KHUTBAH JUMAT
Nabi Isa dan Kisahnya dalam Al-Qur’an
Khutbah I
إِنَّ
الْحَـمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ
وَنَشْكُرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا
هَادِيَ لَهُ، وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ
وَصَحْبِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَلَا مَثِيْلَ لَهُ، وَلَا ضِدَّ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا وَالِدَ وَلَا
وَلَدَ وَلَا صَاحِبَةَ لَهُ، اَلَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ
لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا
وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ
وَحَبِيْبُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِوَعَلٰى كُلِّ رَسُوْلٍ أَرْسَلَهُ.
أَمَّا
بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّالْقَدِيْرِ
الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ
إِنَّ اللهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ
مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ،
وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَمِنَ الصَّالِحِينَ (سورة آل
عمران: ٤٥ – ٤٦)
Saudara-saudara seiman,
Pada hari ini, tepat kiranya kita berbicara
tentang nabi yang agung di antara para nabi yang dikenal sebagai ulûl ‘azmi.
Nabi ini Allah khususkan dengan keistimewaan yang agung, yakni Allah
menciptakannya tanpa seorang bapak. Hal itu tidaklah sulit bagi Allah, bukankah
Allah telah menciptakan Nabi Adam ‘alaihissalam tanpa bapak dan ibu? Allah
subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّ
مَثَلَ عِيسَىٰ عِنْدَ اللهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ
لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Maknanya: “Sesungguhnya misal (penciptaan)
Isa bagi Allah, adalah seperti (penciptaan) Âdam. Allah menciptakan Âdam dari
tanah, kemudian Allah memunculkannya dengan mudah dan tanpa lelah. ” (QS Ali
‘Imran: 59).
Saudara-saudaraku,
Ibunda Nabi Isa, yaitu Sayyidah Maryam
‘alaihassalam adalah wanita paling mulia di dunia. Allah subhanahu wata’ala
menyifatinya dalam Al-Qur’an dengan gelar ash-shiddîqah. Maryam tumbuh besar
dalam kesucian dan jauh dari maksiat. Ia terdidik dalam kondisi bertakwa kepada
Allah, melaksanakan semua kewajiban, menjauhi semua perkara haram dan
memperbanyak amalan-amalan sunnah. Maryam diberikan kabar gembira oleh para
malaikat bahwa Allah subhanahu wata’ala memilihnya di antara seluruh wanita
yang ada, dan Allah menyucikannya dari segala perbuatan kotor dan hina. Allah
subhanahu wata’ala berfirman:
وَإِذْ
قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ
وَاصْطَفَاكِ عَلَىٰ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ. (سورة آل عمران: ٤٢)
Maknanya: “Dan (ingatlah) ketika malaikat
(Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu,
mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia. ” (QS Âli
‘Imrân: 42)
Saudara-saudara seiman,
Para malaikat bukanlah laki-laki dan bukan
pula perempuan. Mereka adalah para hamba yang mulia yang diciptakan dari
cahaya. Kadang mereka beralih bentuk dengan bentuk laki-laki tanpa alat kelamin
laki-laki. Dengan bentuk inilah, Allah mengutus Jibril ‘alaihissalam suatu hari
kepada Sayyidah Maryam dalam rupa seorang pemuda yang putih mukanya. Ketika
Sayyidah Maryam melihat Jibril ‘alaihissalam yang berbentuk seorang pemuda yang
berparas putih, beliau tidak mengenalinya, lalu Maryam takut kepadanya, bingung
dan mengkhawatirkan keselamatan dirinya. Sayyidah Maryam mengira Jibril adalah
seorang manusia yang datang untuk mengganggunya. Maka Sayyidah Maryam
mengatakan apa yang Allah beritakan dalam Al-Qur’an:
قَالَتْ
إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَٰنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا. (سورة مريم: ١٨)
Maknanya: “Maryam berkata: Sesungguhnya aku
berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang
bertakwa. ” (QS Maryam: 18).
