Kisah
Rasulullah, Tsauban, dan Turunnya QS An-Nisa 69
Dialah Tsauban. Salah satu budak atau pelayan Rasulullah. Tsauban merupakan seorang penduduk Yaman yang menjadi tawanan ketika terjadi perang di zaman Jahiliyah. Rasulullah membelinya dan kemudian membebaskan. Tsauban tidak mau kembali ke Yaman, ia memilih untuk tinggal dan melayani Rasulullah. Iya, Rasulullah memang memiliki banyak budak, tapi di kemudian hari semuanya dibebaskan.
Sama seperti budak
atau pelayan Rasulullah –mungkin lebih, Tsauban sangat mencintai dan menyayangi
majikannya itu. Bahkan, Tsauban tidak mau jauh atau berpisah dari Rasulullah.
Ia selalu mengusahakan diri agar bisa selalu mendampingi Rasulullah. Kapan pun
dan dimanapun. Di rumah maupun di perjalanan.
Jika Rasulullah ada
tugas di luar. Tsauban begitu gelisah. Ia resah karena tidak bisa menatap wajah
Rasulullah. Maka ketika Rasulullah kembali ke rumah, Tsauban langsung menatap
muka majikannya itu. Ia gembira manakala dekat dengan Rasulullah. Dan dia sedih
ketika Rasulullah tidak ada di dekatnya.
Merujuk buku
Bilik-bilik Cinta Muhammad (Nizar Abazhah, 2018), Rasulullah mendapati Tsauban
bersedih. Padahal pada saat itu Tsauban tidak sakit dan sedang bersama dengan
majikannya, sumber kebahagiaannya. Rasulullan lantas bertanya kepada Tsauban
perihal mengapa dia bersedih.
“Kalau teringat
akhirat, aku takut tak dapat melihatmu lagi. Sebab, kau akan diangkat ke surga
tertinggi bersama para nabi. Lalu, mana tempatku dibandingkan tempatmu? Mana
peringkatku dibandingkan peringkatmu?” jawab Tsauban.
“Dan, jika aku tidak
masuk surga, niscaya aku tidak dapat melihatmu lagi selamanya,” tambahnya.
Begitu lah cinta
Tsauban kepada Rasulullah, sangat besar. Hingga ia sampai kepikiran tentang
kebersamaannya dengan Rasulullah di akhirat kelak. Apakah dirinya bisa bersama
Rasulullah atau tidak.
Rasulullah terharu
dengan jawaban Tsauban tersebut. beliau juga menjadi kasihan dengan pelayannya itu.
Namun tak lama setelah itu turun wahyu kepada Rasulullah, yaitu Al-Qur’an Surat
(QS) Al-An’am ayat 69. Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa siapapun yang taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan bersama-sama dengan orang yang
dianugerahi Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan para
orang shaleh.
Ayat tersebut seolah
menjawab kesedihan Tsauban yang takut tidak bisa bertemu dengan Rasulullah,
orang yang sangat dicintainya, di akhirat kelak. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar