Abbad bin Bisyr,
Tetap Melanjutkan Shalat Meski Terkena Anak Panah
“Ada tiga orang sahabat Anshar yang keutamaannya tidak bisa dilampaui siapapun, yaitu Sa’ad bin Mu’adz, Usaid bin Hudhair, dan Abbad bin Bisyr,” kata Sayyidah Aisyah.
Abbad bin Bisyr
merupakan sahabat Nabi dari kalangan Anshar. Ia merupakan salah seorang sahabat
yang ahli ibadah (abid). Abbad masih remaja ketika Islam mulai tersebar di
Madinah. Kepada Mush’ab bin Umair, Abbad bin Bisyr belajar Al-Qur’an. Suaranya
yang merdu membuat Abbad terkenal sebagai pembaca Al-Qur’an dan imam.
Di samping itu, Abbad
juga sosok yang pemberani. Di begitu cinta kepada Allah dan setia kepada Nabi
Muhammad. Maka wajar jika Abbad bin Bisyr selalu ada dan siap siaga manakala
Nabi Muhammad membutuhkan seseorang untuk melakukan suatu hal.
Setelah perang Dzatu
Riqa, Nabi Muhammad dan pasukan umat Islam beristirahat di suatu tempat. Pada
saat malam tiba, Nabi Muhammad meminta dua sahabatnya menjadi sukarelawan untuk
berjaga. Abbad bin Bisyr dari kalangan Anshar dan Ammar bin Yasir dari
Muhajirin menyatakan bersedia. Keduanya akan berjaga malam itu, sementara Nabi
Muhammad dan pasukan umat Islam lainnya beristirahat.
Ammar bin Yasir
memilih untuk berjaga pada awal hingga tengah malam, sedangkan bagian jaga
Abbad bin Bisyr dari tengah sampai akhir malam. Ammar langsung berjaga saat itu
juga, sementara Abbad –sambil menunggu gilirannya berjaga- melaksanakan shalat
beberapa rakaat. Tidak lama setelah itu, mungkin karena kecapekan, Ammar bin
Yasir ketiduran.
Abbad tidak menyadari
kalau teman jaganya itu sudah tertidur. Ia terus saja melaksanakan shalat.
Hingga akhirnya seorang musuh yang mengintai dan mengawasi mereka tahu kalau
pasukan jaga umat Islam tengah lengah. Maka musuh tersebut langsung mengarahkan
anak panahnya ke Abbad. Sekali, dua kali, hingga tiga kali anak panah mengenai
tubuh Abbad.
Abbad bergeming,
tidak terusik sedikitpun karena shalatnya yang begitu khusuk. Setiap kali anak
panah mengenai dirinya, Abbad mencabutnya, melemparkannya, dan kemudian
melanjutkan gerakan shalatnya. Setelah selesai shalat, Abbad baru merasakan
sakit akibat terkena hujaman anak panah.
Ia kemudian
membangunkan Ammar bin Yasir dan menyuruhnya untuk berjaga. Ammar terkejut
melihat Abbad yang bercucuran darah. Ammar 'protes', mengapa temannya itu tidak
membangunkannya ketika anak yang pertama menghujamnya. Kalau seandainya itu
dilakukan, tentu Abbad tidak terkena banyak anak panah.
“Saat itu aku tengah
membaca Surat al-Kahfi. Aku tidak ingin rukuk sebelum menyelesaikan shalat itu.
Namun, beberapa anak panah bersusulan menusukku sehingga aku memperpendek
bacaan dan rukuk agar bisa segera membangunkanmu,” jawab Abbad bin Bisyr, dalam
buku Tertawa Bersama Al-Qur’an, Menangis Bersama Al-Qur’an (Hasan Tasleden,
2014).
“Demi Allah, andai
saja aku tidak mengkhawatirkan lembah ini sebagaimana telah diperintahkan
Rasulullah, aku tidak akan menyelesaikan shalatku sebelum membaca Surat
al-Kahfi seluruhnya,” lanjutnya.
Abbad bin Bisyr gugur
dalam perang Yamamah, sebuah peperangan untuk memberantas kaum murtad dan
menghilangkan kekacauan yang ditimbulkan Musailamah al-Kadzab pada masa
Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq. []
(Muchlishon)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar