Jumat, 28 September 2018

(Do'a of the Day) 18 Muharram 1440H


Bismillah irRahman irRaheem

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Allaahumma innii as'aluka an tarzuqanii fii haadzal makaani jawaami'al khairi kullahu, wa an tushliha sya'nii kullahuu, wa an tashrifa 'annisy syarra kullahu, fa innahu laa yaf'alu dzaalika ghairuka, wa laa yajuudu bihii illaa anta.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar diberi seluruh kebaikan pada tempat ini, agar Kau perbaiki seluruh keadaanku, agar Kau tolak daripadaku segala kejahatan. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menjadikan semua itu selain Engkau dan tidak ada yang memperbaiki kecuali Engkau.

Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 9.

Anak Now


Vorstel Pendidikan dari Menes di Muktamar Keempat


Vorstel Pendidikan dari Menes di Muktamar Keempat

Ada kegairahan dari Cabang NU Pandeglang menyambut muktamar NU keempat di Semarang. Selain aktif mengajukan pertanyaan, cabang tersebut mengajukan permohonan yang cukup maju dalam bidang pendidikan. 

Perlu diingat, ketika HBNO mengirimkan utusannya ke daerah tersebut, pada tahun 1928, pengurus NU Pandeglang mengajak berkeliling mengunjungi madrasah-madrasah yang akan menjadi bagian dari pendidikan NU. Kelak akan kelihatan bahwa cabang tersebut, memiliki kemajuan dalam bidang pendidikan melalui madrasah itu. 

Menurut laporan Swara Nahdlatoel Oelama, madrasah-madrasah tersebut sudah milik gedung sendiri serta sudah diatur sebagaimana umumnya sekolah. Madrasah-madrasah itu dikepalai oleh Kiai Yasin, Wakil Rais Syuriyah NU. Sementara yang mengatur seluruh materi pelajaran yang diajarkan oleh guru-guru kepada murid yaitu Kiai Mas Abdurrahman. Ia dibantu oleh empat anggota yaitu Kiai Abbdul Mu’ti, Kiai Sulaiman, Kiai Dawud, Kiai Ajun. 

Untuk memperkuat keilmuan guru-guru di madrasah itu, diadakan Sekolah Guru setiap Kamis. Guru-guru dan pelajarannya diperiksa langsung oleh Kiai Mas Abdurrahman dibantu oleh tiga guru yang sudah pernah menimba ilmu di Universitas Al-Azhar Mesir. Dengan demikian, pada hari itu, seluruh murid libur.    

Sebelum muktamar keempat, Cabang Pandeglang mengirikan voorstel (pengajuan) kepada HBNO agar membahas masalah pendidikan. Voorstel tersebut dimuat di Swara Nahdlatoel Oelama edisi bundel hal 172-173. Berikut usulan tersebut: 

Diharap supaya mengadakan Departemen Onderwijs (Bagian Pengajaran) buat mengatur nidzomnya (organisatiennya) pengajaran madrasah-madrasah dan mengatur pangkat susunannya madrasah, yang rendah, yang pertengahan, dan yang tinggi, agar supaya madrasah-madarasah yang sudah di bawah genggamannya Nahdlatul Ulama bisa sama pengaturan dan pelajarannya dan anak-anak yang maju himmah tiada putus di tengah jalan, juga dengan diadakan fonds (persediaan uang) buat keperluannya yang mengatur tersebut di atas.    

Tak salah kemudian, pada muktamar NU ke-13 yang berlangsung di daerah Menes, masalah pendidikan menjadi salah satu pembahasan pokok sehingga melahirkan keputusan didirikannya Lembaga Pendidikan Ma’arif. []

(Abdullah Alawi) 

(Khotbah of the Day) Bagaimana Kita Mengisi Bulan Muharram?


KHUTBAH JUMAT
Bagaimana Kita Mengisi Bulan Muharram?

Khutbah I

الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Tahun hijriah seperti juga tahun masehi merupakan bagian dari fenomena alam biasa. Secara ringkas, bila kalender masehi mendasarkan penghitungan pada peredaran bumi mengelilingi matahari, kalender hijriah mengacu pada peredaran bulan mengelilingi bumi. Karena itulah kita sering mendengar kalender hijriah disebut pula kalender qamariyah (qamar artinya bulan), sedangkan kalender masehi dikenal dengan sebutan kalender syamsiyah (syams artinya matahari). Dalam ilmu astronomi, kalender hijriah termasuk kategori kalender lunar, sementara kalender masehi termasuk kategori kalender lunar. 

Namun demikian, di balik posisinya sebagai gejala alam tersebut, terdapat keistimewaan-keistimewaan karena agama memang menjadikannya demikian. Islam mengajarkan bahwa ada kelebihan-kelebihan tertentu antara satu bulan dengan bulan yang lain dalam kalender hijriah. Sebagaimana firman Allah dalam Surat at-Taubah ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (mulia). Itulah (ketetapan) agama yang lurus."

Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak semua bulan berkedudukan sama. Dalam Islam ada empat bulan utama di luar Ramadhan, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Karena kemuliaan bulan-bulan itulah, Islam menganjurkan pemeluknya untuk memanfaatkan momentum tersebut sebagai ikhtiar memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Mereka didorong untuk memperbanyak puasa, dzikir, sedekah, dan solidaritas kepada sesama.

Dalam Ihya’ Ulûmid-Dîn, Imam Al-Ghazali mengenalkan istilah al-ayyâm al-fâdhilah (hari-hari utama). Menurutnya, hari-hari utama selalu dijumpai dalam tiap minggu dan bulan. Al-Ghazali juga menyebut istilah al-asyhur al-fâdlilah (bulan-bulan utama). Bulan-bulan utama ini juga selalu dijumpai di tiap tahun. 

Waktu adalah salah satu dari makhluk Allah, seperti juga manusia, jin, dan binatang. Namun, sebagaimana ada tempat-tempat utama, seperti Muktazam, Masjid Nabawi, Masjidil Haram, dan lainnya, waktu pun demikian. Dalam tiap rentang waktu tertentu (hari, pekan, bulan, dan tahun) selalu terkandung bagian waktu yang diistimewakan, misalnya waktu antara maghrib dan isya, sepertiga malam terakhir, hari Jumat, bulan Ramadhan, bulan Muharram, dan lain sebagainya. Dalam waktu-waktu spesial itulah pahala bisa dilipatgandakan, dosa-dosa bisa dihapus, dan doa-doa kemungkinan besar dikabulkan.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Allah memang telah menganugerahi kita kesempatan-kesempatan emas yang demikian banyak. Allah mengutamakan waktu-waktu tertentu karena hendak memberi keutamaan pada hamba-hamba-Nya. Sebagaimana keterangan Ibnu ‘Asyur saat menafsirkan Surat at-Taubah ayat 36 tadi:

وَاعْلَمْ أَنَّ تَفْضِيْلَ اْلأَوْقَاتِ وَالْبِقَاعِ يُشَبِّهُ تَفْضِيْلَ النَّاسِ، فَتَفْضِيْلُ النَّاسِ بِمَا يَصْدُرُ عَنْهُمْ مِنَ اْلأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ، وَاْلأَخْلَاقِ اْلكَرِيْمَةِ

“Ketahuilah bahwa dimuliakannya sejumlah waktu dan tempat tertentu merupakan kehendak dimuliakannya manusia, melalui perbuatan-perbuatan baik dan akhlak mulia yang mereka lakukan.” (Muhammad Ibnu ‘Asyur dalam at-Tharîr wat Tanwîr)

Pernyataan Ibnu ‘Asyur mengandung pengertian bahwa kemuliaan bulan tertentu tidak mutlak berarti kemuliaan umat Islam secara otomatis. Kemuliaan umat Islam mengandung syarat, yakni ketika mereka mau mengisi waktu-waktu khusus tersebut dengan amal saleh dan akhlakul karimah.

Keutamaan bulan-bulan khusus adalah satu hal, dan keutamaan pribadi orang-orang Islam adalah hal yang lain. Keistimewaan bulan Muharram adalah satu soal, sementara keistimewaan individu-individu kaum Muslimin adalah soal lain. Hal tersebut sangat tergantung bagaimana kita umat Islam merespons keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah itu kepada kita: apakah mengisinya dengan baik atau tidak.

Di antara amalan yang amat dianjurkan di bulan pertama kalender hijriah ini adalah puasa. Dalam hadits riwayat Ibnu Majah dijelaskan, "Seseorang datang menemui Rasulullah dan bertanya, ‘Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?' Nabi menjawab, ‘Puasa di bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram.”

Penyebutan Muharram sebagai “bulan Allah” (syahrullâh) menunjukkan posisi bulan ini yang amat spesial. Melalui riwayat Ibnu Majah pula, puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) disebut sebagai bagian dari amalan untuk menghapus dosa-dosa setahun yang telah lewat. Selain 10 Muharram, puasa juga masih dianjurkan pada hari-hari lain di bulan ini.

Amalan lain yang bisa digiatkan adalah meningkatkan solidaritas antarsesama. Kebanyakan umat Islam, utamanya di Indonesia, menjadikan momen Muharram sebagai “lebaran anak yatim” dengan memberikan santunan kepada anak-anak yang kehilangan orang tua dan secara ekonomi lemah. KH Shaleh Darat dalam Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah mengistilahkan 10 Muharram sebagai bagian dari hari raya umat Islam yang layak diperingati dengan sedekah kepada fakir dan miskin.

Tentu saja menyantuni anak yatim atau membantu siapa pun yang butuh pertolongan tak terikat dengan waktu. Tapi Muharram adalah momen sangat baik untuk menunjukkan kepedulian sosial kita. Bulan mulia harus diisi dengan perbuatan mulia. Al-a‘mâl as-shâlihah wal akhlâq al-karîmah yang disebut Ibnu ‘Asyur harus hadir jika kita ingin meraih berkah keutamaan bulan Muharram. Pengertian amal saleh dan akhlak mulia amat luas, mencakup ibadah dengan Allah, berhubungan dengan masyarakat, atau sikap kita terhadap lingkungan alam kita.

Bulan Muharram merupakan bulan yang bagus untuk mengawali tahun dengan perbuatan dan perangai positif. Muharram bisa dikatakan cerminan langkah awal kita untuk menapaki 11 bulan berikutnya di pembukaan tahun baru hijriah ini. Al-faqir mengajak kepada diri sendiri dan jamaah sekalian untuk memuliakan bulan ini dengan menjernihkan hati, membenahi perilaku, dan memperindah karakter kepribadian kita. 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ



Sumber: NU Online

Zuhairi: Kepedulian untuk Pengungsi Suriah


Kepedulian untuk Pengungsi Suriah
Oleh: Zuhairi Misrawi

Dua minggu lalu, tiba-tiba saya diundang oleh pengusaha dan filantropis terkemuka di negeri ini, Dato' Sri Tahir ke kantornya. Menurut seseorang yang menelepon saya, saya diminta untuk menerjemahkan komunikasi Tahir dengan warga Suriah yang saat ini tinggal di Daraa.

Saya langsung memenuhi undangan tersebut, karena sebagai analis isu-isu Timur-Tengah saya ingin mengetahui langsung kondisi objektif para pengungsi yang menjadi korban dari konflik politik yang menahun itu. Maklum, saya mengetahui kondisi para pengungsi hanya melalui media massa atau perjumpaan langsung dengan para tokoh Suriah di forum-forum internasional yang digelar di Timur-Tengah.

Pada 2016 lalu, Tahir Foundation telah menyalurkan 1 juta dolar AS atau setara Rp 13 miliar melalui kantor perwakilan Komisi Tinggi PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) di Amman, Jordania. Ia langsung berjumpa dengan para pengungsi Suriah saat memberikan sumbangannya. Sebelumnya, Tahir juga menyumbang 2 juta dolar AS dalam acara penggalangan dana Voice of Refugees di Jakarta.

Alkisah dimulai saat Tahir berjumpa dengan para pengungsi Suriah. Ia merasakan langsung penderitaan yang dihadapi para pengungsi dan terpanggil untuk membantu mereka. Bahkan, Tahir terketuk hatinya saat berjumpa sebuah keluarga dari Daraa.

Daraa merupakan salah satu provinsi yang mengalami konflik serius. Menurut UNHCR, setidaknya ada 1,5 juta warga Suriah yang saat ini mengungsi di Jordania. Mereka memilih mengungsi ke Jordania karena berbatasan langsung, hanya sekitar 13 km dari Provinsi Daraa. Selama ini Jordania menjadi salah satu negara yang ramah dan siap menampung para pengungsi dari Suriah.

Dalam perjumpaan dengan para pengungsi Suriah, Tahir terketuk hatinya kepada sebuah keluarga muda yang mempunyai enam orang anak. Bahkan, anak terakhir yang bernama Malik baru saja lahir. Itulah potret salah satu pengungsi Suriah, meskipun situasi politik terus berkecamuk dan mereka tinggal di pengungsian, tetapi hal tersebut tidak menyusutkan keinginan mereka untuk mempunyai anak. Mungkin bagi warga Suriah ada anggapan, "banyak anak, banyak rezeki", seperti anggapan yang familiar di negara kita.

Saat itulah Tahir, seperti yang dikisahkan kepada saya, terpanggil untuk mengambil anak angkat dari keluarga tersebut. Ia terketuk untuk meringankan beban hidup keluarga pengungsi dengan menjadi putri pertama tersebut, yang bernama Amani untuk menjadi bagian dari keluarga Tahir. "Amani itu saya anggap anak saya, usianya sama dengan cucu saya," ujar Tahir.

Tahir terus berkomunikasi dengan keluarga pengungsi Suriah tersebut untuk sekadar menanyakan kabar mereka. Namun, belakangan ada kabar keluarga tersebut telah meninggalkan tempat pengungsian di Jordania dan memilih tinggal di Daraa, Suriah. Memang, situasi di Daraa belakangan ini sudah relatif kondusif menyusul keberhasilan rezim Bashar al-Assad menguasai beberapa daerah yang selama ini dikuasai oposisi dan ISIS.

Bagi orang Arab ada pepatah, "al-ghurba murrun" (keterasingan adalah pahit). Mereka memilih untuk tinggal di Tanah Air mereka dalam kondisi serumit apapun, bahkan mereka ingin mengakhiri hidupnya di tanah kelahirannya.

Namun, situasi politik yang cenderung carut-marut dalam tujuh tahun terakhir di Suriah telah menyebabkan mereka harus memilih di antara dua pilihan: menetap atau mengungsi. Rupanya, keluarga Suriah yang memilih untuk kembali ke kampung halamannya tidak mempunyai harapan. Mereka memilih untuk mencari suaka dari Kanada, yang selama ini sangat ramah terhadap para pengungsi.

Sebenarnya ada pilihan untuk pindah ke Damaskus, ibu kuta Suriah yang selama ini dikenal paling aman. Tetapi, tidak mudah untuk sampai ke Damaskus yang jaraknya sekitar 90 km dari Daraa. Maka dari itu, keluarga Suriah tadi memilih mencari suaka ke Kanada untuk membangun impian bagi anak-anak mereka yang sudah mulai tumbuh. Dan, sekarang sedang dalam proses mendapatkan izin resmi dari pemerintah Kanada.

"Kalau sudah sampai Kanada, kabarin saya, nanti saya jumpa keluargamu di sana. Saya akan belikan rumah di Kanada," ujar Tahir via telepon. "Keluarga kami tidak bisa berkata-kata apa lagi, hanya mengucapkan terima kasih, semoga uluran tangan tuan dibalas oleh Tuhan. Sikap empati ini tidak akan lahir kecuali hanya dari mereka yang berhati tulus dan bersih," jawab keluarga tersebut.

Saya secara pribadi sangat salut dan kagum dengan apa yang sudah dilakukan oleh Tahir Foundation dalam membantu mereka yang lemah dan mendapatkan musibah. Kepedulian mereka tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga merambah ke luar negeri, khususnya pengungsi Suriah, Libanon, dan Palestina.

Di UNHCR, nama Tahir Foundation dan Indonesia menggema, karena kita mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap para pengungsi Suriah. Bayangkan, sejak konflik berkecamuk di Suriah, ada sekitar 5,5 juta warga Suriah yang mengungsi ke beberapa daerah terdekat, seperti Turki, Mesir, Libanon, Jordania, dan beberapa negara Eropa, termasuk Amerika Serikat dan Kanada. Ada sekitar 6 juta warga Suriah yang terusir dari tempat tinggalnya dan tetap menetap di beberapa provinsi yang relatif aman, khususnya di Damaskus.

Menurut UNHCR, sekitar 80 persen warga Suriah yang menetap di pengungsian Jordania kondisi mereka sangat mengenaskan. Mereka membutuhkan uluran tangan dari dunia, sehingga mereka mendapatkan asupan makanan, kesehatan, dan pendidikan bagi anak-anak mereka.

Kisah pengungsi Suriah ini berhasil mengetuk hati Tahir Foundation untuk membantu mereka. Tidak hanya itu, Tahir pun terpanggil untuk meringankan beban salah satu keluarga pengungsi Suriah. Dan, kita pun bangga karena kita dapat membantu mereka. Semoga krisis politik di Suriah segera berakhir, dan mereka bisa mendapatkan kebebasan untuk hidup sebagaimana mestinya. []

NU ONLINE, 27 September 2018
Zuhairi Misrawi | Intelektual muda Nahdlatul Ulama, analis pemikiran dan politik Timur-Tengah di The Middle East Institute, Jakarta