Kisah Ali bin Abi
Thalib dan Seorang Bekas Budak
Sayyidina Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai seorang sahabat Nabi Muhammad yang pemberani, alim, berwawasan luas, dan cerdas. Di samping itu, Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah seorang yang adil dan tidak membeda-bedakan seseorang berdasarkan status sosialnya. Ia menganggap, semua manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tidak peduli apakah dia seorang budak, bekas budak, atau merdeka.
Dikisahkan, suatu
ketika ada dua orang perempuan –yang satu seorang Arab dan satunya seorang
bekas budak- mendatangi Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Mereka berdua sengaja
menemui Sayyidina Ali dengan tujuan untuk meminta sesuatu. Maka kemudian
Sayyidina Ali menyiapkan satu takar makanan dan uang 40 dirham untuk keduanya.
Keduanya kemudian
mengambil bagiannya masing-masing. Setelah mendapatkan makanan dan uang dari
Sayyidina Ali bin Abi Thalib, seorang perempuan bekas budak tersebut langsung
pulang. Namun demikian tidak dengan perempuan Arab tersebut. Ia menghadap
Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan melayangkan protes. Iya, ia tidak
berterimakasih tetapi malah memprotes Sayyidina Ali.
Perempuan Arab
tersebut merasa memiliki status yang lebih tinggi sehingga seharusnya ia
mendapatkan bagian yang lebih banyak daripada bekas budak tersebut. “Wahai
Amirul Mukminin, mengapa engkau beri aku jumlah yang sama seperti perempuan
tadi, sedangkan aku ini perempuan Arab dan ia bekas sahaya?” kata perempuan
Arab itu.
Sayyidina Ali bin Abi
Thalib merespons protes perempuan Arab tersebut dengan santai. Kata Sayyidina
Ali, semua manusia itu memiliki kedudukan yang sama. Ia mengibaratkannya dengan
persamaan antara anak cucu Ismail as. dengan anak cucu Ishaq as. Tidak ada
keistimewaan atau kelebihan antara satu dengan yang lainnya. Keduanya sama.
“Aku tidak menemukan
di dalam Kitab Allah kelebihan anak cucu Ismail as. dibandingkan dengan anak
cucu Ishaq as.,” jawab Sayyidina Ali bin Abi Thalib, seperti dikutip buku
Hayatush Shahabah (Syaikh Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, 2019).
Pada kesempatan lain,
Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah menerima kiriman harta dan roti dari
Isfahan. Harta dan roti tersebut kemudian dibagi menjadi tujuh bagian dengan
jumlah yang sama. Sayyidina Ali bin Abi Thalib kemudian mengundang tujuh
pemimpin kaum untuk mengambil harta yang sudah dibagi sama tersebut. Sayyidina Ali
bin Abi Thalib juga mengundi untuk menentukan siapa yang berhak mengambil
pertama, kedua, hingga ketujuh.
Begitulah cara
Sayyidina Ali bin Abi Thalib memperlakukan seseorang. Ia tidak memandang status
orang ketika memberikan sesuatu. Oleh karenanya, ia tidak memberi lebih banyak
mereka yang statusnya lebih tinggi dan memberi lebih sedikit mereka yang
statusnya rendah. Semuanya dibagi rata dan sama. Tidak ada yang lebih banyak
ataupun lebih sedikit. []
(Muchlishon)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar