Abdul
Quddus, Pemuda Yahudi Pelayan Rasulullah
Salah satu pelayan atau budak Rasulullah adalah Abdul Quddus. Dia adalah seorang pemuda Yahudi yang membantu Rasulullah dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Abdul Quddus bertugas untuk menyisir rambut Rasulullah.
Posisi Abdul Quddus
itu –sebagai tukang sisir Rasulullah- pernah dimanfaatkan oleh sekelompok
Yahudi yang tidak senang dengan Rasulullah. Mereka meminta Abdul Quddus rambut
Rasulullah yang rontok. Abdul Quddus yang saat itu masih muda tidak menaruh
curiga. Ia berikan saja rambut Rasulullah yang rontok kepada mereka. Tanpa ada
kecurigaan sedikitpun bahwa itu akan dibuat untuk mencelakai majikannya.
Betul saja, rambut
Rasulullah tersebut ternyata dijadikan sebagai perantara untuk menyantetnya.
Adalah Labid bin al-A’sham yang melakukan itu. Namun sayang, usahanya gagal.
Santet yang dikirimkannya tidak mempan karena Rasulullah dijaga langsung oleh
Allah.
Abdul Quddus begitu
baik dan perhatian kepada Rasulullah. Ia sehari-harinya selalu melayani
Rasulullah dalam menjalankan aktivitasnya. Perbedaan agama dan suku tidak
menjadikan Abdul Quddus benci terhadap Rasulullah. Abdul Quddus memberikan
pelayanan kepada Rasulullah dengan tulus dan ikhlas.
Begitu pun
sebaliknya. Rasulullah sangat perhatian kepada pembantunya, termasuk kepada
Abdul Quddus. Merujuk buku Bilik-bilik Cinta Muhammad: Kisah Sehari-hari Rumah
Tangga Nabi (Nizar Abazhah, 2018), Rasulullah meluangkan waktunya untuk
membesuk Abdul Quddus ketika pembantunya itu jatuh sakit.
Rasulullah duduk
tepat di atas kepala Abdul Quddus yang terbaring lemas. Rasulullah kasihan
dengan melihat kondisi Abdul Quddus karena pada saat itu pembantunya itu tengah
sekarat. Beliau kemudian menyeru agar Abdul Quddus memeluk Islam. Abdul Quddus
tidak langsung meng-iya-kan. Ia meminta izin kepada bapaknya yang saat itu juga
berada dalam satu ruangan.
“Silakan kamu
mengikuti ajaran Abul Qasim, (Muhammad) (ayah rela kamu masuk Islam),” jawab
ayah pemuda Yahudi itu, sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari. Maka Abdul
Quddus akhirnya masuk Islam.
Rasulullah yang
mengajak Abdul Quddus tanpa paksaan itu gembira setelah Abdul memeluk Islam.
Rasulullah berdoa agar Abdul Quddus terbebas dari siksa api neraka.
Demikian lah
Rasulullah bersikap kepada para pembantu atau budaknya. Beliau tidak
membeda-bedakan pembantu atau budaknya berdasarkan agama atau sukunya. Tidak
pula memaksa pembantunya untuk masuk Islam. Melainkan Rasulullah hanya
menawarkan kepada pembantunya yang non-Muslim untuk memeluk Islam. Beliau
memperlakukan semua pembantunya dengan baik dan setara. Karena bagi Rasulullah,
budak atau pembantu seperti saudara sendiri. Maka dari itu, Rasulullah memberi
makan dan pakaian untuk para pembantunya seperti yang dia makan dan ia pakai.
Tidak beda. Begitu pun dengan Abdul Quddus, pelayannya yang seorang Yahudi.
Sebetulnya pelayan
atau budak Rasulullah ada banyak, tidak hanya Abdul Quddus. Namun semua budak
atau pelayan Rasulullah itu dimerdekakan di kemudian hari. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar