Ragam Shalat Sunnah (6)
Shalat Sunnah Isyraq
Shalat sunnah isyraq adalah shalat sunnah dua
raka’at yang dikerjakan setelah matahari terbit sekitar satu tombak, atau
kira-kira lima belas menit setelah matahari terbit. Shalat ini memiliki nilai
keistimewaan tersendiri jika pra syaratnya dipenuhi yaitu shalat shubuh
berjamaa’h yang diteruskan dengan berdzikir hingga menjelang waktu syuruq
(matahari terbit). Sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam:
مَنْ
صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ
الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ
تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
"Siapa yang shalat Shubuh dengan
berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah sehingga matahari terbit, kemudian
shalat dua rakaat, maka ia mendapatkan pahala haji dan umrah sempurna (diulang
tiga kali)." (HR. Al-Tirmidzino. 971).
Hadits ini menerangkan kesunnahan shalat dua
rekaat setelah matahari terbit. Hanya saja siapa yang mengerjakan sunnah shalat
sunnah syuruq tanpa melengkapinya dengan prasyarat tersebut (jamaah subuh dan
dzikir) maka pahala yang ada hanya pahala shalat sunnah tanpa pahala haji dan
umrah.
Adapun niatnya sebagaimana diterangkan Syaikh
Nawawi dalam NIhayatuz Zain adalah;
أصلى
سنة الإشراق ركعتين لله تعالى
Ushalli sunnatal isyraqi rak’ataini lillahi ta’ala.
Aku niat shalat sunnah isyraq dua rakaat
karena Allah.
Kemudian pada rakaat pertama setelah
alfatihah, sebaiknya membaca surat Wad-Dhuha dan pada rakaat kedua membaca Alam
Nasyrakh. Sebaiknya shalat ini dilakukan sesegera mungkin mengingat waktu yang
terbatas. Karena setelah matahari kelihatn mulai meninggi, maka tibalah saatnya
waktu shalat dhuha.
Adapun bacaan do’a-nya sebagaimana termaktub
dalam Nihayatuz Zain adalah sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ
يَا نُوْرَ النُّوْرِ بِالطُّوْرِ وَكِتَابٍ مَسْطُوْرٍ فِيْ رِقٍّ مَنْشُوْرٍ
وَالبَيْتِ المَعْمُوْرِ أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِيْ نُوْرًا أَسْتَهْدِيْ بِهِ
إِلَيْكَ وَأَدُلُّ بِهِ عَلَيْكَ وَيَصْحَبُنِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَبَعْدَ
الْاِنْتِقَالِ مِنْ ظَلاَم مِشْكَاتِيْ وَأَسْأَلُكَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا
وَنَفْسِ مَا سِوَاهَا أَنْ تَجْعَلَ شَمْسَ مَعْرِفَتِكَ مُشْرِقَةً بِيْ لَا
يَحْجُبُهَا غَيْمُ الْأَوْهَامِ وَلَا يَعْتَرِيْهَا كُسُوْفُ قَمَرِ
الوَاحِدِيَّةِ عِنْدَ التَّمَامِ بَلْ أَدِمْ لَهَا الْإِشْرَاقَ وَالظُهُوْرَ
عَلَى مَمَرِّ الْأَيَّامِ وَالدُّهُوْرِ وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ اللهم اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِإِخْوَاِننَا فِي اللهِ
أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا أَجْمَعِيْنَ
"Ya Allah, Wahai Cahayanya Cahaya,
dengan wasilah bukit Thur dan Kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka,
dan dengan wasilah Baitul Ma'mur, aku memohon padamu atas cahaya yang dapat
menunjukkanku kepada-Mu. Cahaya yang dapat mengiringiku hidupku dan menerangiku
setelah berpindah (ke alam lain; bangkit dari kubur) dari kegelapan liang
(kubur) ku. Dan aku meminta padaMu dengan wasilah matahari beserta cahayanya di
pagi hari, dan kemulyaan yang wujud pada selain matahari, agar Engkau
menjadikan matahari ma'rifat padaMu (yang ada padaku) bersinar menerangiku,
tidak tertutup oleh mendung-mendung keraguan, tidak pula terlintasi gerhana
pada rembulan kemaha-esaan dikala purnama. Tapi jadikanlah padanya selalu
bersinar dan selalu tampak, seiring berjalannya hari dan tahun. Dan berikanlah
rahmat ta'dzim Wahai Allah kepada junjungan kami Muhammad, sang pamungkas para
nabi dan Rasul. Dan segala Puji hanya milik Allah tuhan penguasa alam. Ya Allah
ampunilah kami, kedua Orang tua kami serta kepada saudara-saudara kami seagama
seluruhnya, baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal". []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar