Mengekang Nafsu demi Keselamatan Bangsa
Rasulullah saw pernah bersabda
“Walaupun engkau shalat sampai bungkuk, dan puasa sampai kurus seperti tali
tampar, semua itu tidaklah diterima Allah swt tanpa wira’i”. Mengapa konsep
wira’i demikian penting? Karena konsep itulah yang dapat menyelamatkan bangsa
dan negeri ini dari kebangkrutan.
إن الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين
كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا
الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله.
ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم
تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم
مسلمون
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang
Berbahagia
Marilah kita renungkan betapa
diri ini selalu terkesima dengan kemewahan dunia, yang tidak jarang menyeret
kita dan keluarga serta orang-orang yang kita sayangi menuju api neraka.
Padahal Allah swt dengan jelas memerintahkan kita untuk menyelamatkan iri kita
dan mereka dari api nereka. Hanya dengan bertaqwalah kita dapat mengharap
pertolongan-Nya agar mempermudah diri menunaikan kewajiban menyelamatkan diri
dan keluarga.
Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah
Kita sama-sama merasakan bahwa
gelombang materialisme dalam berbagai lini kehidupan terasa menyempitkan rongga
pernafasan bagi mereka yang tidak tahan dengan godaan. Materialism yang
bergandengan dengan konsumerisme makin menjepit kejujuran dan hati nurani
manusia.
Mereka mendesak manusia untuk
melepaskan diri dari kesederhanaan dan kemiskinan. Seolah tidak adalagi yang
namanya sederhana yang ada hanyalah kemewahan. Tidak adalagi hidup sahaja yang
ada adalah hidup berbelanja.
Materialisme sebuah pemikiran
yang mengedepankan bahwa harta dan dunia adalah segalanya. Kekayaan adalah
nilai tertinggi dalam kehidupan manusia. Harta adalah solusi dan miskin adalah
bencana. Sedangkan konsumerisme adalah polapikir yang menghembuskan
semangat untuk membeli dan berbelanja, tidak untuk memenuhi kebutuhan hidup
tetapi untuk menunjukkan kelas social dan posisi manusia di tengah manusia
lainnya.
Jama’ah yang Dirahmati Allah
Hidup di zaman sekarang ini di
tengah kota besar dan di daerah-daerah yang mulai berkembang. Menata hidup
semakin agak rumit. Bukan karena sulitnya mencari uang, tetapi susahnya
menemukan uang yang halal. Karena zaman dan kondisi memaksa semua hampir
dicampur antara yang halal dan yang haram. Inilah yang disebut dengan syubhat.
Makan di pinggir jalan,
di restoran maupun di warung makan adalah halal, tetapi bila restoran itu
menjual juga berbagai makanan haram, termasuk juga minuman keras, maka makanan
kita menjadi syubhat.
Menerima uang tanda terimakasih
adalah halal, tetapi pemberinya adalah pengelola klub malam maka uang dalam
amplop itu menjadi syubhat. Mengerjakan proyek dari kementrian sebagai rekanan
adalah halal, tetapi bila order itu didapat dengan jalan lelang yang telah
diatur dengan main mata, maka hasil proyeknya menjadi syubhat.
membeli mobil cash atau kredit
dengan dengan akad yang benar adalah halal, tetapi bunga yang terlalu tinggi
dari pihal leashing menjadikan akad kita syubhat. Begitulah seterusnya dan
selanjunya. Betapa hidup ini telah dirundung dengan kesyubhatan. Dan jarang sekali
diantara kita yang mau mengaku dan mau berhati-hati menghindarkan diri dari
syubhat. Hanya karena tuntutan nafsu untuk memiliki dan membeli.
الحلال بين والحرام بين وبينهما أمور متشابهات
Halal adalah perkara
yang jelas dan haram juga perkara yang jelas, diantara keduanya adalah barang
syubhat (barang samar yang tidak jelas)
Tidak maksud khatib
menakut-nakuti akan rumitnya kehidupan ini, tetapi hanya menghabarkan betapa
Negara ini telah mengalami penurunan kwalitas akibat menuruti nafsu syubhat
yang berlarut-larut. Karena jika syubhat terus diikuti dan dituruti maka kita
akan jatuh kepada keharaman, dan keharaman akan menghantarkan pelakunya menuju
lembah kenistaan.
Maasyiral Muslimin
Rahimakumullah
Oleh karena itu, untuk
mengekang nafsu kepemilikan yang bermuara pada konsumerisme dan materialism
yang menjadi patron kehidupan modern. Ada baiknya kita belajar kembali kepada
kebijakan local para sufi tentang wira’i yaitu konsep menjaga perilaku
kehidupan dari berbagai barang syubhat apalagi barang haram.
Karena umumnya manusia
terpeleset karena terlalu banyak menuruti nafsu keinginan. Dan sebagain besar
keinginan itu berada dalam kamar syubhat dan haram, sangat sedikit sekali
keinginan yang beridentitaskan kehalalan. Maka cara menghindarinya adalah dengan
menurunkan nafsu keinginan serendah-rendahnya. Semakin sedikit rasa keinginan
manusia untuk memiliki , semakin sedikit ia tejebak dalam kesyubhatan.
Syaikh Abdullah bin HIjazi
al-Khalwati, dalam Syarah Hikam mengatakan ada empat hal yang dapat digunakan
sebagai pegangan menghindar dari semangat menuruti nafsu keduniawian.
Pertama, Shihhatul yaqin, صحة اليقين yaitu yaqin benar akan adanya rizqi yang
dibagikan oleh Allah swt. Cobalah ingatkan diri kita ketika ingin melakukan dan
mengambil sesuatu yang berbau haram. Ingat bahwa tanpa melakukan itupun Allah
swt akan memberikan rizqinya kepada kita. karena semua makhluk di bumi
ini Allah swt telah siapkan rizqinya masing-masing. Maka janganlah kawatir
tidak mendapat bagian atau terlewatkan.
Bukankah cicak yang tidak
bersayap itu juga medapatkan santapannya dari binatang yang bersayap? Apalagi
kita manusia, yakinlah Allah pasti akan mencukupi kebutuhan kita. Tidak perlu
ada rasa tamak dalam hati kawatir kalau-kalau tidak menadapatkan bagain ini
atau itu. bukankah Allah swt sudah berjanji dengan ayat-Nya
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
Kedua, Kamalut ta’alluqi
birabbil alamin, كمال التعلق برب العالمين menggantungkan
diri sepenuhnya kepada Allah swt. tentang rizqi janganlah sampai menggantungkan
diri pada sesama manusia. Karena hal ini akan menyebabkan kita menjadi seorang
peminta-minta. Seorang pengemis yang selalu mengharapkan berlas kasihan dan
pemberian dari orang lain. Begitu besarnya harapan yang tersimpan dalam diri
hingga mengabaikan rasa malu sebagai peminta-minta. الطمع يزيل الحياء Naudzubillah
min dzalik.
Pengemis di zaman sekarang ini
beraneka ragam, mulai dari pengemis gembel, pengemis bergitar, pengemis
bersorban, hingga pengemis berdasi. Semuanya berawal dari ketidak kuwasaan diri
menghindar dari nafsu keinginan untuk memiliki.
Oleh karena itu, sebagai
seorang muslim yang sedang belajar wira’i maka sebaiknya marilah kita berusaha
sekuat tenaga mencari yang halal, meskipun tidak seberapa. Yang penting usaha
itu tidak merusak ibadah kita kepada Yang Maha Kuasa. Berjualan, menjadi sopir
angkot, menjadi penyemir sepatu, menjadi tukang ojek. Sesungguhnya keringat
yang terkucur itulah tanda kehalalan yang paling otentik.
Suatu ketiak Rasulullah saw
pernah ditanya shabat “ya Rasulullah saya memiliki seekor onta, manakah lebih
baik Saya biarkan dengan bertawakkal, ataukah tali kemudian saya tawakkal?”
Rasulullah saw menjawab “talilah dia kemudian kamu bertawakkal”. Artinya,
pasrah dan menggantungkan diri kepada Allah swt itu boleh dilakukan setelah ada
usaha yang maksimal.
Ketiga,Wujudus sukun
ilaihi, وجود السكون اليهmerasa tenang
dengan apa yang diberikan oleh Allah swt. Bahwasannya hidup dengan kekayaan
atupun kesederhanaan juga hidup kecukupan semuanya dapat diterima dengan lapang
dada. Kekurangan merupakan cobaan kemewahan juga merupakan ujian dari-Nya.
Bagaimanapun keadaan hidup di dunia ini diterima dan dijalani dengan tenang dan
tentram.
Keempat, Thuma’ninatul
qalbi bihi , طمأنينة القلب به merasa tenang ketika ingat bahwa
segala yang berlaku tidaklah lain kecuali kehendak Allah swt. ini adalah urusan
hati. Ketika segalanya berjalan dan terjadi pada diri kita, entah itu membuat
diri kita nyaman atau enggan. Ingatlah dengan pesan Allah dalam Surat Ar-Ra’d
ayat 28
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ
أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Ma’asyiral Muslimin
Rahimakumullah
Demikianlah beberapa langkah
awal belajar wira’i sebagai sarana memagari diri agar tidak terlalu hanyut
dalam pusaran dunia yang sangat kuatnya. Begitu pentingnya posisi wirai hingga
Rasulullah saw dalam haitsnya pernah berpesan sebagaimana diriwayatkan
Imam Dilami
لو صليتم حتى تكونوا كالأوتاد وصمتم حتى تكونوا كالحنايا لم يقبل
الله منكم إلاّ بورع حاجز
Walaupun kamu shalat
seperti lengkung gapura (pintu masjid dalam ideom bahasa Indonesia sering
diupamakan sampai bugkuk), dan kamu puasa hingga seperti tali tampar (karena
saking kurusnya), semua itu tidak diterima oleh Allah swt jika tidak dibarengi
dengan wia’i.
Demikianlah khotbah Jum’ah kali
ini, meskipun sekelumit semoga bermanfaat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا
اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى
اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar