya sekedar untuk mencari otoritas kebenaran, yang justu itu akan menimbulkan peng-klaiman suatu kebenaran atas komunitas tertentu dan mengangap komunitas diluar itu adalah salah. Pada dasarnya kebenaran mutlak hanyalah milik ALLAH yang maha Agung. Maka ketika kita sepakat akan hal itu, konsekuensi logisnya adalah mau tidak mau kita harus meng-iakan adanya kebenaran relative. Dengan demikian idealnya tidaklah perlu menyalahkan kebenaran dari orang lain dengan otoritas kebenaran yang kita miliki. Karena setiap kebenaran berdiri diatas dasar kebenaranya masing-masing.


Maka dari itulah sudah saatnya kita merubah pola fikir kita. Bahwa kegiatan keagamaan tidak hanya sebatas ritual-ritual yang bersifat vertikal kepada sang pencipta saja. Disamping itu hubungan yang bersifat horizontal juga perlu diperhatikan mengingat kita adalah makhluk sosial.


Bagi mereka yang memiliki pemahaman agama secara tekstual saja, tentu akan merasa terkurung oleh dogma-dogma agama ketika di hadapkan dengan perkembangan zaman. Dan mereka cenderung asyik dengan ritual-ritual untuk mencari ketenangan batin. Padahal sebenarnya agama tidak pernah membatasi pemeluknya untuk skeptis terhadap perkembangan zaman. Justru merupakan suatu anjuran bahwa manusia sebagai kholifah di bumi harus senatiasa berfikir demi terciptanya agama yang Rohmatan Lil ’Alamiin.


Pemahaman-pemaham Islam secara tekstual serta kontekstual yang di korelasikan dengan fenomena kekinianlah kiranya yang mampu membawa agama Islam sebagai agama rahmatan lil ’alamiin. Jadi orang-orang yang berada diluar Islam pun akan meng-iakan bahwa Islam bukanlah agama yang menakutkan, radikal. Tapi Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta agama yang cinta damai.


Ketika seluruh umat Islam memiliki pemahaman yang dalam tentang dogma-dogma agama, tentunya kegiatan kagamaanya tidak sebatas ritual-ritual saja. Namun mereka akan merasa terbebani dengan adanya kemungkaran sosial yang terjadi dimana-mana, dan berusaha untuk mengembalikanya pada nilai-nilai kemanusiaan. Maka terciptalah Islam yang rahmatan lil alamiin. Karena ketika kita sepakat bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamiin (rahmat bagi seluruh alam), disitu terdapat tanggungjawab yang besar bagi umat Islam untuk senantiasa memelihara rasa aman dan nyaman terhadap orang-orang diluar Islam. Dan Umat Islam mampu berjajar dengan dengan perkembangan zaman tanpa menghilangkan esensi kagamaanya.


Yang terpenting dalam proses taranformasi nilai-nilai keIslaman dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai koridor Islami. Artinya dalam urusan ibadah maghdhah (ibadah yang bersifat vertikal kepada sang Kholiq) kita tetap berpegang pada Al-qur’an dan Sunnah ”tidak boleh membuat-buat sendiri”. Namun untuk urusan ibadah yang ghoiru maghdhah (mu’amalah atau hubungan sosial sesama manusia) kita di beri kebebasan untuk melakukan kretivitas dengan catatan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunnah. []


*Anak muda NU

Rabu, 29 Mei 2013

(Do'a of the Day) 19 Rajab 1434H


Bismillah irRahman irRaheem

 

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Rabbi a'uudzubika min hamazaatisy syayaathini wa a'uudzubika rabbi an yahdhuruuni.

 

Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik.

 

Dari Al Qur’an, Juz 18, Surat Al Mu’minuun (23), ayat (118).

Mereka Menanti Kereta

Tuuut tuuuut... jejes jejes, jejes jejes... mereka menanti sang idaman hati.

Peran NU dalam Pembangunan Istiqlal


Peran NU dalam Pembangunan Istiqlal

 

Usaha Soekarno untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa besar tidak main-main, selain memproklamirkan kemerdekaan, upaya mencarikan landasan berbangsa dengan menggali sejarah juga dikerjakan. Selain itu upaya untuk menegakkan harga diri bangsa dengan mencipta karya menumental juga diusahakan. Maka sejak kemerdekaan kajian sejarah digalakkan dan pembangunan sarana pendidikan serta pembuatan monumen mulai dari Masjid Istiqlal (kemerdekaan), Patung Pemuda, Patung Tani, Tugu Selamat datang dan termasuk Monumen Nasional (Monas). Ini bukan proyek mercusuar seperti dituduhkan lawannya yang pro-kolonial. Tetapi ini sebuah simbol tegaknya sebuah bangsa yang mandiri dan bermartabat.

 

Untuk melaksanakan niat tersebut tentu tidak mudah, selain tidak punya biaya, juga tantangan dari para musuhnya juga banyak. Suatu ketika atas desakan warga NU, Saifuddin Zuhri usul menemui Bung Karno, “Kenapa Bung mendahulukan pembangunan Monas padahal Istiqlal belum selesai, mendingan diselesaikan dulu Istiqlalnya baru membangun Monas.”

 

“Bukan begitu Bung Saifuddin jawab Bung Karno. “Pembangunan Istiqlal tetap merupakan cita-cita tertinggi saya, tetapi membangun watak bangsa ini juga tidak kalah pentingnya, yang disimbolkan dalam Monas itu, you tahu kalau Monas ini gagal saya selesaikan, kemudian saya meninggal, maka tak seorangpun mau melanjutkan, tetapi kalau Istiqlal tidak berhasil saya selesaikan, maka seluruh umat Islam akan tergerak menyelesaikan. Tetapi percayalah saya juga akan segera selesaikan itu Istiqlal.

 

“Baguslah Bung,” sahut Saifuddin. “Kami dari NU akan selalu mendukung gagasan besar Bung”.

 

Lalu malah Bung Karno balik bertanya pada Saifuddin Zuhri, apakah ente tahu riwayat Masjid Istiqlal itu.

 

Ya itu kan bekas benteng Belanda jawab Saifuddin. O.. bukan, ente keliru. Tempat itu bekas masjid yang dirobohkan kompeni untuk dijadikan benteng tegas Bung Karno. “Karena itu benteng kuhancurkan lalu kubangun sebuah masjid terbesar di Asia Tenggara, hebat nggak presidenmu ini” tanya Bung Karno membanggakan diri. “Ya tentu sajalah, kalau tidak hebat kan tidak dipilih jadi presiden Bung.”

 

Bung Karno agak kesal dengan jawaban Saifuddin yang datar-datar saja, seolah tak mengagumi kehebatannya. Akhirnya pembangunan terus dilanjutkan, tetapi karena saking besarnya biaya berapapun yang dimasukkan habis, sementara masjid tak kunjung selesai. Sementara proses pembangunan terus dijalankan. []

 

(Munim DZ)