Seolah Maryam berkata, wahai Jibril, jika
anda orang yang bertakwa dan taat kepada Allah, maka janganlah melakukan
keburukan terhadapku. Maka Jibril berkata bahwa ia diutus kepadanya untuk
memberikan anak yang shalih yang bersih dari segala dosa.
Lalu Maryam berkata: “Bagaimana mungkin aku
mempunyai seorang anak padahal tidak ada suami yang mendekatiku dan aku juga
bukan pendosa dan pelaku zina?”
Jibril ‘alaihissalam pun menjawab tentang
keheranannya bahwa menciptakan seorang anak tanpa bapak adalah mudah bagi Allah
subhanahu wata’ala dan Allah akan menjadikannya pertanda bagi manusia dan bukti
kesempurnaan atas kekuasaan (qudrah) Allah subhanahu wata’ala serta menjadi
rahmat dan nikmat bagi orang yang mengikuti, mempercayai dan beriman kepadanya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
فَحَمَلَتْهُ
فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا، فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ
النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا
مَنْسِيًّا، فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ
تَحْتَكِ سَرِيًّا، وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ
رُطَبًا جَنِيًّا، فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ
الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ
أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا. (سورة مريم: ٢٢ - ٢٦)
Maknanya: “Maka Maryam mengandung, lalu ia
mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit
akan melahirkan anak memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia
berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi
seorang yang tidak diperhatikan, lagi dilupakan. ” Maka Jibril menyerunya dari
tempat yang rendah: "Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu
telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu
ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.
Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang
manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk
Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia
pun pada hari ini" (QS Maryam: 22-26)
Saudara-saudara seiman,
Jibril ‘alaihissalam meniupkan di kerah baju
(bukaan di bagian leher) Sayyidah Maryam, maka beliau mengandung Nabi Isa.
Kemudian Maryam mengasingkan diri dengan kandungannya itu dan menjauh, karena
takut diolok-olok masyarakat sebab ia melahirkan tanpa suami. Rasa sakit
menjelang kelahiran pun mengantarkan Sayyidah Maryam ke batang sebuah pohon
kurma yang sudah kering. Di sana karena takut disakiti orang, Sayyidah Maryam
berharap untuk mati.
Maka Jibril memanggilnya dari sebuah tempat
di bawahnya di lereng sebuah gunung untuk menenangkannya dan memberitahukan
kepadanya bahwa Allah subhanahu wata’ala menjadikan sungai kecil di dekatnya
dan Jibril memerintahkannya agar menggoncang batang pangkal pohon kurma
tersebut sehingga berguguran ruthab (kurma yang mulai enak dimakan) yang masih
segar, agar Maryam makan dan minum dari rezeki yang Allah berikan kepadanya,
dan agar ia senang. Jibril juga mengatakan kepadanya supaya berkata kepada
orang yang melihatnya dan bertanya kepadanya tentang putranya: “Aku telah
bernazar kepada Allah untuk tidak berbicara kepada seorang pun.” Nazar seperti
ini sah dalam syari’at-syari’at terdahulu.
Saudara-saudaraku,
Kemudian setelah proses melahirkan yang penuh
berkah, Sayyidah Maryam pun kembali kepada kaumnya membawa putranya Isa
‘alaihissalam sebagaimana Allah tegaskan dalam Al-Qur’an:
فَأَتَتْ
بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا.
(سورة مريم: ٢٧)
Maknanya: “Maka Maryam membawa anak itu
kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam,
sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar’. ” (QS Maryam: 27)
Kaumnya pun berkata kepadanya: Engkau telah
melakukan perbuatan mungkar yang besar. Mereka berburuk sangka kepada Maryam,
menyalah-nyalahkan dan menyakitinya sementara Maryam tetap diam dan tidak
menjawab, karena ia telah memberitahukan kepada mereka bahwa ia telah bernazar
kepada Allah untuk tidak berbicara. Ketika keadaan menjadi sulit, maka Maryam
menunjuk kepada Isa agar mereka berbicara kepadanya. Ketika itulah, mereka
berkata kepada Maryam apa yang Allah beritakan dalam Al-Qur’an
denganfirman-Nya:
فَأَشَارَتْ
إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا. (سورة
مريم: ٢٩)
Maknanya: “Maka Maryam menunjuk kepada
anaknya. Mereka berkata: ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang
masih di dalam ayunan?’” (QS Maryam: 29)
Saudara-saudara seiman,
Ketika itulah, Allah subhanahu wata’ala Yang
Mahakuasa atas segala sesuatu dengan qudrah-Nya menjadikan Isa ‘alaihissalam
mampu berbicara, padahal ketika itu ia masih berupa bayi yang menyusu. Maka Isa
mengatakan apa yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an:
قَالَ
إِنِّي عَبْدُ اللهِ. (سورة مريم: ٣٠)
Maknanya: “Isa berkata: Sesungguhnya aku ini
hamba Allah…” (QS Maryam: 30)
Allah menjadikannya mampu berbicara saat
masih dalam buaian. Dan kalimat pertama yang diucapkan Isa ‘alaihissalam adalah
"abdullâh" sebagai pengakuan akan kehambaannya kepada Allah, Tuhan
Yang Maha Esa, Dzat yang tidak melahirkan dan dilahirkan.
آتَانِيَ
الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا، وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ.
(سورة مريم: ٣٠-٣١)
Maknanya: “Dia memberiku al Kitâb (Injîl) dan
Dia menjadikanku seorang nabi. Dan Dia menjadikanku seorang yang diberkati di
mana saja aku berada…” (QS Maryam: 30-31).
Yakni, Allah jadikan aku bermanfaat bagi
orang banyak, mengajarkan kebaikan ke mana pun aku pergi.
وَأَوْصَانِي
بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا، وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ
يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. (سورة مريم: ٣١-٣٣)
Maknanya: “…dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada
ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. ” (QS Maryam:
31-33)
Isa ‘alaihissalam tumbuh dengan baik. Lalu ia
menghafal kitab Taurât dan mengamalkan syari’atnya, hingga Allah menurunkan
wahyu kepadanya. Maka ia berbicara kepada Bani Israil, mengatakan apa yang
Allah beritakan dalam Al-Qur’an:
وَإِذْ
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ
إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا
بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَاءَهُمْ
بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
Maknanya: “Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu
Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurât, dan memberi kabar gembira
dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad). ” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata. ”
(QS ash-Shaff: 6)
Lalu Nabi Isa ‘alaihissalam berdakwah kepada
kaumnya seperti halnya semua nabi danrasul. Ia mengajak kaumnya kepada Islam,
beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa
pun. Akan tetapi kaumnya mendustakannya, iri terhadapnya, dan menudingnya
sebagai seorang penyihir, dan tidak ada yang beriman kepadanya kecuali jumlah
yang sedikit. Kaumnya mulai menyakitinya dan berupaya membunuhnya, akan tetapi
Allah menjaganya dan mengangkatnya ke langit seperti disebutkan dalam
Al-Qur’an.
Nabi Isa ‘alaihissalam seperti utusan-utusan
Allah yang lain telah menyampaikan berita gembira tentang penutup para nabi,
yakni nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan mewasiatkan kepada
para pengikutnya agar mengikuti Muhammad dan membelanya jika mereka mendapati
masanya diutus.
Abû Sa’d an-Naysabûri dalam kitabnya, Syaraf
al-Mushthafâ telah meriwayatkan bahwa suatu ketika ada empat orang yang
berangkat dari Yaman menuju Makkah di awal masa diutusnya NabiMuhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Di antara mereka ada seorang yang bernama Ja’d
bin Qays al Murâdiyy. Malam pun tiba, ketika mereka berada di padang yang
terbuka, maka mereka singgah di sebuah tempat dan tidur kecuali Ja’d bin Qays
al Murâdiyy. Tiba-tiba Ja’d mendengar suara tanpa rupa, berkata kepadanya:
أَلَا
أيُّهَا الرَّكْبُ الْمُعَرِّسُ بَلِّغُوْا :: إِذَا مَا وَصَـلْتُمْ لِلْحَطِيـمِ
وَزَمْزَمَا مُحَمَّدَنِ الْمَبْعُـوْثَ مِنَّــا تَحِيَّــةً :: تُشَــيِّعُهُ
مِنْ حَيْثُ سَــارَ وَيَمَّمَا وقُوْلُوْا لَهُ إِنَّـا لِـدِيْنِكَ شِــــيْعَةٌ
:: بِذٰلِكَ أَوْصَانَا الْمَسِيْحُ ابنُ مَرْيَمَا
“Wahai rombongan yang sedang beristirahat,
jika kalian sampai ke Hathîm dan Zamzam, sampaikanlah dari kami ucapan salam
kepada Muhammad yang diutus oleh Allah. Keselamatan semoga selalu menyertainya
ke mana pun ia berjalan dan bepergian, katakanlah kepadanya: Kami adalah
pendukung-pendukung agamamu, dengan inilah al Masîh Ibnu Maryam berpesan kepada
kami."
Saudara-saudaraku,
Ternyata suara tersebut berasal dari seorang
jin mukmin yang mendapati masa Nabi Isa ‘alaihissalam sebelum diangkat ke
langit. Jin ini beriman kepada Nabi Isa dan mendengar wasiatnya untuk beriman
kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallamdan mengikutinya ketika ia muncul.
Jin ini berpesan kepada Ja’d agar menyampaikan salamnya kepada Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, jika ia telah sampai di Makkah. Ketika rombongan
tersebut sampai ke Makkah, Ja’d bertanya kepada penduduk Makkah tentang Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, akhirnya Ja’d bertemu dengan Nabi, beriman
kepadanya dan masuk Islam. Peristiwa ini terjadi sebelum kabar tentang Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallamtersebar di jazirah Arab.
Dalam kisah ini juga terdapat tambahan
penjelasan bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam datang membawa agama Islam seperti
halnya semua nabi yang lain sebagaimana diriwayatkan oleh al Bukhâri bahwa
Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اَلْأَنْبِيَاءُ
إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ دِيْنُهُمْ وَاحِدٌ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى، وَأَنَا أَوْلَى
النَّاسِ بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ لَيْسَ بَيْنِيْ وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ
Maknanya: “Para nabi bagaikan saudara-saudara
seayah, (yakni agama mereka satu, yaitu Islam) dan ibu-ibu mereka (yakni
syari’at-syari’at mereka) berbeda-beda, dan aku adalah orang yang paling dekat
dengan Isa bin Maryam, tidak ada nabi lain antara diriku dan Nabi Isa. ” (HٌR
al Bukhâri)
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
إِنَّ
الْحَـمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَشْكُرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ،وَعَلٰىإِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ
وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَرَضِيَ اللهُ عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ
الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنْ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ
وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ
حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ
وَالصَّالِحِيْنَ. أَمَّا
بَعْدُ،فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ
الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ
الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (سورة الأحزاب:
٥٦)، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰىآلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰىآلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰىآلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰىآلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ،فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
رَبَّنَاآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ،اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضٰالِّيْنَ
وَلاَ مُضِلِّيْنَ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَّوْعَاتِنَا
وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما نَتَخوَّفُ.
عِبَادَ
اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبٰى
ويَنْهٰى عَنِ الفَحْشٰاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ
يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Ustadz Nur Rohmad, Peneliti/Pemateri Bidang
Akidah, Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar