Janji Seekor Unta
Oleh: Husni Mubarok
Dikisahkan oleh Aqil bin Abi Thalib, beliau
berkata, “Suatu hari aku mendampingi Rasulullah SAW, berjalan-jalan di sebuah
desa. Saat di pertengahan jalan, tiba-tiba seekor unta berlari dengan begitu
cepat. Setibanya di depan Rasulullah SAW, ia berhenti. Anehnya, unta itu bisa
bicara, ‘Ya Rasulallah, berikan aku keamanan.’ Di hadapan Rasulullah SAW tak
henti-hentinya unta itu meminta perlindungan pada beliau. Sampai datanglah
seorang badui dengan menghunuskan sebilah pedang mengejar unta tersebut.”
“Apa yang engkau inginkan dari unta tak berdaya ini?” tanya Nabi SAW kepada badui itu.
Dengan terengah-engah badui itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku membeli unta itu dengan sangat mahal, tapi kemudian dia malah membangkang dariku. Ia tidak menuruti apa yang aku perintahkan. Aku pun jadi berang karenanya. Aku ingin menyembelihnya agar aku dapat memanfaatkan dagingnya.”
Mendengar pernyataan si badui tadi, Rasulullah SAW menanyakan unta tersebut, “Mengapa engkau tidak menuruti perintah tuanmu?”
“Ya Rasulallah, bukannya aku mendurhakai tuanku karena ketidak-mampuanku bekerja, melainkan aku mendurhakainya sebab kabilah yang aku tinggal bersama mereka selalu tidur malam sebelum menunaikan salat Isya’ sehingga salatnya terlalaikan. Tapi, jika tuanku mau berjanji kepada engkau tidak lagi meninggalkan salat Isya’, aku pun akan berjanji kepada engkau untuk tidak mendurhakai tuanku selagi aku masih hidup. Sesungguhnya aku takut terkena imbas siksaan dari Allah atas perbuatan mereka,” kata unta itu.
Setelah mengetahui titik permasalah di antara keduanya, maka Rasulullah SAW membuat suatu kebijakan yang saling menguntungkan. Beliau menawarkan kepada badui itu untuk tidak lagi meninggalkan salat Isya’. Badui menyanggupi, dan unta itu diserahkan kepadanya.
Sumber: Buletin Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan – Jawa Timur, Edisi 51
Tidak ada komentar:
Posting Komentar