Jurnal Pesantren
Nama sebuah berkala yang diterbitkan oleh
P3M, sebuah LSM di Jakarta yang memiliki perhatian pada pengembangan pesantren.
Dalam daftar pengelolanya, tertulis nama KH Sahal Mahfudz sebagai Pemimpin Umum
dan sebagai wakilnya Abdurrahman Wahid. Bertindak sebagai pemimpin redaksi M.
Nashihin Hasan.
Sementara itu duduk di dewan redaksi ada
Abdurrahman Wahid, Abdulllah Syarwani, Adi Sasono, M. Dawam Rahardjo, Djohan
Effendi, Said Budairy, Soetjipto Wirosardjono, Zamakhsyari Dhofier, Musfihin
Dahlan. Staf redaksinya Muntaha Azhari dan Abdul Mun’im Shaleh H. Dan Masdar F.
Mas’udi sebagai pPemimpin usaha. Berkala ini beralamat di Jalan Anggrek
Nelimurni V/B.83, Slipi, Jakarta.
Pada kulit sampulnya di bagian dalam
dikemukakan bahwa, “Berkala ini diterbitkan sebagai media informasi dan
komunikasi serta wadah pengajian untuk membangkitkan kepedulian dan wawasan
pengembangan melalui jalur pemikiran yang bertolak pada titik pandang
keagamaan....”
Dalam nomor perdana berkala ini, M. Nashihin Hasan sebagai Pemimpin Redaksi dalam rubrik “Assamualaikum” mengemukakan peran berkala ini sebagai media kajian dan dialog yang secara khusus ditujukan pada tiga bidang prioritas.
Pertama, kajian bidang sistem pendidikan Islam di Indonesia dengan proyeksi pada integrasi ke dalam sebuah sistem pendidikan nasional yang terpadu. Kedua, dialog di bidang pengabdian masyarakat dan pembentukan jaringan komunikasi. Dan ketiga, pembahasan bidang pemikiran keagamaan dan kemasyarakatan dengan proyeksi khusus pada penumbuhan etos kemasyarakatan sesuai tuntutan keadaan.
Dengan keinginan di atas, berkala ini menyajikan tulisan-tulisan ilmiah populer hasil penelitian, survei, hipotesis atau gagasan kratif yang menyangkut aspek pendidikan, pengembangan masyarakat, kepesantrenan, ilmu-ilmu keagamaan dan yang sejenisnya. Redaksi berkala ini secara terbuka mengundang para ahli, sarjana, kiai, praktisi, santri, maupun mahasiswa untuk menulis secara bebas di media ini, tetapi kebanyakan tulisan tampaknya hadir atas dasar permintaan redaksi secara khusus berkaitan dengan topik yang hendak dikemukakan.
Nomor perdana Pesantren terbit pada Oktober-Desember 1984 dengan sampul depan lukisan seorang kiai. Berkala berukuran 17,5 x 24,5 dengan bahan isi kertas buram dan sampul kertas karton, dan tebal 80-an halaman ini dijual dengan harga Rp 1.000.
Dalam edisi perdana yang bertopik tradisi
keilmuan di pesantren, setelah rubrik “Mukaddimah” yang berisi semacam
editorial redaksi, hadir rubrik “Artikel” yang diisi empat tulisan masing-masing
dari Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Zamakhsyari Dhofier, dan Masdar F.
Mas’udi. Semuanya membahas tradisi dan pengembangan keilmuan di pesantren.
Kemudian rubrik “Wawasan” diisi wawancara dengan KH Aziz Mashuri, Tholhah Mansur, Habib Chirzin, dan A. Syafii Ma’arif. Lalu rubrik “Profil Tokoh” diisi tulisan mengenai sosok KH Bisri Sansuri, rubrik “Sosok Pesantren” diisi ulasan mengenai pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, dan terakhir, rubrik “Tinjauan Buku” yang diisi dengan tulisan mengenai sebuah kitab hadits Itman al-Dirayah.
Edisi-edisi Pesantren selanjutnya diisi dengan susunan rubrik seperti di atas. Hanya sesekali ditambah dengan rubrik “Komentar” yang berisi tanggapan pembaca terhadap suatu tulisan pada edisi sebelumnya. Yang menarik, halaman-halaman sisa yang kosong pada awal-awal edisi diisi lukisan vignet oleh Mustofa Bisri, seorang pelukis, penyair, dan kiai, serta belakangan disi oleh Mufid Aziz.
Berkala Pesantren memiliki kedudukan penting pada pertengahan hingga akhir 1980-an, terutama dalam mewadahi pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan baru mengenai pengembangan pendidikan pesantren dan pendidikan Islam khususnya, serta pemikiran keagamaan secara umum.
Melalui berkala ini di antaranya sejumlah
gagasan seperti kontekstualisasi kitab kuning, kesalehan sosial, pembaruan
fiqih, kedudukan perempuan, dan lain-lain dikemukakan dengan berani serta penuh
semangat.
Para penulisnya yang berusia 20-an akhir
hingga 40-an awal pada saat itu kelak menjadi pemimpin dan intelektual terkemuka
di kemudian hari, baik di lingkungan NU dan pesantren maupun di tataran
nasional secara umum, seperti Abdurrahman Wahid, Mustofa Bisri, Tholhah Mansur,
Masdar F. Mas’udi, A. Malik Madany, dan lain-lain. Dari keanggotaan redaksinya,
para penyumbang tulisan, dan topik-topik yang diangkat, jelas sekali kalau
berkala ini menjadi media dialog kalangan pesantren dengan kalangan di luarnya.
Pada 1989 terjadi pergeseran dalam susunan pengelola keredaksian. Nama Abdurrahman Wahid tidak lagi menjadi Wakil Pemimpin Umum, posisinya digantikan M. Nashihin Hasan yang sebelumnya menjabat Pemimpin Redaksi. Sedangkan posisi Pemimpin Redaksi diduduki oleh Masdar Farid Mas’udi yang sebelumnya menjabat Pemimpin Usaha sekaligus Redaktur Pelaksana. Abdurrahman Wahid sendiri kemudian duduk di jajaran Staf Ahli bersama KH Ali Yafie, Soetjipto Wirasardjono, Abdullah Syarwani, Dawam Rahardjo, dan Adi Sasono.
Berkala Pesantren terbit rutin tiga bulan sekali atau empat edisi dalam setahun hingga tahun 1988. Tapi, sejak 1989, karena faktor pendanaan dan keterbatasan tulisan, jumlah edisi menjadi menurun. Pada 1989 hanya terbit tiga edisi, tahun 1990 dua edisi, tahun 1991 tiga edisi, dan tahun 1992 hanya satu edisi, bahkan sejak itu berkala Pesantren tidak pernah muncul lagi.
Edisi terakhir No. 1/Vol IX/1992 berisi laporan mengenai “Tarekat dan Gerakan Rakyat”. []
(Hairus Salim HS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar