Kapan Hari Kiamat itu Tiba?
Yang dimaksud hari akhir itu adalah hari
kiamat. Permulaannya sejak seluruh manusia dari kubur untuk digiring ke padang
mahsyar hingga waktu yang tidak terbatas berdasarkan pendapat yang sahih. Ada
juga pendapat yang menyatakan bahwa mulai dari bangkit dari kubur untuk
digiring hingga ahli surga masuk ke surga, dan ahli neraka masuk neraka.
Dinamakan hari akhir karena itulah akhir dari
hari-hari yang ada di dunia, dalam arti bahwa hari akhir itu tersambung dengan
akhir hari-hari di dunia, atau disebut sebagai al-yaumul âkhir karena
tidak ada lagi hari dunia selepasnya. Dinamakan hari kiamat (qiyâmah:
kebangkitan, berdiri) karena bangkitnya manusia pada hari itu dari kuburan
mereka, dan berdirinya mereka di hadapan sang Pencipta serta tegaknya hujjah
yang menyelamatkan mereka dan juga hujjah yang menyengsarakan
mereka.
Umar Sulaiman al-Asyqar dalam buku Al-Yaumul
Âkhir Qiyâmah Kubrâ menyebut 22 istilah populer tentang hari akhir dalam
Al-Qur’an. Ia juga menyebutkan istilah tambahan lainnya yang diserap dari Al-Qur’an,
serta tambahan istilah lainnya dari para ulama. Ia mengutip al-Qurthubi yang
membolehkan penggunaan penyebutan hari akhir dengan istilah lain yang relevan.
Ada tiga istilah yang paling banyak disebutkan
Al-Qur’an terkait hari akhir ini, yaitu yaumul qiyamah (hari
kebangkitan), terulang tujuh puluh kali; as-sâ‘ah (waktu), terulang
empat puluh kali; al-âkhirah (akhir; penghabisan) terulang seratus lima
belas kali. Adapun yaumul âkhir terulang 24 kali; Yaumud Din
(hari pembalasan) terulang enam kali; yaumul fashl (hari keputusan)
terulang enam kali; yaumul fath (hari pengadilan) terulang dua kali; yaumut
talâq (hari pertemuan) terulang dua kali; yaumul jam’i (hari
pengumpulan) terulang dua kali; yaumul khulûd (hari kekekalan) terulang
dua kali; yaumul khurûj (hari keluar) terulang dua kali; yaumul ba’ts
(hari kebangkitan) terulang dua kali; yaumut tanâd (hari panggilan)
terulang dua kali. Kemudian ada yaumul hasrah (hari penyesalan), yaumul
azifah (hari mendekat), dan yaumu taghabun (hari terbukanya aib yang
masing-masing sekali. Juga ada istilah al-qâriah (bencana yang
menggetarkan); al-ghâsyiah (bencana yang tak tertahan), as-shakhkhah
(bencana yang memekakkan, al-hâqah (kebenaran besar), dan al-wâqiah (peristiwa
besar).
Beriman (meyakini) adanya hari akhir adalah
bagian dari rukun iman. Syekh Thahir bin Shalih al-Jazairy (w. 1338 H) dalam
Al-Jawahir al-Kalamiyah menyampaikan bahwa rukun iman atau rukun akidah Islam
itu meliputi enam hal.
أَركَانُ
الْعَقِيدَة الاسلامِيّة سِتّةُ أشياء وهيَ الإيمان بالله تعالى والإيمان بملائكته
والإيمان بكتبه والإيمان برسله والإيمان باليوم الاخر والإيمان بالقدر
Artinya: “Rukun akidah Islamiyah itu ada enam
hal, yaitu: (1) iman kepada Allah, (2) iman kepada malaikat Allah, (3) iman
kepada kitab-kitab Allah, (4) iman kepada para rasul Allah, (5) iman kepada
hari akhir, dan (6) iman kepada qadar (takdir) Allah.”
Iman kepada hari akhir ini adalah penting
sekali. Sedemikian pentingnya maka dalam Al-Qur’an dan hadits keimanan pada
hari akhir ini kerap disandingkan dengan keimanan kepada Allah. Dan memang ada
dua hal pokok berkaitan dengan keimanan yang banyak dijabarkan dalam ayat-ayat
Al-Qur’an, yaitu pembuktian tentang keesaan Allah, yang berarti ini tentang
iman kepada Allah, dan kedua, uraian atau pembuktian tentang hari akhir.
Mari kita perhatikan kedua keimanan ini yang
kerap disandingkan dalam Al-Qur’an dan hadits.
وَمِنَ
ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم
بِمُؤۡمِنِينَ
Artinya: “Di antara manusia ada yang
mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah (2):8)
إِنَّمَا
يَعۡمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ
وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَۖ
فَعَسَىٰٓ أُوْلَٰٓئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ
Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid
Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta
tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun)
selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk
golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (At-Taubah [9]: 18)
Tersebut dalam hadits riwayat Imam Bukhary dan
Muslim:
مَنْ كان
يؤمن بالله واليوْم الاخر فلْيقُلْ خيْراً اوْ لِيَصْمُتْ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka hendaklah ia berkata benaar atau diam.”
Masalah hari akhir ini memang masalah yang
selalu dikaji manusia dari masa ke masa. Konsekuensi keyakinan ada hari akhir
ini meniscayakan keyakinan adanya kehidupan baru selepas manusia mati.
Manusia tentang keyakinan kehidupan selepas
kematian itu terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, yang percaya bahwa
apabila manusia itu sudah mati maka tidak ada kehidupan lagi baginya, alias
tamat dengan kematiannya. Inilah pandangan kaum penganut materialisme.
Keingkaran adanya hari akhir ini misalnya
disampaikan Al-Qur’an sebagai berikut:
وَقَالُوٓاْ
إِنۡ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا وَمَا نَحۡنُ بِمَبۡعُوثِينَ
Artnya: “Dan tentu mereka akan mengatakan
(pula): ‘Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita
sekali-sekali tidak akan dibangkitkan’." (Al-An’am [6]: 29).
Kedua, manusia yang percaya bahwa selepas
kematiannya ia akan mengalami kehidupan baru (reinkarnasi). Manusia yang jahat
akan lahir kembali dalam wujud yang lebih hina, misalnya menjadi binatang.
Karena pemahamannya yang demikian ini mereka tidak percaya adanya hari
akhir.
Al-Qur’an menyatakan bahwa mereka yang ingkar,
baik dari kelompok pertama maupun kelompok kedua ini akan mengalami kerugian
atas ketidak percayaannya itu. Karena hari akhir pasti akan datang.
حَتَّى
إِذَا جَاءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا يَا حَسْرَتَنَا عَلَى مَا
فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَى ظُهُورِهِمْ
Artinya: “Hingga apabila kiamat datang kepada
mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan
kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!", sambil mereka memikul
dosa-dosa di atas punggungnya.” (Al-An’am (6): 31).
Ketiga, manusia yang percaya adanya hari akhir,
yakni kepercayaan yang dibawa oleh para utusan Allah. Bahwa ada kehidupan abadi
setelah manusia mengalami kematian.
Manusia yang beragama, akan meyakini bahwa
keimanan kepada Allah meniscayakan bukti yaitu amal perbuatan. Dan amal
perbuatan ini akan sempurna motivasinya dengan keimanannya pada hari akhir.
Karena kesempurnaan balasannya itu ada pada hari akhir. Dinyatakan dalam Ali
Imran ayat 185.
كُلُّ
نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ
ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ
وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh
ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.”
Nah, dengan mengimani bahwa suatu saat nanti
dunia yang kita huni beserta isinya ini akan hancur lebur pada hari kiamat,
maka hal itu pasti akan membuat seseorang lebih berpikir dalam bertindak, atau
tidak semena-mena dan tidak sesuka hatinya karena dengan apa yang dia lakukan
di dunia akan dia pertanggungjawabkan kelak di akhirat.
Kapan Kiamat itu
Tidak ada makhluk Allah yang tahu kapan
persisnya hari kiamat terjadi. Pengetahuan tentang itu hanya Allah yang
tahu. Dalam surat al-A’raf ayat 187 dinyatakan:
يَسْأَلُونَكَ
عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا
يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ
Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu tentang
kiamat: ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang
kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan
waktu kedatangannya selain Dia’.”
Dalam al-Ahzab ayat 63 dinyatakan bahwa
pengetahuan tentang kiamat itu adalah dari Allah, dan boleh jadi sudah dekat
waktunya.
يَسْأَلُكَ
النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ
لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا
Artinya: “Manusia bertanya kepadamu tentang
hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari
berbangkit itu hanya di sisi Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad),
boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.”
Walau dinyatakan boleh jadi sudah dekat tapi
manusia tidak tahu kapan persisnya. Bahkan semenjak Rasulullah diutus pun sudah
dikatakan dekat. Boleh jadi kedekatan akan datangnya kiamat itu dihubungkan
dengan usia dunia yang sudah cukup tua, memanjang dari zaman Nabi Adam alaihis
salam hingga Nabi terakhir Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat
Muslim:
بعثت انا
والساعة كهاتين ويقرن بين اصبعية السبابة والوسطى
“Aku diutus (dan perbandingan antara masa
diutusku dengan) hari kiamat adalah seperti ini (sambil menggandengkan kedua
jari-jarinya, yaitu jari telunjuk dan tengah).”
Ada banyak pertanda situasi kapan kiamat itu
terjadi, misalnya hadits di bawah ini yang menyatakan bahwa kiamat akan terjadi
kepada seburuk-buruk manusia.
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ تَقُومُ
السَّاعَةُ إِلاَّ عَلَى شِرَارِ النَّاسِ ». (رواه مسلم) ـ
Nabi bersabda: “Kiamat tidak akan terjadi
kecuali kepada manusia paling buruk.” (HR Muslim)
قَالَ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ عَلَى
شِرَارِ الْخَلْقِ هُمْ شَرٌّ مِنْ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَدْعُونَ اللَّهَ
بِشَىْءٍ إِلاَّ رَدَّهُ عَلَيْهِمْ (رواه مسلم) ـ
Abdullah bin Amr bin ‘Ash: “Kiamat tidak akan
terjadi kecuali kepada manusia terburuk. Mereka lebih buruk dari pada
Jahiliyah. Mereka tidak minta kepada Allah kecuali Allah menolaknya.”
(Muslim)
Gambaran seburuk-buruk manusia itu karena
mereka sudah melupakan Allah, karena mereka sudah tidak mau menyebut nama
Allah.
عَنْ
أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ تَقُومُ
السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يُقَالَ فِى الأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ ». (رواه مسلم) ـ
Nabi bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat
hingga di bumi tidak ada yang mengucapkan Allah Allah” (HR Muslim)
Dalam Surat Muhammad ayat 18, Allah menyatakan
bahwa kedatangan kiamat itu terjadi secara tiba-tiba. Walau demikian, sebelum
kedatangan itu ada tanda-tandanya. Al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi dalam tafsir
ad-Durrul Mantsur banyak meriwayatkan hadits tentang tanda-tanda kiamat,
baik yang shughra atau kubra.
فَهَلۡ يَنظُرُونَ
إِلَّا ٱلسَّاعَةَ أَن تَأۡتِيَهُم بَغۡتَةٗۖ فَقَدۡ جَآءَ أَشۡرَاطُهَاۚ
فَأَنَّىٰ لَهُمۡ إِذَا جَآءَتۡهُمۡ ذِكۡرَىٰهُمۡ
“Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu
melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba,
karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi
mereka kesadaran mereka itu apabila Kiamat sudah datang.”
Sayyid Husain Affandi terkait tanda-tanda
kiamat menyampaikan dalam kitab Al-Hushun al-Hamidiyah bahwa kedatangan
Imam Mahdi adalah awal dari tanda kiamat kubra. Hal ini sesuai pula dengan
pernyataan Syekh Amin al-Kurdy dalam Tanwir al-Qulub.
ثم إِذَا
تصرم الزمان وقرب يوم القيامة ظهرت له علامات منها العلامات الصغرى التى ظهر منها
فى هذا الزمان الكثير ومنها العلامات الكبرى وهي عشر ظهور المهدي وخروج الدجال
ونزول سيدناعيسى عليه السلام وخروج يأجوج ومأجوج وخروج الدابة التى تكلم الناس
وطلوع الشمس من مغربها وظهورالدخان ويمكث فى الأرض اربعين يوما يصيب الكافر حتى
يصير كالسكران ويصيب المؤمن منه كهيئة الزكام وخراب الكعبة على يد الحبشة بعد موت عيسى
عليه السلام ورفع القران من المصاحف والصدور ورجوع اهل الارض كلهم كفارا
“Apabila zaman itu hampir berakhir dan hari
kiamat telah dekat, maka muncullah beberapa tanda. Di antara tanda itu ada
tanda kecil yang telah muncul sebagian besarnya di zaman ini, dan di antaranya
ada tanda besar yang jumlahnya ada sepuluh yaitu; munculnya al-Mahdi, keluarnya
dajal, turunnya Isa, keluarnya yakjuj makjuj, keluarnya hewan yang dapat
berbicara kepada manusia, matahari terbit dari barat, timbulnya asap
selama empat puluh hari yang menimpa orang kafir sehingga ia menjadi
seperti orang yang mabuk dan menimpa orang beriman sehingga ia menjadi seperti
orang yang flu, runtuhnya Ka’bah oleh orang habasyah setelah Isa wafat,
diangkatnya Al-Qur’an dari mushhaf dan dada, serta kembalinya penghuni bumi
pada kekufuran.”
Kiai Sahal Mahfudh dalam buku Dialog dengan
Kiai Sahal Mahfudh menyatakan,
Jadi, sebenarnya kiamat bisa diperpanjang jatuh
temponya oleh perilaku manusia sendiri, sepanjang masih berperilaku dengan
ketentuan-ketentuan ilahiah (agama), tidak menampakkan tanda-tanda itu, maka
insyaallah kiamat tidak akan buru-buru datang.
Apakah sekarang ini kita sudah mendekati hari
kiamat, ada baiknya pertanyaan itu kita renungkan dalam hati sanubari
masing-masing. Jangan-jangan kita sendirilah yang telah menjadikan kiamat
semakin dekat karena perilaku yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan
ilahiah. []
Ustadz Yusuf Suharto, anggota Tim Aswaja NU
Center PWNU Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar