Kebrobrokan Bathin Merusak Urusan Dhahir
إن الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين
كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا
الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله.
ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم
تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم
مسلمون
Pada kesempatan ini
pertama-tama khatib ingin mengajak diri sendiri dan jama’ah semua untuk
meningkatkan taqwa. Sesungguhnya taqwa itu Bermuda dari mengihdar
larang-larangannya. Seperti halnya menghindar berbagai keburukan yang yang
dijabarkan dalam salah satu hadits pendek:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ثَلاثٌ
مُهْلِكَاتٌ شُحٌّ مُطَاعٌ ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ
بنفْسِهِ
Tiga perkara yang dapat
merusak yaitu, menuruti kebakhilan, mengikuti hawa nafsu dan megagumi diri
sendiri.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Jika kita baca sekilas saja,
hadits ini seolah hanya berfungsi sebagai hadits motifasi, semacam golden
ways, yang memebri tips bagaimana tata cara hidup yang sukses dan benar.
Padahal tidak demikian, karena sesungguhnya teks ini adalah hadits Rasulullah
saw yang kadar kebenarannya seratus persen. Hadits Rasulullah saw bukan sekedar
motifasi yang member janji, tetapi hadits itu berbicara bukti.
Marilah kita ungkap bersama,
bahwa ada tiga hal yang merusak hidup manusia yaitu menuruti kebakhilan,
mengikuti hawa nafsu dan megagumi diri sendiri. Memang ketiga hal ini sangatlah
bersifat bathiniah, karena ketiganya beroperasi dalam hati. Sehingga ketiganya
sangat bersifat individualis dan sangat pribadi sekali.
Tetapi jika dibiarkan, ketiga
masalah tersebut yang bathiniah dan privasi itu akan merusak
tatanan dhahir dan social. Kita akan melihat bagaimana penyakit
hati yang tersimpan rapat dan sangat rahasia ini dapat merusak kehidupan nyata,
kehidupan bermasyarakat, bahkan juga berbangsa dan bernegara. Jika ketiga
penyakit itu menjalar kesebagian besar bangsa ini, maka hadits ini akan berlaku
bagi bangsa Indonesia.
Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati
Allah
Perkara pertama yang dapat
merusak adalah شخ مطاع syukkhun mutha’un (kikir
yang dituruti). Kata syukkun, meskipun memiliki padanan dalam bahasa
Arab bakhil, tetapi kata syukhkhun menunjukkan tingkat kebakhilan
yang lebih tinggi, tidak sekedar pelit atau kikir biasa. Karena jika bakhil itu
bermakna orang yang mempertahankan miliknya jangan sampai kepada orang lain.
Namun sykhkhun lebih dari itu, ia adalah orang yang memepertahakan dan
tidak rela, kalau ada kenikmatan Allah swt yang diberikan kepada orang lain.
Walaupun ia sadari bahwa rahmat dan nikmat itu milik Allah swt dan bukan
miliknya.
Secara tidak langsung, sifat
inilah akar dari sifat madzmumah yang terkenal dan berbahaya yaitu hasud.
Hasud adalah perasaan iri dan dengki dengan kenikmatan dan rahmat yang diterima
orang lain serta menginginkan rahmati itu berpindah kepadanya. Sungguh inilah
karakter terburuk manusia. Kebrobrokan moral yang paling tinggi, dibandingkan
dengan kenakalan remaja dan praktik kekerasan dimanapun juga. Karena tindak
kekerasan hanyalah kembangan dari sifat hasud ini.
Karena itu pantaslah jika
Rasulullah saw berpesan dengan sangat ‘mewanti-wanti’ dalam haditsnya:
أن النبي صلى الله عليه وسلم قال إياكم والحسد فإن الحسد
يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
Jagalah dirimu dari
hasud, akan hasud akan meruntuhkan amal kebajikan sebagaimana api membakar kayu
bakar’
Meski demikian para Jama’ah
yang berbahagia, karena begitu seringnya kita mendengar dan membaca hadits ini,
sehingga telinga terasa familier dan hatipun tidak tergugah. Akibatnya
seringkali kita menganggap hadits ini sebagai intimidasi tak berkelanjutan,
atau sekedar surat peringatan yang tidak pernah ditindak lanjuti. Na’udzubillah
min dzalik, sungguh itu bisikan syaitan yang terkutuk.
Andaikata syukhkhun yang
mengembang menjadi hasud itu berdampak pada hilangnya amal baik, dan
perkara amal itu urusan nanti diakhirat, terus dimanakah bahaya syukhkhun
muthoun dalam kehidupan nyata ini? ada sebuah hadits tentang syukhkhun,
dan hadits ini sangat beroreintasi pada kehidupan bermasyarakat ijtimaiyyah
yaitu
وَالْشحي بَعِيدٌ مِنْ اللَّهِ بَعِيدٌ مِنْ الْجَنَّةِ بَعِيدٌ
مِنْ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنْ النَّارِ
Orang kikri itu jauh
dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia dan dekay dekat dengan neraka.
Pemahaman yang baik atas hadits
ini adalah betapa ragam dalam kehidupan merupakan sunnatullah maka
kaya-miskin, ada-tiada, adalah kenyataan. Dan semua itu dapat berjalan saling
harmoni jika mereka yang kaya dan ada suka berbagi. Begitu pula sebaliknya, jika
mereka kelompok yang kaya, yang mampu malah melakukan monopoli dan dominasi.
Maka perputaran ekonomi tidak akan normal dan sehat lagi. Karena yang kaya akan
makin kaya dan yang melarat akan tambah sekarat. Bukankah itu namanya sykhiyyun
jika dia berekonomi dengan kaedah ‘memperoleh untung sebesar-besanya dengan
modal sedikit-dikitnya?’
Bukankah ini yang terjadi
dengan perekonomian di Negara kita. Ketika modal asing yang sangat kuat
menggempur ekonomi mandiri masyarakat kecil dan menengah. Maka pemilik modal
itulah yang sekarang menguasai pasar ekonomi negeri ini. Dengan berkedok
investasi mereka ingin menguasai perdagangan dalam negeri dan anehnya mereka
diberi jalan oleh penguasa atau pemerintah dengan dalih mengatur hajat-hidup
bangsa ini.
Pertanyaannya kemuddian,
bagaimanakah bisa para pejabat, penguasa dan pemerintah itu member jalan kepada
para investor/pemilik modal dan para syakhiyyun itu?
Saudara-saudara Jama’ah Jum’ah
yang dilindungi Allah swt. jawabnya ada dalam penyakit keduaوهوى متبع wa hawan
muttaba’ (nafsu yang selalu dituruti). Nafsu atau kesenangan memang
urusan pribadi, daftar keinginan dan kesenanga itu berderet dalam hati. Mungkin
jika dituliskan dalam kertas akan menghabiskan berlembar-lembar.
Jika seseorang telah bertekad
untuk menuruti segala keinginan memenuhi kesenangannya, maka apapun akan
dilakukan. Tidak perduli kelakuannya akan mengorbankan masyarakat yang di dalam
masyarakat itu ada keluarganya, ada orang-orang yang berjasa padanya. Inilah
yang dalam Negara ini tergambar dalam tindakan korupsi.
Korupsi adalah contoh termudah
dari penurutan hawa nafsu, nafsu memiliki rumah yang mewah-mewah, mobil
baru-baru, dan perempuan canti-cantik. Maka ketika para syakhiyyun itu
menawarkan kerja sama dengan keuntungan yang memikat dan para pemilik kebijakan
menuruti hawa nafsunya, maka terjadilah tindak korupsi. Membeli Sapi dari luar
negeri, membeli buah dari luar negeri, membeli kedelai dari luar negeri, member
songkong dari luar negeri, membeli gula dari luar negeri. Semua dilakukan demi
keuntungan pribadi, demi memenuhi keinginan pribadi tanpa merasa iba kepada
petani sapi, petani bauah, petani singkong dan petani tebu. Bukankah ini
merusak tatanankehidupan berbangsa dan bernegara.
Sekali lagi memang syakhiyy dan
nafsu adalah masalah bathin adanya terselubung jauh dalam hati, tapi
jika ia telah bergerak dan menguasai badan ini, ia mampu merusak tatanan
kehidupan nyata, mengotak-ngoyak tatanan ekonomi riil dan mempercuram jenjang
social kehidupan. Na’udzubillah min dzalik
Ma’asyiral Muslimin
Rahimakumullah
Katiga, adalah إعجاب المرء بنفسه I’jabul
mar’I binafsih mengagumi diri sendiri yang terkenal dengan ‘ujub.
‘ujub adalah satu penyakit hati paling akut yang susah sekali mengobatinya.
Dokter sekaliber apapun tidak sanggup mengobati. Pada praktiknya penyakit ini
akan membawa penderita menganggap dirinya paling baik, paling pintar, paling
cantik, paling berwibawa dan lain seterusnya.
Ingatkah kita dengan perkataan
Iblis ketika diperintah untuk tunduk kepada Nabi Adam as. dalam al-A’raf 12
disebutkan:
قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ
مِنْ طِينٍ
Saya lebih baik dari
padanya, Engkau ciptakan saya dari api sedangkan ia, Engkau ciptakan dari tanah
Biasanya ‘ujub akan melahirkan
penyakit laian yaitu ‘thulul amal’ angan-angan yang panjang. Mereka yang
merasa diri lebih dari orang lain selanjutnya akan mengangan-angan dalam
lamuanan. “Karena aku orang paling berwibawa di kampung ini, maka jika ada
pejabat datang pastilah nanti akan menemuiku, jika menemuiku pastilah aku jadi
banyak relasi, jika banyak relasi, maka aku akan…” dan terus tidak ada
ujungnya. Jika penyakit ini telah menyergap pada diri seseorang, maka ia akan
menjadi serang penghayal yang malas untuk bertindak dan berkreasi, karena
lamunan yang panjang. Seperti malasnya pemasang lotre menunggu nasib.
Maka sudah seharusnya, jika
kita ingin menyelamatkan diri, keluarga, lingkungan bahkan juga bangsa tercinta
ini, marilah kita bersama-sama berusaha dan melatih diri menghindari ketiga
penyakit itu. Dan tidak lupa berdo’a kepada Allah swt agar memberikan
petunjukNya mempermudah jalan kita menghindari dari penyakit tersebut. Bukankah
sesungguhnya iman dan taqwa yang ada dalam diri kita merupakan anugrah
dari-Nya?
Demikianlah khotbah Jum’ah kali
ini, meskipun sekelumit semoga bermanfaat.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ
اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ
اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ
اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا
اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى
اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ
يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar